Pembangunan Masyarakat daerah bantul
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kabupaten Bantul adalah kabupaten di Provinsi Daerah
Istimewa Yogyakarta,
Indonesia. Ibu kotanya adalah Bantul. Kabupaten ini berbatasan dengan Kota Yogyakarta dan Kabupaten Sleman di utara, Kabupaten
Gunung Kidul di timur, Samudra Hindia di selatan, serta Kabupaten
Kulon Progo di barat. Obyek wisata Pantai Parangtritis terdapat di wilayah kabupaten
ini. Bagian selatan kabupaten ini berupa pegunungan kapur, yakni ujung barat
dari Pegunungan
Sewu.
Sungai besar yang mengalir di antaranya Kali Progo (membatasi kabupaten ini
dengan Kabupaten
Kulon Progo, Kali Opak, Kali
Tapus,
beserta anak-anak sungainya (Anonim, 2013).
Kabupaten
Bantul terletak antara 07° 44′ 04″ – 08° 00′ 27″ LS dan 110° 12′ 34″ – 110° 31′
08″ BT. Luas wilayah Kabupaten Bantul 508,85 Km2 (15,90 5 dari Luas
wilayah Propinsi DIY) dengan topografi sebagai dataran rendah 40% dan lebih dari setengahnya (60%) daerah perbukitan yang
kurang subur, secara garis besar terdiri dari : Bagian Barat, adalah
daerah landai yang kurang serta perbukitan yang membujur dari Utara ke Selatan
seluas 89,86 km2 (17,73 % dari seluruh wilayah). Bagian Tengah,
adalah daerah datar dan landai merupakan daerah pertanian yang subur seluas
210.94 km2 (41,62 %). Bagian Timur, adalah daerah yang landai,
miring dan terjal yang keadaannya masih lebih baik dari daerah bagian Barat,
seluas 206,05 km2 (40,65%). Bagian Selatan sebenarnya merupakan
bagian dari daerah bagian Tengah dengan keadaan alamnya yang berpasir dan
sedikit berlaguna, terbentang di Pantai Selatan dari Kecamatan Srandakan, Sanden dan Kretek (Anonim, 2013).
Teknik
budidaya pertanian dan peternakan yang digunakan di Kabupaten Bantul pada
umumnya masih sederhana. Warga disana kebanyakan menggunakan cara tradisional.
Pertanian dan peternakan saling berhubungan erat. Pertanian dan peternakan
pedesaan sebagai salah satu potensi besar yang dimiliki daerah perlu mendapat
perhatian lebih dalam pengembangannya. Dibutuhkan upaya yang lebih serius dalam
pengembangan Sumber Daya Alam (SDA) dan Sumber Daya
Manusia (SDM) bidang pertanian.
Manusia (SDM) bidang pertanian.
Seiring
dengan jalannya pembangunan di Kabupaten Bantul yang pesat menyentuh disemua
sektor kehidupan masyarakat khususnya dalam sektor pertanian dan peternakan, sehingga
perlu dilakukan perencanaan yang sangat matang. Guna menunjang perencanaan yang
baik perlu disusun perencanaan
pembangunan sebagai pedoman arah pembangunan sehingga mencapai target dan
sasaran yang diinginkan. Salah satu langkah dalam upaya pembangunan daerah adalah
membina hubungan dan komunikasi yang interaktif antara pemerintah daerah dan
masyarakat desa. Berbagai bentuk upaya yang bisa dilakukan antara lain
membentuk media konsultasi atau penyuluhan dan penyebaran informasi, ataupun
bantuan berupa fasilitas maupun dana yang bisa dimanfaatkan warga pedesaan
dalam mengembangkan usaha pertanian dan peternakannya.
Kelompok
Sidorejo adalah kelompok peternak
sapi potong yang terletak di dusun Sulang Kidul, Patalan, Jetis, Bantul dan
berdiri pada tanggal 18 september tahun 1994. Berawal dari adanya anjuran dari
Dinas Kesehatan untuk menjaga lingkungan tempat tinggal..kibat anjuran tersebut
maka ternak-ternak yang awalnya dipelihara di sekitar rumah, dipindahkan dan
dikelompokkan ke lahan tersendiri milik desa. Kelompok terus berkembang sampai
saat ini dan telah memperoleh banyak penghargaan serta mampu memperoleh bantuan
dari Jamsostek sehingga mempunyai bangunan kandang yang baik dan lingkungan
kandang yang cukup bersih dan tertata rapi.
Seluruh
lahan yang digunakan peternak seluas 1.5 hektar termasuk untuk kandang dan Hijauan Makanan Ternak (HMT). Saat ini jumlah anggota mencapai 50 orang
yang diketuai oleh Bapak H. Slamet Pujoharjono. Pak Slamet dibantu oleh
beberapa pengurus yang mampu mengelola kelompok agar berjalan lebih baik.
Kelompok mengadakan pertemuan setiap malam senin pahing. Kelompok telah memiliki berbagai fasilitas yang memadai.
Kelompok memiliki bangunan kandang yang relatif baik dilihat dari bahan
bangunan dan tata letak kandang, selain itu juga memiliki ruang pertemuan,
serta adanya tempat untuk menampung kompos yang telah jadi.
Tujuan Praktek Lapangan
Tujuan praktek lapangan adalah
untuk melihat langsung kegiatan
peternakan rakyat di pedesaan, mengetahui program-program yang dilakukan dan
menganalisis permasalahan yang ada di masyarakat khususnya dalam rangka pembanguna masyarakat.
Manfaat Praktek Lapangan
Praktek lapangan ini diharapkan
mampu memberikan manfaat mengenai pentingnya mengetahui kondisi peternakan yang
ada di pedesaan. Mahasiswa dapat langsung mengamati kelompok ternak dan
berinteraksi serta menjalin silaturahmi. Mengetahui kondisi peternakan serta
menganalisis masalah dan mengambil langkah-langkah untuk mengembangkan
peternakan didaerah tersebut.
BAB
II
GAMBARAN
UMUM PEMBANGUNAN PERTANIAN
Sektor
pertanian hingga kini masih memiliki peranan yang strategis dalam pembangunan
nasional, baik bagi pertumbuhan ekonomi maupun pemerataan pembangunan. Peran strategis sektor pertanian bagi
pertumbuhan ekonomi antara lain: Penyedia pangan bagi penduduk Indonesia,
penghasil devisa negara melalui ekspor, penyedia bahan baku industri,
peningkatan kesempatan kerja dan usaha, peningkatan PDB, pengentasan kemiskinan
dan perbaikan SDM pertanian melalui kegiatan Penyuluhan Pertanian (Deptan,
2008).
Konsep pembangunan pertanian
adalah suatu proses untuk menuju perubahan dalam bidang pertanian dengan
meningkatkan hasil usaha tani. Pembangunan pertanian tidak hanya dilakukan oleh
para petani saja, namun harus berkesinambungan dengan bidang lainnya, salah
satunya adalah bidang peternakan. Perubahan lingkungan strategis yang sangat
cepat, baik domestik maupun internasional, akan membawa pengaruh yang sangat
besar terhadap dinamika pembangunan pertanian. Kondisi tersebut memerlukan
penyesuaian terhadap arah dan kebijakan serta pelaksanaan program pembangunan
pertanian.
Komunikasi
pertanian sangat penting guna menunjang penyerapan informasi dari penyuluh,
sehingga pesan yang disampaikan penyuluh dapat diterima dan diterapkan dengan
baik dan benar. Akan tetapi yang terjadi saat ini tidak semua teknologi baru
yang ditawarkan oleh pihak penyuluh mampu diserap dan diadopsi oleh peternak.
Van Den Ban (1999) menyatakan tujuan utama kebijakan pembangunan pertanian
yakni merangsang petani untuk memanfaatkan teknologi produksi modern dan ilmiah
yang dikembangkan melalui penelitian.
Penyuluhan diantaranya merupakan
proses untuk meningkatkan pengetahuan dan mengembangkan wawasan terhadap suatu
masalah, serta membantu menyusun kerangka berdasarkan pengetahuan yang dimiliki
petani dan membantu petani memperoleh pengetahuan yang khusus berkaitan dengan
cara pemecahan masalah yang dihadapi serta akibat yang ditimbulkannya sehingga
mereka mempunyai berbagai alternatif tindakan (Van Den Ban, 1999).
Pertanian
mempunyai hubungan erat dengan dunia peternakan. Pertanian sendiri mempunyai
makna yang sangat luas, meliputi
berbagai aspek tentang dunia bertani, mengenal tanaman berserta manfaatnya, cara
pengolahan hasil bercocok tanam dan pembibitan. Pertanian memiliki hubungan
erat dengan dunia peternakan karena pertanian digunakan dalam peternakan dalam
hal pakan ternak. Dibutuhkan ilmu pertanian untuk memilih dan mengetahui
kandungan tanaman tersebut. Tanpa adanya pakan maka ternak tidak dapat hidup.
Ilmu pertanian digunakan untuk memilih tanaman yang tepat untuk pakan sehingga
dapat menghasilkan hasil ternak yang sehat dan gemuk.
Pembangunan pertanian di desa Sulang
Kidul, Patalan, Jetis, Bantul merupakan sektor utama yang memberikan kontribusi
yang besar terhadap pembangunan daerah/desa. Pertanian didominasi oleh tanaman
pangan berupa padi. Hal tersebut terlihat disepanjang jalan dari yogyakarta menuju
desa ini banyak sawah..Rencana pengembangan peruntukan budidaya pertanian
diarahkan untuk pemanfaatan secara intensif lahan yang belum dimanfaatkan dan
tersebar di seluruh wilayah Kabupaten Bantul.
Lahan
HMT yang dimiliki kelompok Ternak Sidorejo
sebesar 1.5 Hektar. Pakan yang digunakan oleh para peternak adalah hasil dari
menanam sendiri. Mereka telah memiliki lahan sendiri. Tanaman yang ditanam
untuk pakan juga beraneka macam. Disekitar kandang juga ditanami beberapa macam
tanaman untuk pakan. Jadi, mereka memanfaatkan berbagai macam lahan untuk menanam
tanaman pakan. Namun, kebutuhan pakan ternak dan jumlah tanaman yang ada tidak
mencukupi, sehingga terkadang mereka harus membeli sebagai tambahan pakan.
BAB III
GAMBARAN UMUM PEMBANGUNAN PETERNAKAN
Kelompok ternak di wilayah Sidorejo tergolong kedalam peternakan semi modern. Tidak dikatakan tradisional karena sistem
pemeliharaan sudah mendekati modern, juga belum dapat dikatakan modern karena
kelompok ini belum mempunyai alat-alat yang canggih dalam beternak. Menurut Rohmad (2013) Karakteristik
Peternakan di Indonesia terdiri dari Peternakan
Tradisional dengan ciri-ciri Jumlah ternak sedikit, Input teknologi
rendah, Tenaga kerja Keluarga dan profit rendah (sebagai tabungan). Peternakan Backyard dengan ciri-ciri
Jumlah ternak sedikit, Input teknologi mulai tinggi, Tenaga kerja Keluarga dan
profit sedang. Diwakili peternak ayam ras dan sapi perah. Peternakan
Modern dengan ciri-ciri Jumlah ternak banyak, Input teknologi tinggi,
Tenaga kerja spesifik bidang peternakan dan profit tinggi.
Proses breeding di kelompok Sidorejo telah
menggunakan metode Inseminasi buatan dengan pemilihan bibit unggul yang
terkontrol oleh mantri ternak atau dokter hewan. Ransum makanan ternak untuk sapi telah disesuaikan dengan
kebutuhan ternak penggemukan seperti konsentrat, katul dan ampas tela. Peternak
sudah memahami perhitungan ekonomi dalam beternak. Mereka melakukan penggemukan
selama kurang lebih 3 bulan setelah waktunya kemudian harus dijual. Kelompok
ternak ini memiliki 50 kandang yang dapat digunakan oleh warga selain itu juga
dari 1.5 hektar yang ada 0.5 hektar digunakan untuk hijauan makanan ternak.
Peternak juga telah mengerti mengenai proses pembuatan silase dari jerami
sehingga kebutuhan pakan dapat tercukupi. Dilihat dari sistem perkandangan masih
sangat tradisional. Mereka belum dapat menggunakan sistem pengaliran air
seperti kran air selain itu juga pembuangan feses sapi masih sebatas
ditempatkan disekitar kandang belum ditata menggunakan bak penampungan yang
baik.
Usaha
peternakan pada umumnya dilakukan oleh masyarakat di pedesaan dan diusahakan
secara tradisional, dengan jumlah pemilikan ternak sangat terbatas dan hanya
merupakan usaha sambilan. Walaupun demikian sumbangan sub sektor peternakan
dalam pemenuhan kebutuhan protein hewani maupun bagi pendapatan domestic bruto
dari sektor pertanian adalah cukup besar dibanding sub sektor lainnya (Agustina,2013).
Kelembagaan peternak selama ini masih dipandang sebagai suatu obyek (target group) untuk melaksanakan suatu hasil keputusan institusi yang lebih tinggi, dengan perencanaan yang sentralistik, "top down" dan seragam, dilengkapi fasilitas sarana dan prasarana yang merupakan bantuan/uluran tangan pemerintah. Pada kondisi seperti itu kelembagaan peternak terlihat berfungsi baik sesuai kompetensi yang ditetapkan selagi bantuan/fasilitas masih cukup tersedia. Di sisi lain dengan perencanaan yang sentralistik dan "top down" mengakibatkan kelembagaan peternak menjadi lemah dan sangat tergantung kepada bantuan pihak luar. Akibatnya kelembagaan peternak tidak mendorong peluang anggotanya untuk berusaha terutama dalam mengembangkan kreativitas dan ide-ide baru, tidak mendorong tumbuhnya partisipasi masyarakat yang lebih sesuai dengan kondisi lokal spesifik dan semakin menguatnya ketergantungan kelembagaan komunitas pedesaan (Direktorat pengembangan Peternakan, 2002).
Kelembagaan peternak selama ini masih dipandang sebagai suatu obyek (target group) untuk melaksanakan suatu hasil keputusan institusi yang lebih tinggi, dengan perencanaan yang sentralistik, "top down" dan seragam, dilengkapi fasilitas sarana dan prasarana yang merupakan bantuan/uluran tangan pemerintah. Pada kondisi seperti itu kelembagaan peternak terlihat berfungsi baik sesuai kompetensi yang ditetapkan selagi bantuan/fasilitas masih cukup tersedia. Di sisi lain dengan perencanaan yang sentralistik dan "top down" mengakibatkan kelembagaan peternak menjadi lemah dan sangat tergantung kepada bantuan pihak luar. Akibatnya kelembagaan peternak tidak mendorong peluang anggotanya untuk berusaha terutama dalam mengembangkan kreativitas dan ide-ide baru, tidak mendorong tumbuhnya partisipasi masyarakat yang lebih sesuai dengan kondisi lokal spesifik dan semakin menguatnya ketergantungan kelembagaan komunitas pedesaan (Direktorat pengembangan Peternakan, 2002).
Pengembangan kelembagaan peternak
dilaksanakan dengan menumbuhkan kesadaran bahwa hal itu dilakukan
"dari", "oleh" dan "untuk" masyarakat peternak.
Kelembagaan peternak didasari oleh adanya kesamaan kepentingan dalam menangani
bidang peternakan, sehingga kelembagaan peternak tersebut memiliki kemampuan
untuk melakuakan akses kepada seluruh sumberdaya yang ada, baik sumberdaya
alam, sumberdaya manusia, sumber permodalan,informasi, sarana dan prasaranal. Pengembangan
kelembagaan peternak dilaksanakan dengan menumbuhkan kesadaran bahwa hal itu
dilakukan "dari", "oleh" dan "untuk" masyarakat
peternak. Kelembagaan peternak didasari oleh adanya kesamaan kepentingan dalam
menangani bidang peternakan, sehingga kelembagaan peternak tersebut memiliki
kemampuan untuk melakuakan akses kepada seluruh sumberdaya yang ada, baik
sumberdaya alam, sumberdaya manusia, sumber permodalan, informasi, sarana dan
prasarana (Direktorat Pengembangan Peternakan, 2002).
Daya
dukung wilayah terhadap peternakan tradisional adalah kemampuan wilayah
tersebut untuk menghasilkan pakan terutama berupa hijauan yang dapat menampung
bagi kebutuhan sejumlah populasi ternak dalam bentuk segar ataupun kering,
tanpa melalui pengolahan dan tanpa tambahan khusus. Sedangkan Indeks Daya
Dukung (IDD) tersebut diperoleh dari total
hijauan pakan tercerna yang tersedia dibagi jumlah kebutuhan pakan tercerna
bagi sejumlah populasi ternak diwilayah itu dengan mempertimbangkan nilai manfaat
lain secara optimum. Kabupaten Bantul: di wilayah Kabupaten ini hijauan pakan
yang dihasilkan sebanyak 263787.68 ton bahan kering, sedangkan yang dibutuhkan
sebanyak 34397.62 ton bahan kering, sehingga masih mampu menyediakan hijauan
sebanyak 115696.35 ton bahan kering. Didaerah ini dengen populasi yang sudah
ada maka masih mampu menyediakan hijauan pakan untuk 85523.0 Saw Ternak (ST) (Yogya litbang, 2013).
Kabupaten
Bantul merupakan salah satu daerah penyuplai sapi potong di Pulau Jawa dengan
didukung oleh kualitas lingkungan yang masih baik serta masih luasnya lahan
pertanian untuk mendukung sumber pakan ternak menjadi salah satu faktor
Kabupaten Bantul secara rutin mampu memproduksi sapi potong. Banyak sekali
peternak yang membudidayakan sapi secara tradisional yang masih memanfaatkan
halaman belakang rumah sebagai kandang (Yogya
litbang, 2013).
Pada
awalnya ketika kelompok ini berdiri merupakan inisiatif dari ketua kelompok.
Ada penawaran dana Hibah dari PT Jamsostek mengenai perbaikan lingkungan. Ketua
kelompok dengan beberapa warga mengajukan proposal pembuatan kandang untuk di
ajukan dan PT Jamsostek menyetujui. Mereka mendapat dana hibah sebesar 180
juta. Dana tersebut digunakan untuk membangun kandang dan prasarana kebersihan
kandang lainya. Lahan yang digunakan merupakan lahan pemerintah. Peternak hanya
menyewa lahan tersebut dengan membayar biaya sewa kavling sebesar Rp 30.000/kavling/tahun ke pemerintah desa.
Awalnya hanya sedikit sekali warga yang mau bergabung.
Hal ini disebabkan karena anggapan bahwa
ternak adalah sebagai kekayaan yang selayakanya kekayaan itu tidak jauh dari
pemiliknya. Para pendiri disertai dengan kepala desa melakukan pendekatan
dengan warga melalui koordinasi subkelompok. Pendekatan tersebut dilakukan
dengan cara mencari kawan untuk diajak berkelompok misalnya Pak Slamet yang biasa akrab dengan Pak Fajri, Pak Janu dan Pak Irsha kemudian mereka dibuat
kelompok kecil
yang kemudian akan lebih mudah untuk diajak berkumpul dalam kelompok besar. Tujuan dibentuknya
kelompok ternak Sidorejo ini awalnya
adalah untuk program kesehatan lingkungan dengan menjauhkan hewan ternak dari
rumah dan mengelompokkan ternak-ternak warga agar tidak terjadi pencemaran
lingkungan.
Warga Sidorejo sebelumnya memelihara
ternak dirumah masing-masing. Sering terjadi ketimpangan harga karena pembeli
ternak sering menurunkan harga tanpa sepengetahuan peternakan. Tidak adanya
pembanding antara ternak satu dengan yang lainya yang menyebabkan peternak
mudah dikelabui. Seiring berjalanya waktu kemudian kelompok ini dapat
berkembang dan semakin banyak yang bergabung di kelompok ternak ini. Saat ini
ada 50 kandang yang diisi oleh warga. Diantara sapi-sapi tersebut, sapi yang
paling banyak dikembangbiakkan adalah Sapi Limousine, tetapi terdapat pula sapi
jenis Simmental dan paling banyak adalah peranakan ongole. Peternak memilih
sapi jenis tersebut karena harga jualnya tinggi dan paling sering dicari oleh
konsumen.
Langkah untuk mengelompokan
warga yang mempunyai hewan ternak sapi potong para peternak melakukan pertemuan
rutin setiap senin pahing. Hal tersebut bisa
dijadikan evaluasi kelompok ternak sekaligus sebagai tempat sharing berabagai
masalah yang ada. Para anggota bisa saling belajar kekurangan dan kelebihan
cara beternak mereka. Selain itu, pengelompokan hewan ternak ini bisa menambah
kerukunan antar warga sekitar. Kegiatan ronda di kelompok juga sudah berjalan,
bahkan sudah terdapat jadwal ronda setiap malam untuk menjaga keamanan
lingkungan kandang. Setiap malam dijadwalakan ada 7 orang untuk berjaga malam.
Hal tersebut menunjukan bahwa masyarakat telah berpartisipasi secara aktif.
Masyarakat ikut merencanakan serta ikut mengambil keputusan serta ikut dalam
usaha pelaksanaanya. Peran serta pemerintah Kabupaten Bantul juga cukup baik
dalam usaha pembangunan. Setiap beberapa bulan sekali memberikan pengawasan
terhadap penyakit ternak sehingga peternak semakin merasa aman dalam
beternak.
BAB
IV
PERMASALAHAN
DAN PEMECAHAN
Permasalahan
Berdasarkan praktek lapangan
ditemukan beberapa permasalahan yaitu: 1) Regenerasi
peternak muda belum baik 2) Peternak
belum memaksimalkan teknologi modern serta kurangnya kemampuan
peternak mengolah limbah 3) Peternak masih bersifat individu dan belum benar-benar
berkelompok.
Pemecahan
Perlu adanya regenerasi kaum
muda melihat keadaan kaum muda-mudi
belum mau ikut serta dalam kelompok ternak. Kemungkinan karena kaum muda belum
memahami manfaat dari beternak secara berkelompok. Peternak senior belum mampu
mengajak kaum muda untuk ikut serta dalam usaha ternak mereka. Salah satu cara
untuk menyelesaikanya adalah dengan penyuluhan secara berkala kepada peternak
senior tentang bagaimana cara untuk mengajak kaum muda agar ikut serta. Selain
itu juga mengadakan pendekatan kepada kaum muda dengan tujuan
agar kaum muda mengerti manfaat dari beternak. Kegiatan lain yang dapat dilakukan seperti seminar dan perlombaan yang berhubungan dengan
pentingnya berternak serta manfaat yang didapat. Kaum muda mungkin belum
merasakan manfaat dan keuntungan dari beternak secara langsung oleh karena itu
harus ada program dimana kaum muda-mudi diberi tantangan untuk mememilihara
dengan mendapat keuntungan sebanyak-banyakanya secara beregu. Regu yang paling
banya mendapat keuntungan dalam jangka waktu tertentu akan mendapatkan hadiah
berupa ternak yang dapat mereka pelihara.
Inti dari pendekatan kepada
kaum muda dan para peternak adalah melakukan penyadaran kepada mereka agar
memahami manfaat beternak. Tahap selanjutnya dilakukan pemberdayaan. Menurut
Payne (1997) menjelaskan bahwa pemberdayaan pada hakekatnya bertujuan untuk
membantu klien mendapatkan daya, kekuatan dan kemampuan untuk mengambil
keputusan dan tindakan yang akan dilakukan dan berhubungan dengan diri klien
tersebut, termasuk mengurangi kendala pribadi dan sosial dalam melakukan
tindakan. Orang-orang yang telah mencapai tujuan kolektif diberdayakan melalui
kemandiriannya, bahkan merupakan “keharusan” untuk lebih diberdayakan melalui
usaha mereka sendiri dan akumulasi pengetahuan, ketrampilan serta sumber
lainnya dalam rangka mencapai tujuan tanpa tergantung pada pertolongan dari
hubungan eksternal.
Masyarakat diberdayakan
dengan dilakukan pendampingan sosial hingga mereka dapat mandiri. Sesuai dengan
prinsip pekerjaan sosial, yakni “membantu orang agar mampu membantu dirinya sendiri”,
Pembangunan masyarakat sangat memperhatikan pentingnya partisipasi sosial dan
pendekatan pemberdayaan masyarakat. Dalam konteks ini, dan bahkan dalam hampir
semua praktek pekerjaan sosial, peranan seorang community worker seringkali
diwujudkan dalam kapasitasnya sebagai pendamping, bukan sebagai penyembuh atau
pemecah masalah (problem solver) secara langsung. Dalam konteks pembangunan
masyarakat, pendampingan sosial berpusat pada tiga visi praktek pekerjaan
sosial, yang dapat diringkas sebagai 3P, yaitu: pemungkin (enabling) pendukung
(supporting) dan pelindung (protecting). Merujuk pada Payne (1997), prinsip
utama pendampingan sosial adalah “making the best of the client’s resources”.
Dalam pendampingan sosial, klien dan lingkungannya tidak dipandang sebagai
sistem yang pasif dan tidak memiliki potensi apa-apa. Sebagaimana dinyatakan
oleh Payne
Teknologi digunakan untuk mendapatkan hasil maksimal, namun peternak masih
terbatas dengan teknologi. Peternak belum dapat menerapkan teknologi modern
tersebut karena sumber daya manusia dalam menggunakan teknologi masih kurang.
Misalnya pembenahan sistem perkandangan masih sangat tradisional, pemberian
minum untuk ternak masih secara manual dengan mengambil air dari sumur dibawa
kekandang menggunakan ember. Perlu adanya efisiensi dengan menggunakan
teknologi yang lebih modern seperti penggunaan instalasi pengairan contohnya
setiap kandang memiliki keran air yang dapat digunakan sewaktu waktu.
Limbah ternak yang tidak
diolah sebenarnya berpeluang sangat besar untuk dimanfaatkan. Menurut anggota Kelompok
Ternak Sidorejo
mereka sudah mempunyai pengolahan feses
sapi untuk dijadikan pupuk dan biogas. Kendala yang mereka hadapi yaitu
kurangnya teknologi pengolahan biogas serta warga yang belum mau menggunakan
biogas karena dianggap bau dan kurang aman.
Peternak belum mengetahui teknologi tepat guna dalam pengolahan limbah. Pengolahan
limbah yang belum optimal dapat diatasi dengan mengadakan penyuluhan-penyuluhan secara
berkala dari lembaga peternakan maupun
intansi
pemerintah maupun mahasiswa peternakan sendiri. Penyuluhan tersebut bertujuan untuk mengajarkan
masyarakat tentang pengolahan limbah secara efisien selain itu juga
memperkenalkan kepada warga tentang penggunaan biogas yang sebenarnya tidak
berbahaya bagi kesehatan. Selain itu juga dibutuhkan koordinasi dari pemerintah
mengenai kebutuhan biaya pembuatan teknologi pengolahan limbah karena biaya
yang dibutuhkan tidak sedikit.
Peternak masih terbilang individualis walaupun mereka berternak secara
berkelompok dilihat dari metode penjualan yang mereka gunakan. Peternak masih
sebatas menjual ternak secara individu dengan tidak melakukan perundingan
dengan kelompok tersebut sehingga untung rugi ditanggung sendiri. Sebaiknya
kelompok mencoba untuk membangun sistem koperasi dimana modal bersama dengan
keuntungan bersama. Dengan modal bersama dana yang ada digunakan untuk membeli
ternak yang dikelola secara bersama. Masyarakat bekerja di kelompok tersebut
dan mendapat gaji tetap dari kelompok tersebut sesuai hasil kerja mereka.
Selama ini penjualan hanya dikelola secara individu dan keuntungan hanya
didapat hanya dari penjualan sapi yang mereka miliki, jika mereka tidak menjual
maka mereka tidak mendapatkan keuntungan. Sebagai orang diluar sistem kita
dapat memberikan masukan berupa cara-cara penggunaan teknologi yang tepat guna.
Mengadakan pelatihan-pelatihan khusus yang dapat diikuti oleh peternak sehingga
peternak memahami bahwa beternak bukan sekedar pekerjaan sampingan melainkan
bekerja secera profesional dan menganggap beternak sebagai pekerjaan utama.
BAB V
KESIMPULAN
Kesimpulan
yang di dapat dari praktikum ini bahwa kegiatan beternak
dalam kelompok memiliki banyak keunggulan dari pada beternak secara
sendiri-sendiri. Masalah pembangunan dapat diselesaiakan dengan dukungan
berbagai pihak yaitu pemerintah, swasta dan pihak akademis untuk meningkatkan
kemampuan peternak dalam mengolah sumber daya alam.
Saran
Pemerintah harus turun tangan membantu masyarakat demi lancarnya pembangunan. Pemerintah diharapkan
memberikan penyuluhan secara berkala kepada kelompok ternak. Penyuluhan
mengenai pengolahan hasil samping yang dihasilkan oleh ternak seperti
pemanfaatan limbah feses yang dapat dikembangkan menjadi Biogas dan pupuk
sehingga dapat membantu atau meningkatkan pendapatan kelompok ternak dari sektor
yang lain.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2013. Sekilas
Kabupaten Bantul. Di akses di
http://www.bantulkab
.go.id/pemerintahan/ sekilas_kabupaten _bantul .html Diakses pada tanggal 1 April 2012.
Agustina Abdultah, 2013, Peranan penyuluhan dan kelompok
tani ternak untuk meningkatkan
adopsi teknologi dalam peternakan sapi
potong. Fakulatas Peternakan Universitas Hasanuddin Makassar.
Sulawesi Selatan.
Direktorat Pengembangan Peternakan. 2002. Pengembangan
Kelembagaan Peternak di Kawasan Agribisnis Berbasis
Peternakan,.Direktorat Pengembangan Peternakan.
DirektoratJenderal Bina Produksi Peternakan, Departemen
Pertanian. Jakarta.
potong. Fakulatas Peternakan Universitas Hasanuddin Makassar.
Sulawesi Selatan.
Direktorat Pengembangan Peternakan. 2002. Pengembangan
Kelembagaan Peternak di Kawasan Agribisnis Berbasis
Peternakan,.Direktorat Pengembangan Peternakan.
DirektoratJenderal Bina Produksi Peternakan, Departemen
Pertanian. Jakarta.
Deptan,2008, Rencana Kinerja Tahunan 2013, Diakses di
http://www.deptan.go.id/sakip/admin/data/RKT-STPP-Yogyakarta-
2013.pdf tanggal 12
mei 2013
Payne M. 1997. Modern Social Work Theory. Edisi Kedua. MacMillan
Press Ltd. London.
Rohmad. 2013. Diktat Pengantar Ilmu Peternakan (PIP). Jurusan
Peternakan Fakultas Peternakan Universitas Islam Kediri. Kediri.
Peternakan Fakultas Peternakan Universitas Islam Kediri. Kediri.
Van Den Ban dan Hawkins. 1999. Penyuluhan Pertanian. Kanisius. Yogyakarta.
Yogya litbang, 2013, Daya dukung wilayah terhdap ternak. diakses di
http://yogya.litbang.deptan.go.id/ind/images/katam/mh12012btl.pdf tanggal 8 Mei 2013
http://yogya.litbang.deptan.go.id/ind/images/katam/mh12012btl.pdf tanggal 8 Mei 2013
DAFTAR LAMPIRAN

Gambar 1. Kelompok
ternak Sidorejo Jamsostek

Gambar 2. Kandang Kelompok
ternak Sidorejo Jamsostek

Gambar 3. Sarasehan
bersama Kelompok ternak
Post a Comment for "Pembangunan Masyarakat daerah bantul"