LAPORAN PRAKTIKUM KUNJUNGAN PERUSAHAAN KP4 YOGYAKARTA PEDES KRIUK KRIUK ENAK RASANE
LAPORAN PRAKTIKUM
INDUSTRI TERNAK UNGGAS
KUNJUNGAN PERUSAHAAN
Disusun oleh :
Janu herjanto
12/331833/PT/06287
Kelompok V
Nama Perusahaan
: Teaching Farm Broiler KP4
Asisten Pendamping : Ardian Priyono
LABORATORIUM ILMU TERNAK UNGGAS
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2014
BAB II
PROFIL PERUSAHAAN
Nama Perusahaan. Berdasarkan praktikum yang dilakukan, nama perusahaan
yang dikunjungi adalah Teaching Farm Broiler Kebun Pendidikan Penelitian (KP4)
Universitas Gadjah Mada. Didirikan sejak tahun 1988 dengan tujuan utama
didirikan adalah sebagai model pembelajaran serta sebagai sarana penelitian
mahasiswa di Universitas Gadjah Mada. Perusahaan ini bergerak di bidang
penggemukan ayam broiler dengan populasi 45.000 ekor setahun dalam 6x siklus.
Lokasi. Berdasarkan hasil praktikum, Lokasi Teaching Farm Broiler KP4 UGM terletak di
Kalitirto, Berbah Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta.
KP4 berjarak sekitar 15 km
dari kampus induk UGM
Yogyakarta. Lokasi peternakan berada cukup jauh dari pemukiman
dan jalan raya sehingga tidak bising. Sumber air di perusahaan dicukupi dari
air bawah tanah atau sumur yang disedot menggunakan pompa air. Lingkungan
sekitar peternakan cukup sejuk karena masih banyak pepohonan disekitar kandang.
Kondisi peternakan sudah memiliki akses jalan aspal yang memudahkan jalur
transportasi di peternakan.
Menurut Prihatman (2000), persyaratan
lokasi pendirian peternakan ayam antara lain lokasi cukup jauh dari keramaian
atau perumahan penduduk, mudah terjangkau dari pusat-pusat pemasaran, dan
bersifat menetap, artinya tidak mudah terganggu oleh keperluan-keperluan lain
selain untuk usaha peternakan. Berdasarkan literature lokasi peternakan sudah
sesuai.
BAB I
PENDAHULUAN
Usaha ayam ras pedaging atau broiler
merupakan salah satu jenis usaha yang sangat potensial dikembangkan. Hal ini
tidak terlepas dari berbagai keunggulan yang dimilikinya antara lain masa produksi
yang relatif pendek kurang lebih 32-35 hari, produktivitasnya tinggi, harga
yang relatif murah, dan permintaan yang semakin meningkat. Beberapa faktor
pendukung usaha budidaya ayam ras pedaging sebenarnya masih
dapat terus dikembangkan, antara lain karena permintaan domestik terhadap ayam
ras pedaging masih sa- ngat besar. Kecenderungan ini dapat dihu- bungkan dengan
pertumbuhan permintaan terhadap daging ayam ras yang rata-rata besarnya mencapai
7% per tahun. Angka kebutuhan nasional terhadap daging ayam ras se- besar 3,3
kg per kapita per tahun. Pertam- bahan permintaan terjadi karena kenaikan pendapatan perkapita,
pertambahan penduduk dan peningkatan kesadaran gizi sebagai akibat berhasilnya
program penyuluhan gizi. Peningkatan permintaan juga terjadi sewaktu- waktu
disebabkan karena lonjakan perminta- an terjadi
pada hari-hari besar (lebaran, natal, tahun baru) maupun pada
akhir-akhir bulan (Yulianti,2012). Pemeliharaan ayam potong pedaging
membutuhkan pengawasan dan manajemen yang baik. Manajemen meliputi
perkandangan, pakan, sanitasi serta penjualan dan pemasaran. Manajemen yang baik dapat meningkatkan
produksi yang dihasilkan sehingga meningkatkan pemasukan keuangan bagi
peternak.
BAB III
PEMBAHASAN
Manajemen Pemeliharaan
Bibit yang digunakan. Bibit
yang digunakan di Teaching Farm Broiler KP4 UGM merupakan strain Lohman MB202
berasal dari PT. Japfa yang dikirim dari daerah Salatiga. Bibit DOC dikirim
pada umur 2-3 hari dengan kondisi sehat. Bibit merupakan ternak jantan maupun
betina yang sudah terseleksi yang memiliki sifat unggul, di gunakan untuk
menggati ternak yang sudah afkir atau culling.
Ayam broiler mempunyai
kelebihan dalam pertumbuhan dibandingkan dengan jenis ayam peliharaan dalam
klasifikasinya karena ayam broiler mempunyai kecepatan yang sangat
tinggi dalam pertumbuhannya. Hanya dalam tujuh atau delapan minggu saja, ayam
tersebut sudah dapat dikonsumsi dan dipasarkan padahal ayam jenis lainnya masih
sangat kecil, bahkan apabila ayam broiler dikelola secara intensif sudah
dapat diproduksi hasilnya pada umur 6 minggu dengan berat badan mencapai 2 kg
per ekor. Ayam broiler termasuk unggas yang pertumbuhannya cepat pada
fase hidup awal, setelah itu pertumbahan menurun dan akhirnya berhenti akibat
pertumbuhan jaringan yang membentuk tubuh (Anonim, 1994)[U1] .
Pemilihan bibit DOC sudah baik karena
memilih bibit dalam kondisi dan ukurang yang seragam serta jenis atau tipe
disesuaikan dengan iklim daerah pemeliharaan. Beberapa penyebab
pertumbuhan ayam tidak seragam dan berat badan rendah antara lain kualitas DOC
yang dipelihara sejak awal sudah tidak rata dan berat badannya rendah,
kesalahan tata cara pemeliharaan pada periode pemanasan, temperatur pemanasan
tidak ideal, kesalahan pemberian pakan dan minum seperti pemberian tidak rata
dan sering kosong, kepadatan ayam terlalu tinggi sehingga terjadi gangguan
kompetisi antar ayam, ventilasi tidak berfungsi baik dan kandungan amonia
tinggi, ayam mengalami sakit, kesalahan penimbangan (Fadilah, 2004).[U2]
Populasi. Populasi ternak merupakan
jumlah ternak yang ada dalam suatu area peternakan. Jumlah populasi ayam di
Teaching Farm Broiler KP4 UGM berjumlah 45.000 ekor yang terbagi dalam 9 kandang. Proses siklus di peternakan ini
adalah 6 kali dalam 1 tahun. Jumlah populasi ayam dan produksi ternak yang
dihasilkan disesuaikan dengan kebutuhan dan tujuan pemeliharaan serta
keuntungan yang diharapkan, sehingga skala usaha peternakan dapat berbeda-beda.
Umur Panen. Berdasarkan praktikum
diketahui bahwa ayam yang diproduksi di Teaching Farm
Broiler KP4 UGM rata-rata di panen dalam umur 25 hari. Keadaan khusus seperti
ketika harga ayam sedang murah maka ayam dapat dipanen pada umur 42 hari.
Peternakan belum dapat menentukan umur panen secara pasti setiap siklusnya
dikarenakan permintaan konsumen yang berbeda-beda.
Masa pemeliharaan ayam pedaging
dibagi menjadi dua periode yaitu starter dengan umur 1-3 minggu dan periode finisher dengan umur
lebih
dari 3 minggu (NRC, 1994) dalam (Hasanah,2009). [U3] Berdasarkan
praktikum diketahui bahwa umur panen yang dilakukan sudah sesuai dengan
literatur.
Bobot panen. Berdasarkan
hasil praktikum, bobot panen ayam berbeda-beda dengan
rata-rata Antara 1,3 kg hingga 3 kg. Perbedaan bobot panen dipengaruhi oleh
permintaan konsumen yang berbeda-beda. Secara umum bobot panen dibagi dalam dua
kategori yaitu kategori ringan dengan berat Antara 1,5 hingga 1,8 kg dan bobot
berat yaitu lebih dari 1,8 kg. Bobot panen dipengaruhi oleh konsumsi pakan dan
kondisi ternak itu sendiri.
Jenis ayam yang dipelihara
mempengaruhi bobot panen ayam itu sendiri. Salah satu bibit unggul yang
tersedia yaitu ayam pedaging strain Lohmann produksi oleh PT. Japfa Comfeed Tbk
Surabaya. Standar penampilan produksi ayam pedaging strain Lohmann pada umur 35
hari dapat mencapai berat badan hidup 1.707 g per ekor (Anonim,2008) dalam
(Hasanah,2009) Dibandingkan dengan keadaan di peternakan sudah sesuai dengan
rata-rata bobot panen hal tersebut menunjukan bahwa pemeliharaan yang dilakukan
sudah baik.
Menurut Winarno (1994) dalam Hasanah
(2009), Peningkatan produksi ayam pedaging dapat dilakukan dengan perbaikan
mutu genetik, nutrisi, kontrol terhadap penyakit, dan pengelolaan yang baik
sehingga dalam waktu yang relatif singkat sudah dapat menghasilkan daging lebih
banyak. Selain itu juga tergantung pada faktor lain seperti strain, jenis
kelamin, umur, dan jumlah makanan yang dikonsumsi. Faktor kecepatan pertumbuhan
penting sekali dalam peternakan ayam pedaging. Hal ini sangat erat hubungannya
dengan efisiensi konversi pakan menjadi daging.
Manajemen Kandang
Model kandang. Berdasarkan hasil praktikum, kandang
yang di gunakan terdiri dari 3 jenis model yaitu close house, kandang panggung
dan kandang postal. Kandang yang pertama berbentuk model close house. Kandang
close house yang ada di Teaching Farm Broiler KP4 UGM memiliki atap jenis gable
dari bahan seng dan di dalam kandang terdapat plafon yang terbuat dari bahan
triplek.. Kandang close house atapnya
berbentuk gable, yaitu atap kandang yang terdiri atas dua sisi dan tidak ada
lubang di puncaknya Tembok dan alas terbuat dari semen
serta penutup jendela terbuat dari plastik terpal yang dirangkai khusus
sehingga memudahkan penutupan hanya dengan menarik kawat yang dihubungkan pada
plastik terpal. Kandang close house yang digunakan menggunakan sistem kipas dan
pendingin. Kipas close house terdapat 3 buah di bagian ujungnya dan digerakan
menggunakan tenaga listrik sehingga kecepatan angin dapat diatur. Bagian depan terdapat cooling pad. Cooling
pad berfungsi merubah air menjadi partikel-partikel kecil yang akan
berkondensasi didalam kandang, sehingga dapat menjaga temperatur kandang tetap
dalam keadaan konstan
Kandang jenis
panggung yang digunakan memiliki ketinggian kolong sekitar 1,5 meter. Jenis
atap yang digunakan merupakan model atap monitor terbuat dari bahan seng. Atap berbentuk monitor yaitu atap kandang yang
terdiri atas dua sisi dan pada bagian puncaknya terdapat lubang, atap bentuk
monitor biasanya banyak dipakai pada bangunan yang luas
Rangka kandang terbuat dari bahan kayu. Penutup jendela terbuat dari bahan
plastic terpal yang dapat diatur dan diseuaikan untuk dibuka atau ditutup.
Kandang postal yang
ada di Teaching Farm Broiler KP4 UGM terbuat dari bahan kayu dan bambu. Model
atap merupakan jenis atap monitor yang terbuat dari bahan asbes. Atap berbentuk monitor yaitu atap kandang yang
terdiri atas dua sisi dan pada bagian puncaknya terdapat lubang, atap bentuk
monitor biasanya banyak dipakai pada bangunan yang luas
Penutup jendela terbuat dari plastic terpal yang dapat ditutup dan dibuka
menggunakan tuas.
Sistem pemeliharaan. Berdasarkan hasil praktikum, sistem
pemeliharaan berpenganguh terhadap prodiktivitas karena
berhubungan dengan kenyamanan ternak, sehingga di harapkan ketika ternak nyaman
dalam kandang maka pertumbuhan akan maksimal. Berdasarkan hasil praktikum
sistem pemeliharaan di Teaching Farm Broiler KP4 UGM yaitu all in all out. Jenis pemeliharaan all in all out merupakan sistem ayam masuk kemudian tanpa
perpindahan dan dikeluarkan secara bersamaan, hal tersebut dilakukan untuk
meminimalkan bibit penyakit yang masuk akibat dari masuknya ayam baru.
Pencegahan penyakit dilakukan juga dengan menggunakan desinfektan yang di
semprotkan ke kandang sebelum pemasukan ayam baru.
Jenis pemeliharaan
dilakukan dalam 1 kandang besar menggunakan litter berupa sekam padi. Pemiihan
sekam padi sebagai alas liter adalah mudah didapat dan harganya murah serta
tidak dapat menyerap air dari eskreta. Kekuranganya adalah kandang litter harus
dilakukan pembalikan dan penambahan litter untuk mengurangi bau eskreta yang
ada dalam kandang.
Bahan litter yang
paling banyak digunakan pada peternakan ayam pedaging di Indonesia yang
menggunakan sistem litter adalah sekam (rice
hull). Sekam paling banyak digunakan
untuk alas kandang karena mempunyai sifat-sifat Antara lain dapat menyerap air
baik, bebas debu, kering, mempunyai kepadatan (density) yang baik, dan mamberi kehatan kandang. Sifat lain dari
sekam dapat menyerap air sekam padi juga bersifat tidak mudah lapuk, sumber
kalium, cepat menggumpal dan memadat (Muharlien, 2011).[U4]
Pemeliharaan ayam
pada umur DOC menggunakan pemanas buatan atau brooder. Di peternakan ini
brooder yang digunakan merupakan jenis gasolet yaitu pemanas menggunakan gas
elpiji 42kg. Brooder yang baik sebaiknya mampu menghasilkan panas yang cukup,
stabil dan terfokus. Brooder berfungsi sebagai induk buatan yang memberikan
kehangatan kepada anak ayam. Alat pemanas dapat berasal dari lampu minyak
ataupun dari sumber panas yang lain, seperti listrik (Deptan, 2001) dalam
Murahlien (2011).
Luas kandang. Berdasarkan
hasil praktikum, kebutuhan luas kandang setiap ayam
berbeda-beda, hal tersebut di karenakan berhubungan fentilasi udara. Ukurang
kandang close house yaitu lebar 7m
dan panjang 50 meter. Ukura kandang panggung yaitu 7m x 50 m dan kandang postal
7m x 50m. Rata-rata luas kandang yaitu 350 m2 Menurut (Deptan, 2001) dalam Muaharlien
(2011). lebar kandang harus menjamin lancarnya
sirkulasi udara. Rata-rata kepadatan ayam di kandang tersebut yaitu Antara
13-15 ekor per m2. Dibandingkan dengan literature kandang di
peternakan sudah sudah sesuai.
Jumlah ayam per kandang. Berdasarkan hasil praktikum, Jumlah
ayam setiap kandang berbeda-beda tegantung dari jenis kandang yang digunakan.
Berdasarkan hasil pengamatan jumlah ayam perkandang close house 5200 ekor,
kandang postal 4800 ekor dan kandang paggung 3400 ekor. Hal tersebut sudah
sesuai dengan Deptan (2001) dalam Muharlien (2011) yaitu perkandangan harus
dibuat dengan memperhatikan tata letak kandang, drainase dan sistem pertukaran
udara, cukup mendapat sinar matahari, bersih dan kuat. Kepadatan untuk
kandang yaitu umur 1–3 hari kepadatan 40–50 ekor per m2, umur 4–6
hari kepadatan 25–35 ekor per m2, umur 7–9 hari kepadatan 15–20 ekor
per m2, dan umur 10–11 hari dan seterusnya 13-15 ekor.
Ketidak
nyamanan ruang gerak menyebabkan ayam menurunkan konsumsi pakan. Pada kondisi
lingkungan yang kurang sehat, ayam dapat menderita luka akibat gesekan dengan
sisi kandang dan saling patuk sesama. Secara ekonomis, ruang yang disediakan
dalam sistem pemeliharaan ayam secara intensif harus dihitung seefisien
mungkin. Penyediaan ruang yang terlalu sempit meskipun lebih murah, dalam
jangka panjang menekan produktifitas, sebagai akibat kekurang- nyamanan. (Iskandar,
2009)[U5]
Jumlah kandang. Berdasarkan hasil praktikum, jumlah
kandang di Teaching Farm Broiler KP4 UGM memiliki 9 kandang yang terbagi atas 1
kandang tipe close house, 1 kandang
tipe panggung dan 7 kandang tipe postal. Jumlah kandang dipengaruhi oleh tujuan
pemeliharaan serta keuntungan yang diharapkan. Jumlah kandang dipengaruhi juga
oleh populasi ternak dalam peternakan. Semakin banyak ternak yang dipelihara
maka semakin membutuhkan banyak kandang.
Jarak antar kandang. Berdasarkan hasil praktikum, jarak
anatar kandang di Teaching Farm Broiler KP4 UGM sekitar 7 sampai 8 meter. Jarak
antar kandang berepengaruh pada produktivitas ayam karena berhubungan dengan
sirkulasi udara di daerah kandang, selain itu jarak anatar kadang harus ideal
supaya tidak ada persebaran penyakit antar kandang. Menurut Herman dan Zomrowi
yang kutip oleh Halim (2007), jarak antara kandang satu dengan yang lainnya
sebaiknya berjarak 7 sampai 8 meter. Hasil praktikum jika di bandingkan dengan
litelatur, jarak antar kandang di Teaching Farm Broiler KP4 UGM sudah ideal.
Luas area peternakan. Berdasarkan hasil praktikum, Luas
area suatu peternakan di Teaching Farm Broiler KP4 UGM seluas kurang lebih 6300
m2. Ukuran luas area peternakan dipegaruhi oleh ketersedian lahan
dan jumlah populasi ayam yang dipelihara.
Manajemen Pakan
Pakan yang digunakan. Berdasarkan hasil praktikum, kebutuhan pakan ayam broiler di Teaching Farm KP4
UGM bekerja sama dengan Japfa Comfeed. Pakan yang digunakan berupa konsentrat
BR. Ransum ayam dapat dibedakan menjadi tiga bentuk yaitu: Mash, Pellet, dan
Crumble. Mash adalah campuran dari bahan-bahan pakan yang berbentuk
tepung. Mash merupakan ransum yang terdiri atas bahan pakan yang telah
digiling kemudian dicampur menjadi satu dengan kandungan nutrien sesuai dengan
kebutuhannya. Pellet merupakan bentuk mash yang kemudian dibentuk
dengan menekan dan memadatkan melalui lubang cetakan secara mekanis. Sedangkan crumble
merupakan pellet yang dipecah menjadi butiran-butiran kecil. Sedangkan yang
digunakan pada peternakan di teaching farm kp4 adalah jenis crumble.
Kandungan
nutrient bahan pakan yang diberikan berdasarkan komposisisnya BR 1 terdiri 12%
air, 21 % protein kasar, 4 % lemak, 4,5 % serat kasar kalsium 0.9-1,1% dan
phosphor 0.7-0.9 % dengan tambahan coccidiostat dan antibiotika. Menurut Rasyaf
(2007) dalam Hasanah (2009) menyatakan bahwa ayam pedaging membutuhkan unsur-unsur
protein, energi vitamin, mineral, air dan unsur yang lainnya, yang saling
mempengaruhi untuk pertumbuhan dan kebutuhan hidupnya. Protein merupakan salah
satu unsur yang penting bagi pertumbuhan ayam pedaging. Ayam yang kekurangan
protein maka pertumbuhannya akan terganggu.
Dibandingkan
dengan literatur kadar komposisi pakan yang diberikan sudah sesuai dengan
kebutuhan ayam. Hal yang perlu diperhatikan ada kandungan energi dan lemak dari
bahan pakan. Semua aktivitas yang dilakukan oleh ayam membutuhkan energi
sehingga unsur gizi ini merupakan unsur utama disamping protein. Energi
digunakan untuk hidup dan produksi
(pembentukan daging atau telur). Apabila energi yang dihasilkan kurang untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya maka cadangan energi yang berupa lemak akan diubah
menjadi energi (Rasyaf, 2007) dalam (Hasanah, 2009). Menurut Wahju (2004) dalam
Hasanah (2009) kandungan lemak yang terlalu tinggi pada pakan akan
mengakibatkan penurunan bobot badan pada ayam. Hal ini dikarenakan kandungan
energi yang terlalu tinggi tersebut tidak diimbangi oleh kandungan zat makanan
yang lain.
Metode pemberian. Berdasarkan hasil praktikum,
Metode pemberian pakan di Perusahaan Putra Jaya Farm dilakukan pemberian pakan
2 kali dalam satu hari. Tempat pakan
yang digunakan yaitu menggunakan round feeder dan tempat minum di
kandang postal menggunakan boil drinker. Selama fase
pemeliharaan grower pakan diberikan secara atlibitum
dengan cara diberikan pada pagi dan sore pada tempat pakan. Sisa pakan tidak dibuang
melainkan ditambahkan dengan yang baru. Hal tersebut memudahkan proses
pemberian pakan dan meningkatkan efisiensi pakan. Setelah dewasa
metode pemberian pakan dilakukan dengan cara pembatasan jumlah pakan. Hal
tersebut bertujuan untuk menyamakan pertumbuhan ayam.
Menurut
Indarto (1990) dalam Hasanah (2009) menyatakan bahwa pemberian pakan yang
paling baik untuk ayam pedaging adalah secara bebas atau ad libitum tanpa
dibatasi, yang penting ayam pedaging setiap saat dapat memperoleh pakan yang
cukup. Berdasarkan literature pemberian pakan sudah sesuai yaitu diberikan
secara ad libitum pada masa grower.
Jumlah pemberian. Berdasarkan hasil praktikum, Pemberian
pakan pada masa grower sejumlah 2 kilogram tiap round feeder dan setelah dewasa
jumlah pemberian pakan yaitu 6 kilogram. Selain pakan pemberian air minum juga
disesuaikan. Tempat minum di teaching farm KP4 menggunakan wadah
air minum otomatis dan tempat pakan dengan bentuk round feeder. Jumlah
tempat pakan dan minum harus disesuaikan dengan kapasitas ayam yang ada, jika
ketersediaannya tidak sesuai maka dapat mengakibatkan ketidak seragaman pada
berat badan ayam dikarenakan jumlah pakan yang dikonsumsi berbeda.
Jumlah
pemberian pakan disesuaikan dengan konsumsi pakan. Menurut Wahju (2004) dalam
Hasanah (2009) Konsumsi pakan ayam dipengaruhi beberapa hal antara lain besar
dan bangsa ayam, tahap produksi, ruang tempat pakan, temperatur, keadaan air minum,
penyakit dan kandungan zat makanan terutama kandungan energi.
Manajemen
pemberian pakan juga harus memperhatikan konversi pakan. Konversi pakan
merupakan perbandingan antara jumlah pakan yang dikonsumsi dengan pertambahan
bobot badan dalam waktu tertentu. Dengan kata lain, nilai konversi pakan dapat
dinyatakan sebagai ukuran efisiensi pakan yaitu menggambarkan tingkat kemampuan
ternak untuk mengubah pakan menjadi sejumlah produksi dalam satuan tertentu,
baik untuk produksi daging maupun telur. Pakan yang semakin baik akan
menurunkan konversi pakan, artinya untuk membentuk 1 kg daging dibutuhkan
sekian kilogram pakan.
Disease Control dan
Manajemen Lingkungan
Vaksinasi.
Berdasarkan hasil
praktikum, Vaksinasi dilakukan
sebelum pemeliharaan yang dilakukan di perusahaan tempat ayam berasal menggunakan
vaksin ND dengan metode spray. Teaching
Farm broiler KP4 melakukan vaksinasi yang berupa vaksin Gumboro dan ND (New
Castle Deasease). Vaksin ND dilakukan saat ayam berumur 16 hari melalui air
minum.
Vaksinasi dapat didefinisikan sebagai
suatu kegiatan memasukkan suatu bibit penyakit (mikroorganisme) tertentu yang
sudah dilemahkan ke dalam tubuh ternak dalam rangka menumbuhkan kekebalan tubuh
terhadap suatu penyakit tertentu. Vaksin adalah suatu produk yang mengandung
sejumlah organisme (bibit penyakit) tertentu yan dilemahkan. Setiap vaksin
hanya mampu menimbulkan kekebalan tubuh khusus terhadap penyakit tertentu
(Deptan, 2001) dalam Muaharlien (2011).
Vaksinasi sangat penting dilakukan karena permasalahan yang sering terjadi di peternakan ayam broiler di Indonesia adalah munculnya penyakit-penyakit seperti penyakit CRD, Coryza, Gumboro (Infectius bursal disease), AI (Avian influenza) dan ND (Newcastle disease). Adanya isu global warming yang mengakibatkan kenaikan suhu lingkungan akan membawa berbagai dampak yang spesifik, termasuk ke dunia peternakan. Saat musim hujan, suhu udara di dalam kandang menjadi dingin, dan udara dalam kandang menjadi lembab. Sebaliknya dimusim kemarau, suhu udara di dalam kandang menjadi panas, kadar karbondioksida meningkat dan udara dalam kandang terasa lebih pengap. Kondisi seperti ini sulit dihindari dan mengakibatkan kematian dengan tingkat mortalitas yang cukup tinggi. (Deptan,2001) dalam (Muharlien, 2011).
Sanitasi. Berdasarkan hasil praktikum, sanitasi yang dilakukan berupa pembersihan kandang pada saat memasuki masa service period yaitu dengan penyemprotan formalin 30%. Selain itu juga proses sanitasi dilakukan pada litter yang digunakan yaitu dengan cara penambahan dan pembalikan litter pada fase pertengahan pemeliharaan. Menurut Ardana (2011), tindakan sanitasi meliputi pembersihan dan desinfeksi secara teratur terhadap kandang, peralatan, dan kendaraan di peternakan dan memelihara kebersihan pekerja (cuci tangan, kaki, sepatu dan lain lain. Pembersihan dan desinfeksi yang sering diberi nama dekontaminasi adalah pembuangan atau netralisasi organism penyakit (virus, bakteri, parasit, jamur) melalui proses pembersihan dan desinfeksi. Pembersihan dan desinfeksi merupakan komponen kunci dari biosekuriti rutin di peternakan broiler.
Biosecurity. Berdasarkan hasil praktikum, biosecurity yang dilakukan adalah dengan main shower pada saat memasuki area peternakan. Main shower yaitu sebuah perlintasan yang dibuat untuk manusia dan kendaraan yang akan masuk disemprot menggunakan disinfektan. Disinfektan yang digunakan merupakan bahan dari rodalon dengan perbandingan 1 liter rodalon berbanding 40 liter air. Menurut Sudarmono (2003), pinsip biosecurity antara lain menciptakan suasana yang bersih di dalam kandang maupun lingkungan kandang, ventilasi bersih. Tempat pakan dan minum dibersihkan dengan dengan air bersih terutama lumut yang menempel pada tempat minum, sisa makanan dibersihkan. Mencipakan suasana tenang di kandang maupun lingkungan sekitar kandang.Orang asing sebaiknya dicegah masuk ke dalam areal peternakan.Pinjam-meminjam alat kandang sebaiknya kebutuhan.
Vaksinasi sangat penting dilakukan karena permasalahan yang sering terjadi di peternakan ayam broiler di Indonesia adalah munculnya penyakit-penyakit seperti penyakit CRD, Coryza, Gumboro (Infectius bursal disease), AI (Avian influenza) dan ND (Newcastle disease). Adanya isu global warming yang mengakibatkan kenaikan suhu lingkungan akan membawa berbagai dampak yang spesifik, termasuk ke dunia peternakan. Saat musim hujan, suhu udara di dalam kandang menjadi dingin, dan udara dalam kandang menjadi lembab. Sebaliknya dimusim kemarau, suhu udara di dalam kandang menjadi panas, kadar karbondioksida meningkat dan udara dalam kandang terasa lebih pengap. Kondisi seperti ini sulit dihindari dan mengakibatkan kematian dengan tingkat mortalitas yang cukup tinggi. (Deptan,2001) dalam (Muharlien, 2011).
Sanitasi. Berdasarkan hasil praktikum, sanitasi yang dilakukan berupa pembersihan kandang pada saat memasuki masa service period yaitu dengan penyemprotan formalin 30%. Selain itu juga proses sanitasi dilakukan pada litter yang digunakan yaitu dengan cara penambahan dan pembalikan litter pada fase pertengahan pemeliharaan. Menurut Ardana (2011), tindakan sanitasi meliputi pembersihan dan desinfeksi secara teratur terhadap kandang, peralatan, dan kendaraan di peternakan dan memelihara kebersihan pekerja (cuci tangan, kaki, sepatu dan lain lain. Pembersihan dan desinfeksi yang sering diberi nama dekontaminasi adalah pembuangan atau netralisasi organism penyakit (virus, bakteri, parasit, jamur) melalui proses pembersihan dan desinfeksi. Pembersihan dan desinfeksi merupakan komponen kunci dari biosekuriti rutin di peternakan broiler.
Biosecurity. Berdasarkan hasil praktikum, biosecurity yang dilakukan adalah dengan main shower pada saat memasuki area peternakan. Main shower yaitu sebuah perlintasan yang dibuat untuk manusia dan kendaraan yang akan masuk disemprot menggunakan disinfektan. Disinfektan yang digunakan merupakan bahan dari rodalon dengan perbandingan 1 liter rodalon berbanding 40 liter air. Menurut Sudarmono (2003), pinsip biosecurity antara lain menciptakan suasana yang bersih di dalam kandang maupun lingkungan kandang, ventilasi bersih. Tempat pakan dan minum dibersihkan dengan dengan air bersih terutama lumut yang menempel pada tempat minum, sisa makanan dibersihkan. Mencipakan suasana tenang di kandang maupun lingkungan sekitar kandang.Orang asing sebaiknya dicegah masuk ke dalam areal peternakan.Pinjam-meminjam alat kandang sebaiknya kebutuhan.
Panen dan Pemasaran
Berdasarkan
hasil praktikum, pemasaran produk peternakan berupa ayam hidup yang dijual ke
penjual ayam. Ada dua kategori penjualan yaitu berdasarkan mitra dan
berdasarkan pesanan. Peternakan di teaching farm broiler sudah memiliki mitra
bersama PT.Japfa untuk pembuatan sosis dan lain-lain. Peternakan memiliki
perjanjian untuk menjual ayam dengan kondisi dan jumlah ayam yang telah
disepakati sebelumnya. Peternakan juga menjual ayam dalam bentuk ayam hidup ke
pedangang ayam lain. Ayam-ayam dipasarkan di dalam kota untuk ukuran kecil
yaitu 1,8 kg dan luar kota untuk ayam ukuran besar lebih dari 2 kg kedaerah
kebumen, purwokerto dan sekitarnya.
Berdasarkan
diskusi dengan pengelola peternakan diketahui bahwa peternakan di teaching farm
broiler KP4 menjalankan usaha pola kemitraan. Menurut Yulianti (2012) [U6] Pola kemitraan usaha peternakan ayam
ras pedaging yang dilaksanakan dengan pola inti plasma, yaitu kemitraan antara
peternak mitra dengan perusahaan mitra, dimana
lompok mitra bertindak sebagai plasma, sedangkan perusahaan mitra
sebagai inti. Pada pola inti plasma kemitraan ayam ras yang berjalan selama
ini, perusahaan mitra menye- diakan sarana produksi peternakan (sapronak)
berupa: DOC, pakan. obat-obatan/vitamin, bimbingan teknis dan memasarkan hasil,
sedangkan plasma menyediakan kandang dan tenaga kerja.
Berdasarkan
diskusi diketahui bahwa harga jual ayam sangat dipengaruhi oleh inti dan pasar.
Menurut hasil penelitian Sumartini (2004) dalam Yulianti (2012) menemukan bahwa
rendahnya pendapatan peternak program kemitraan cenderung sebagai akibat
kurang transparan da- lam penentuan
harga kontrak baik harga input (harga bibit ayam (DOC), harga pakan, harga
sapronak lainnya) maupun harga output (ayam ras pedaging). Pada kemitraan ayam
ras pedaging ketidakadilan biasanya terjadi karena adanya perbedaan kekuatan
posisi ta- war (bargaining position) antara kelompok mitra (peternak) sebagai
plasma dengan perusahaan mitra sebagai inti. Kemitraan yang seharusnya bersifat
win-win solution (saling menguntungkan) belum tercapai, sehingga dalam upaya
mengembangkan kemitraan yang tangguh dan modern diperlukan stra- tegi untuk
memperbaiki fondasi perkem- bangan kemitraan
yang lebih mendasar
BAB IV
KESIMPULAN
Berdasarkan praktikum industri
ternak unggas acara kunjungan perusahaan dapat disimpulkan bahwa peternakan teaching
farm broiler KP4 telah memenuhi syarat lokasi yang baik, kepadatan kandang
ideal, manajemen pakan efisien, kontrol penyakit baik dan biosecurity sudah
baik. Hal yang perlu diperhatikan antara lain yaitu pemasaran dan penjualan
yang belum maksimal karena penjualan yang dilakukan masih sangat dipengaruhi
oleh keadaan pasar dan konsumen.
KRITIK DAN SARAN
Kritik
Tidak
ada yang menjelaskan mengenai detail rinci perusahaan yang dikunjungi. Diskusi
masih sangat terbatas waktu dan tempat yang kurang memadai sehingga tidak dapat
menjelaskan secarai detail mengenai perusahaan.
Saran
Perlu
adanya kondisi yang
kondusif dalam kunjungan perusahaan yaitu
penjelasan dari perusahaan serta waktu dan tempat diskusi yang kondusif
memberikan rasa nyaman bagi narasumber dan praktikan. Semoga acara kunjungan
perusahaan berikutnya dapat terlaksana dengan lebih baik lagi.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim.
1994. Pedoman Umum Proyek Perunggasan Pola Kemitraan. Gappi. Jakarta.
Ardana,
Ida Bagus Komang. 2011. Strategi Pencegahan Penyakit Inefeksius Pada Peternakan
Broiler Berbasis Laboratorium. Buletin Veteriner Udayana Vol. 3 No.1. :51-59.
Fadilah,
Roni. 2004. Kunci Sukses Beternak Ayam Broiler
di Daerah Tropis. Jakarta. Agromedia Pustaka
Hasanah. Alif R. 2009.
Pengaruh penggunaan limbah teh dalam
pakan terhadap penampilan
produksi ayam pedaging . Fakultas peternakan Universitas Brawijaya
Malang. Malang.
Iskandar,S., S.D.
Setyaningrum, Y. Amanda dan I. Rahayu H.S. 2012. Pengaruh Kepadatan Kandang
Terhadap Pertumbuhan Dan Perilaku Ayam Wareng Tangerang Dara. Balai Penelitian
Ternak Ciawi, Bogor.
Muharlien, Achmanu dan
R.Rachmawati . 2011. Meningkatkan
Produksi Ayam Pedaging
Melalui Pengaturan Proporsi
Sekam, Pasir Dan Kapur Sebagai
Litter. Fakultas Peternakan,
Universitas Brawijaya. Malang.Malang.
Prihatman, K. 2000. Budidaya
Ayam Ras Pedaging. Deputi Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Iptek.
Jakarta
Yulianti, F. [U6] 2012.
Kajian Analisis Pola Usaha
Pengembangan Ayam Broiler Di Kota
Banjarbaru. Jurnal Socioscientia Kopertis Wilayah Xi Kalimantan
LAMPIRAN
Gambar 1. Kandang Close House Gambar
2. Kandang Postal
Gambar 3. Kandang
Postal (Dalam) Gambar 4. Kandang Panggung
Gambar 5. Kipas Pendingin
[U2]Fadilah,
Roni. 2004. Kunci Sukses Beternak Ayam Broiler
di Daerah Tropis. Jakarta. Agromedia Pustaka
[U3]Hasanah.
Alif R. 2009. Pengaruh penggunaan limbah teh dalam pakan terhadap penampilan produksi ayam pedaging . Fakultas peternakan
Universitas Brawijaya Malang. Malang.
[U4]Muharlien,
Achmanu dan R.Rachmawati . 2011. Meningkatkan
Produksi Ayam Pedaging
Melalui Pengaturan Proporsi
Sekam, Pasir Dan Kapur Sebagai
Litter. Fakultas Peternakan,
Universitas Brawijaya. Malang.Malang.
[U5]Sofjan
Iskandar1, S.D. Setyaningrum2, Y. Amanda2 Dan Iman Rahayu H.S.2 2012. Pengaruh
Kepadatan Kandang Terhadap Pertumbuhan Dan Perilaku Ayam Wareng-Tangerang Dara.
Balai Penelitian Ternak Ciawi, Bogor.
Post a Comment for "LAPORAN PRAKTIKUM KUNJUNGAN PERUSAHAAN KP4 YOGYAKARTA PEDES KRIUK KRIUK ENAK RASANE"