PENENETAPAN KADAR KALSIUM BAHAN PAKAN
LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA TERNAK
ACARA IX
PENENETAPAN KADAR KALSIUM
Disusun Oleh :
Kelompok XVI
Yunengsih
PT/06279
Janu
Herjanto PT/06287
Rifai Eko PT/06322
Taufiq
Ismail PT/06398
Aulia Irfan Wazani PT/06406
Martha Septari
Ningtyas PT/06419
Asisten : Okti Widayati
LABORATORIUM BIOKIMIA NUTRISI
BAGIAN NUTRISI DAN MAKANAN TERNAK
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2013
ACARA IX
PENENETAPAN KADAR KALSIUM
Tujuan
Praktikum
Tujuan dari praktikum penetapan kadar kalsium adalah untuk
mengetahui kadar kalsium (Ca) dalam bahan pakan.
Tinjauan
Pustaka
Sebagian besar dari Kalsium
dalam tubuh terdapat dalam tulang (lebih dari 90% dari Ca,dalam tubuh). Tulang sebagian
besar terdiri dari kalsium fosfat, 13% kalsium karbonat, 2% magnesium fosfat
dan 5% zat-zat lain serta beberapa merupakan sitrat sebanyak 0,5 sampai 3% (Wahju, 1997). Kalsium
dibutuhkan sebagai penyusunan tulang dan besar konformasi tulang yang dibentuk
sebagai tempat melekatnya daging dan menopang tubuh. Proses pembentukan
korformasi tulang, proses kalsifikasi tulang meningkat. Proses kalsifikasi
tulang memerlukan jumlah kalsium (Ca) dan fosfor (P) yang seimbang guna dibawa
ke dalam matriks tulang yang akan mempengaruhi kepadatan, kekuatan dan struktur
tulang (Bangun,et al.2013).
Kalsium merupakan mineral yang paling
banyak terdapat dalam tubuh yaitu 1,5 sampai 2% dari berat badan
(Granner,2003). Jumlah tersebut 99% berada di dalam jaringan keras, yaitu tulang dan gigi terutama dalam bentuk
hidroksiapatit {(3Ca(PO4)2.Ca(OH)2}. Kalsium
tulang berada dalam keadaan seimbang dengan kalsium plasma pada konsentrasi
kurang lebih 2,25 sampai 2,60 mmol/l (9 sampai 10,4 mg/100 ml). Densitas tulang
berbeda menurut umur, meningkat pada bagian pertama kehidupan dan menurun
secara berangsur setelah dewasa. Selebihnya kalsium tersebar luas di dalam
tubuh. Cairan ekstraselular dan intraselular kalsium memegang peranan penting
dalam mengatur fungsi sel, seperti untuk transmisi saraf, kontraksi otot,
penggumpalan darah dan menjaga (Almatsier,2004).
Dalam
keadaan normal sebanyak 30% sampai 50% kalsium yang dikonsumsi diabsorbsi
tubuh. Kemampuan absorbsi lebih tinggi pada masa pertumbuhan dan menurun pada
proses menua. Kemampuan absorbsi berdasarkan jenis kelamin jantan lebih tinggi
dibandingkan dengan betina pada semua golongan usia (Almatsier,2004). Menurut Wahju (1997) menyebutkan
bahwa sumber kalsium dalam pakan dapat berasal dari bahan pakan seperti tepung
ikan, tepung daging, tepung
tulang, tepung batu kapur, dan kulit kerang. Tepung batu kapur (Carbonat, CaCO3)
yang sering ditambahkan pada pakan sebagai sumber kalsium memiliki kandungan
kalsium 38%.
PMM atau Poultry meat meal adalah campuran
tulang yang dihancurkan dan digiling kasar bersama daging uggas. Keduanya tersebut
digunakan sebagai pakan hewan bisa juga sebagai pupuk. PMM menghemat
penggunaan protein yang lebih mahal seperti kacang kedelai dan Jagung
yang mengandung asam asam amino penting dan daya cerna yang baik memiliki keunggulan dan relatif lebih
murah daripada bahan pakan lain
(Anonim,2013).
Fungsi kalsium
bagi hewan ternak sebagian besar untuk pembentukan tulang, pada bangsa ayam
yang dewasa dipergunakan untuk pembentukan kulit telur. Kalsium juga penting
untuk pembekuan darah, dibutuhkan bersama-sama dengan natrium dan kalsium untuk
denyutan jantung yang normal, dan juga untuk memelihara keseimbangan asam basa
(Wahju,1997). Fungsi
kalsium
bagi tubuh antara lain penyusun
tulang dan gigi, kulit telur, air susu dan pertumbuhan, proses pembekuan darah, pengatur
detak jantung dan otot, menjaga
iritabilitas system syaraf, mengatur keseimbangan asam-basa, menjaga permiabilitas
membran sel (Kamal,1999). Fungsi dari kalsium adalah
untuk membentuk rangka yang kuat serta melindungi organ yang penting serta membantu
pergerakan dan pertumbuhan (Bangun, et al. 2013).
Materi
dan Metode
Materi
Alat. Alat yang digunakan dalam praktikum penentuan
kadar kalsium tulang adalah silica disk, penangas air, kertas saring, labu,
pipet, tabung erlenmeyer, spektrofotometer, dan kertas saring,
destilator dan buret.
Bahan. Bahan
yang digunakan dalam percobaan penentuan kadar kalsium
adalah abu, HCl 10 %,
HCl pekat, aquades, AgNO3, NaOH 4 N,
indikator calcon dan larutan standar EDTA.
Metode
Preparasi Sampel. Abu hasil penetapan
kadar abu (tempat semula: silica disk) ditambah 10 ml HCl pekat kemudian
dipanaskan di atas penangas air hingga volume maksimalnya tinggal 1/3 bagian,
ditambahkan lagi 20 ml HCl 10% lalu dipanaskan volume maksimalnya
tinggal 1/3 bagian ditambah 20 ml aquades dan dpanaskan
kurang lebih 10 menit. Abu kemudian disaring melalui
kertas saring bebas abu dalam labu ukur 500 ml dan dicuci dengan air panas
sampai bebas asam menggunakan AgNO3 warna sampai bening. AgNO3 digunakan untuk mengetahui
apakah filtrat telah bebas asam. Filtrat disimpan
untuk penetapan kadar Ca dan P.
Penentuan kadar Kalsium.Filtrat
larutan abu hasil preparasi sebanyak 1 ml sudah encer ditambahkan 20 ml
aquades. NaOH 4 N ditambahkan 3
sampai 4
tetes (pH larutan harus
diantara 12 sampai 12,5) dan ditambahkan 6 tetes indikator calcon,
setelah itu dititrasi dengan standar EDTA (Ethylene Diamin Tetra Acetat
Dihydrat) sampai warna biru permanent (x ml). Pembuatan blanko dengan 20 ml aquades dimasukkan dalam tabung Erlenmeyer lalu ditambahkan 2 sampai 3 tetes NaOH dan beberapa tetes (5 sampai 6) indikator calcon. Larutan dititrasi
dengan standar EDTA sampai warna biru permanen (Y ml) .
Perhitungan
(X-Y) x N EDTA x 20,04 x faktor
pengenceran
% Ca = ————————————————————— x 100%
berat sampel x 1000
Dimana : X=
kadar Ca
Y=
hasil absorbansinya
Hasil dan
Pembahasan
Berdasarkan
praktikum yang telah dilakukan sampel yang digunakan dalam penetapan kadar kalsium adalah abu dari poultry meat meal dan tepung tulang.
Menurut Kamal (1999), abu merupakan sisa pembakaran sempurna dari suatu bahan. Suatu bahan
jika dibakar sempurna pada suhu 500 sampai 600oC
selama beberapa waktu maka semua senyawa organiknya akan terbakar menjadi CO2,
H2O dan gas lain yang menguap. Sedangkan sisanya yang tidak menguap
itulah yang disebut abu atau campuran dari berbagai oksida mineral sesuai
dengan macam mineral yang terkandung didalamnya.
Preparasi
sampel dilakukan dengan cara menambahkan HCL pekat pada abu dipanaskan. Hal
tersebut bertujuan agar memisahkan mineral makro dan mineral mikro pemanasan
juga bertujuan agar mineral mikro terbuang atau hilang. Penambahan HCl 10% yang
kedua berfungsi agar memisahkan senyawa Ca dan P dengan mineral yang lainya
sehingga mineral lain hilang. Proses tersebut dilakukan diruang asam agar uap yang
dihasilkan dapat dibuang dengan baik. Penambahan HCl akan meningkatkan titik
didih dan dapat
dipergunakan untuk mempercepat dekomposisi sampel. Meningkatnya titik didih dapat mempertinggi suhu
destruksi sehingga proses destruksi lebih cepat (Chang, 2005).
Sampel
kemudian diuji asam dengan AgNO3 untuk mengetahui apakah sampel bebas asam atau tidak. Larutan yang
berwarna putih atau terdapat endapan putih menunjukan adanya unsur asam atau
dalam hal ini adalah HCl. AgCl adalah garam yang
tidak larut dalam air. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa endapan yang
terbentuk adalah garam AgCl. Hal ini diperkuat dengan hasil percobaan yang
menunjukkan bahwa endapan yang terbentuk berwarna putih. Uji AgNO3 pada larutan
dilakukan hingga warna menjadi bening yang menunjukan bahwa sampel telah bebas
asam (Sugiyarto,2000).
Penetapan
kadar kalsium dalam sampel menggunakan metode titrasi. Sampel ditambahan NaOH
4N sebagai pensuasana basa. Indikator calcon ditambahkan sebagai tanda
keseimbangan reaksi yang terjadi ketika dititrasi menggunakan EDTA. EDTA dalam larutan
basa, akan larut dan terurai menjadi ion kompleks dengan Ca seperti logam-logam
yang lain. Bila terdapat ion dapat ditentukan dengan menggunakan indicator
calcon. Ca diikat oleh EDTA sebelum mengikat ion lain, sehingga larutan Ca yang
tidak diketahui jumlahnya dapat diketahui jumlahnya dengan dititrasi dengan
EDTA untuk menentukan kadar Ca yang ada (Sugiyarto, 2000). EDTA (etilen diamin tetra
asetat) mempunyai kemampuan membentuk kompleks-kompleks stabil dengan
kation-kation tertentu. EDTA mempunyai atom donor N dan O, sehingga dapat
membentuk khelat bersama atom Ca (Triyani, et al.,2013).
Berdasarkan hasil penetapan kadar abu bahan PMM diperoleh berat sampel 1,0132 gram, dengan volume titrasi
sampel
(X) 1,36ml,
dan pada titrasi blanko (Y) dengan standar EDTA volumenya 0,63 ml. N EDTA sebanyak 0,0089 dan pengenceran sebesar 650ml persentase Ca. Proses titrasi
dengan menambahkan indikator calcon untuk menandai batas reaksi. Ditambah indikator calcon
hingga larutan berwarna merah, lalu
dititrasi dengan standar EDTA sampai warna biru. Indikator calcon merupakan indikator
yang mengindikasikan telah terjadi komplek antar EDTA dan Ca. Indikator calcon akan
berikatan dengan Ca dan berwarna merah pada kondisi basa. EDTA sebagai senyawa chelating akan mengikat Ca sehingga Ca
tidak berikatan dengan indikator calcon. Indikator calcon bebas pada kondisi
basa berwarna biru. Warna biru yang timbul menunjukkan bahwa semua ion Ca telah
terikat pada EDTA (Almatsier,2004). EDTA merupakan chelating agent kuat untuk Ca2+. EDTA dapat menggantikan
molekul lain yang terikat oleh Ca2+. Reaksinya adalah sebagai
berikut (Kaporina dan Dimas, 2011).
EDTA(H)3 + Ca2+ à EDTA (Ca)2- + H+ .
Penentuan
kadar kalsium pada bahan PMM (poultry
meat meal) menggunakan metode titrasi. Berdasarkan perhitungan menggunakan
rumus didapatkan kadar kalsium bahan PMM sebesar 7,919 %. Data tersebut sudah sesuai dengan
literatur bahwa kadar kalsium normal pada PMM adalah lebih dari 8%
(Anonim,2013).
Berdasarkan
perhitungan kadar kalsium tepung tulang sebesar 19,9 %. Menurut pendapat Tillman et
al (1998), kadar kalsium dari tepung tulang yang dibakar adalah 22%. Hasil sudah mendekati normal. Perbedaan
hasil dapat terjadi karena pengenceran dan titrasi yang tidak akurat.
Kadar kalsium antara PMM dan tepung tulang
lebih tinggi kandungan kalsium tepung tulang. Terdapat perbedaan antara kadar
tepung tulang dan kadar PMM hal tersebut dikarenakan beberapa faktor. Kadar kalsium
dapat dipengaruhi oleh kualitas bahan yang digunakan, tempat, waktu, serta
metode pengolahannya (Anonim,2013). Kualitas bahan yang tinggi kalsium erat
kaitanya dengan dengan jumlah kalsium pada tulang hal tersebut karena dalam
keadaan normal sebanyak 30% sampai 50% kalsium yang dikonsumsi diabsorbsi tubuh.
Selain itu juga komposisi bahan lain mempengaruhi kadar kalsium dalam bahan
dikarenakan perbandingan antar kandungan bahan. PMM terbuat tidak hanya dari
tulang saja melainkan campuran bahan lain seperti daging sedangkan tepung
tulang lebih sedikit bahan campuran lainya (Wahju, 1997).
Kesimpulan
Berdasarkan
hasil praktikum kadar Ca dalam poultry
meat meal sebesar 8,803 %. Kadar Ca dalam
tepung tulang sebesar 19,9%. Kadar Ca hasil pengujian kedua bahan dalam kisaran
normal. Kadar kalsium PMM lebih rendah dibandingkan dengan tepung tulang. Perbedaan Kadar kalsium
dapat dipengaruhi oleh kualitas bahan yang digunakan, tempat, waktu, serta
metode pengolahannya.
Perhitungan
Kadar Ca (%) PMM
Pada penentuan
kadar kalsium digunakan
persamaan sebagai berikut:
(X-Y) x N EDTA x 20,04 x faktor
pengenceran
% Ca = ————————————————————— x 100%
berat sampel x 1000
Diketahui X :
0,63
Y :
1,4
N EDTA :
0,00899
Faktor Pengenceran : 650
Berat sampel : 1,0132
(X-Y) x N EDTA x 20,04 x faktor
pengenceran
% Ca = ————————————————————— x 100%
berat sampel x 1000
(1,4-0,63) x 0,00899 x 20,04 x
650
% Ca = ————————————————— x 100%
1,0132 x 1000
%Ca = 7,919 %
Jadi, dari perhitungan
tersebut dapat diperoleh hasil yaitu kadar kalsium (Ca) dalam bahan PMM (poultry meat meal) sebanyak 7,919 %
Perhitungan Kadar Ca (%) Tepung Tulang
Penentuan kadar
kalsium (Ca) dapat dihitung menggunakan rumus berikut:
Diketahui X :
4,2
Y :
0,5
N EDTA :
0,00899
Faktor Pengenceran : 650
Berat sampel : 1
(X-Y) x N EDTA x 20,04 x faktor
pengenceran
% Ca = ————————————————————— x 100%
berat sampel x 1000
(4,2-0,5) x 0,00899x 20,04 x 650
% Ca = ——————————————— x 100%
1 x 1000
199
% Ca = ——— x 100%
1000
% Ca = 19,9
%
Jadi, dari perhitungan tersebut dapat diperoleh hasil yaitu kadar kalsium (Ca) dalam bahan tepung tulang sebanyak 19,9 %
Daftar Pustaka
Almatsier, S. 2004. Prinsip dasar ilmu gizi. Gramedia
Pustaka Utama.
Jakarta.
Jakarta.
Anonim. Poultry meat meal. http://www.alibaba.com/product
gs/1264165723/2013_Best_price_mbm_poultry_meal.html
diakses
pada minggu 10
november 2013 jam 11.11 WIB.
Blakely, J. D., H. Bade. 1998. Ilmu
Peternakan. Edisi ke 4. Gadjah Mada
University Press. Yogyakarta.
University Press. Yogyakarta.
Bangun,G.D.D.,
L.D. Mahfudz dan D. Sunarti. 2013. Pengaruh
Penggunaan Tepung Rumput Laut (Gracilaria verrucosa) dalam
Penggunaan Tepung Rumput Laut (Gracilaria verrucosa) dalam
Ransum Ayam broiler terhadap berat
ukuran tulang tibia dan
tarsometatarsus. Animal Agricultural jurnal.
tarsometatarsus. Animal Agricultural jurnal.
Chang, Raymond. 2005. Kimia
Dasar: Konsep-konsep Inti Jilid I. Jakarta.
Erlangga
Erlangga
Granner, D.K. 2003. Hormon yang mengatur metabolisme in :
Murray, R.k
et al Biokimia Harper edisi 25. EGC. Jakarta.
Kamal, M.
1999. Ilmu Makanan Ternak Umum. Fakultas peternakan universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.
Kaporina, H. M. Dimas, A.H. 2011. Pengendalian Scaling
pada Membran Reverse Osmosis dengan
Menggunakan larutan EDTA.
Http://eprints.undip.ac.id/36778/1/78.Artikel_Penelitian_haga_
(update)_3.pdf. diakses tanggal 10 november 2013. Pukul 23.39
WIB.
Http://eprints.undip.ac.id/36778/1/78.Artikel_Penelitian_haga_
(update)_3.pdf. diakses tanggal 10 november 2013. Pukul 23.39
WIB.
Sugiyarto,Kristian Handoyo. 2000. Kimia Anorganik I:
Dasar Dasar Kimia
Anorganik
Nonlogam. FMIPA Universitas Negeri
Yogyakarta. Yogyakarta
Tillman,
Allen D., Hari Hartadi, Soedomo Reksohadiprojo, Soeharto
Prawirokusumo, Soekanto Labdosoekojo. 1998. Ilmu Makanan
Ternak Dasar. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Prawirokusumo, Soekanto Labdosoekojo. 1998. Ilmu Makanan
Ternak Dasar. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Wahju, Juju. 1997. Ilmu Nutrisi Unggas. Gadjah
Mada University
PresYogyakarta.
Triyani, N.F. Suhartana, Sriatun. 2013. Sintesis dan Karakterisasi
Kompleks Ni(II)-EDTA dan Ni(II)-Sulfanilamid . Chem Info Hal
354 – 361.
Kompleks Ni(II)-EDTA dan Ni(II)-Sulfanilamid . Chem Info Hal
354 – 361.
Post a Comment for "PENENETAPAN KADAR KALSIUM BAHAN PAKAN"