Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Pembangunan Masyarakat daerah bantul



BAB I
PENDAHULUAN

Latar Belakang
            Kabupaten Bantul adalah kabupaten di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, Indonesia. Ibu kotanya adalah Bantul. Kabupaten ini berbatasan dengan Kota Yogyakarta dan Kabupaten Sleman di utara, Kabupaten Gunung Kidul di timur, Samudra Hindia di selatan, serta Kabupaten Kulon Progo di barat. Obyek wisata Pantai Parangtritis terdapat di wilayah kabupaten ini. Bagian selatan kabupaten ini berupa pegunungan kapur, yakni ujung barat dari Pegunungan Sewu. Sungai besar yang mengalir di antaranya Kali Progo (membatasi kabupaten ini dengan Kabupaten Kulon Progo, Kali Opak, Kali Tapus, beserta anak-anak sungainya (Anonim, 2013).

            Kabupaten Bantul terletak antara 07° 44′ 04″ – 08° 00′ 27″ LS dan 110° 12′ 34″ – 110° 31′ 08″ BT. Luas wilayah Kabupaten Bantul 508,85 Km2 (15,90 5 dari Luas wilayah Propinsi DIY) dengan topografi sebagai dataran rendah 40% dan lebih dari setengahnya (60%) daerah perbukitan yang kurang subur, secara garis besar terdiri dari : Bagian Barat, adalah daerah landai yang kurang serta perbukitan yang membujur dari Utara ke Selatan seluas 89,86 km2 (17,73 % dari seluruh wilayah). Bagian Tengah, adalah daerah datar dan landai merupakan daerah pertanian yang subur seluas 210.94 km2 (41,62 %). Bagian Timur, adalah daerah yang landai, miring dan terjal yang keadaannya masih lebih baik dari daerah bagian Barat, seluas 206,05 km2 (40,65%). Bagian Selatan sebenarnya merupakan bagian dari daerah bagian Tengah dengan keadaan alamnya yang berpasir dan sedikit berlaguna, terbentang di Pantai Selatan dari Kecamatan Srandakan, Sanden dan Kretek (Anonim, 2013).
            Teknik budidaya pertanian dan peternakan yang digunakan di Kabupaten Bantul pada umumnya masih sederhana. Warga disana kebanyakan menggunakan cara tradisional. Pertanian dan peternakan saling berhubungan erat. Pertanian dan peternakan pedesaan sebagai salah satu potensi besar yang dimiliki daerah perlu mendapat perhatian lebih dalam pengembangannya. Dibutuhkan upaya yang lebih serius dalam pengembangan Sumber Daya Alam (SDA) dan Sumber Daya
Manusia (SDM) bidang pertanian.
            Seiring dengan jalannya pembangunan di Kabupaten Bantul yang pesat menyentuh disemua sektor kehidupan masyarakat khususnya dalam sektor pertanian dan peternakan, sehingga perlu dilakukan perencanaan yang sangat matang. Guna menunjang perencanaan yang baik perlu disusun  perencanaan pembangunan sebagai pedoman arah pembangunan sehingga mencapai target dan sasaran yang diinginkan. Salah satu langkah dalam upaya pembangunan daerah adalah membina hubungan dan komunikasi yang interaktif antara pemerintah daerah dan masyarakat desa. Berbagai bentuk upaya yang bisa dilakukan antara lain membentuk media konsultasi atau penyuluhan dan penyebaran informasi, ataupun bantuan berupa fasilitas maupun dana yang bisa dimanfaatkan warga pedesaan dalam mengembangkan usaha pertanian dan peternakannya.
            Kelompok Sidorejo adalah kelompok peternak sapi potong yang terletak di dusun Sulang Kidul, Patalan, Jetis, Bantul dan berdiri pada tanggal 18 september tahun 1994. Berawal dari adanya anjuran dari Dinas Kesehatan untuk menjaga lingkungan tempat tinggal..kibat anjuran tersebut maka ternak-ternak yang awalnya dipelihara di sekitar rumah, dipindahkan dan dikelompokkan ke lahan tersendiri milik desa. Kelompok terus berkembang sampai saat ini dan telah memperoleh banyak penghargaan serta mampu memperoleh bantuan dari Jamsostek sehingga mempunyai bangunan kandang yang baik dan lingkungan kandang yang cukup bersih dan tertata rapi.
            Seluruh lahan yang digunakan peternak seluas 1.5 hektar termasuk untuk kandang dan Hijauan Makanan Ternak (HMT). Saat ini jumlah anggota mencapai 50 orang yang diketuai oleh Bapak H. Slamet Pujoharjono. Pak Slamet dibantu oleh beberapa pengurus yang mampu mengelola kelompok agar berjalan lebih baik. Kelompok mengadakan pertemuan setiap malam senin pahing. Kelompok telah memiliki berbagai fasilitas yang memadai. Kelompok memiliki bangunan kandang yang relatif baik dilihat dari bahan bangunan dan tata letak kandang, selain itu juga memiliki ruang pertemuan, serta adanya tempat untuk menampung kompos yang telah jadi.

Tujuan Praktek Lapangan
            Tujuan praktek lapangan adalah untuk  melihat langsung kegiatan peternakan rakyat di pedesaan, mengetahui program-program yang dilakukan dan menganalisis permasalahan yang ada di masyarakat khususnya dalam rangka  pembanguna masyarakat.

Manfaat Praktek Lapangan
            Praktek lapangan ini diharapkan mampu memberikan manfaat mengenai pentingnya mengetahui kondisi peternakan yang ada di pedesaan. Mahasiswa dapat langsung mengamati kelompok ternak dan berinteraksi serta menjalin silaturahmi. Mengetahui kondisi peternakan serta menganalisis masalah dan mengambil langkah-langkah untuk mengembangkan peternakan didaerah tersebut.







BAB II
GAMBARAN UMUM PEMBANGUNAN PERTANIAN

            Sektor pertanian hingga kini masih memiliki peranan yang strategis dalam pembangunan nasional, baik bagi pertumbuhan ekonomi maupun pemerataan pembangunan. Peran strategis sektor pertanian bagi pertumbuhan ekonomi antara lain: Penyedia pangan bagi penduduk Indonesia, penghasil devisa negara melalui ekspor, penyedia bahan baku industri, peningkatan kesempatan kerja dan usaha, peningkatan PDB, pengentasan kemiskinan dan perbaikan SDM pertanian melalui kegiatan Penyuluhan Pertanian (Deptan, 2008).
Konsep pembangunan pertanian adalah suatu proses untuk menuju perubahan dalam bidang pertanian dengan meningkatkan hasil usaha tani. Pembangunan pertanian tidak hanya dilakukan oleh para petani saja, namun harus berkesinambungan dengan bidang lainnya, salah satunya adalah bidang peternakan. Perubahan lingkungan strategis yang sangat cepat, baik domestik maupun internasional, akan membawa pengaruh yang sangat besar terhadap dinamika pembangunan pertanian. Kondisi tersebut memerlukan penyesuaian terhadap arah dan kebijakan serta pelaksanaan program pembangunan pertanian.
            Komunikasi pertanian sangat penting guna menunjang penyerapan informasi dari penyuluh, sehingga pesan yang disampaikan penyuluh dapat diterima dan diterapkan dengan baik dan benar. Akan tetapi yang terjadi saat ini tidak semua teknologi baru yang ditawarkan oleh pihak penyuluh mampu diserap dan diadopsi oleh peternak. Van Den Ban (1999) menyatakan tujuan utama kebijakan pembangunan pertanian yakni merangsang petani untuk memanfaatkan teknologi produksi modern dan ilmiah yang dikembangkan melalui penelitian.
            Penyuluhan diantaranya merupakan proses untuk meningkatkan pengetahuan dan mengembangkan wawasan terhadap suatu masalah, serta membantu menyusun kerangka berdasarkan pengetahuan yang dimiliki petani dan membantu petani memperoleh pengetahuan yang khusus berkaitan dengan cara pemecahan masalah yang dihadapi serta akibat yang ditimbulkannya sehingga mereka mempunyai berbagai alternatif tindakan (Van Den Ban, 1999).
            Pertanian mempunyai hubungan erat dengan dunia peternakan. Pertanian sendiri mempunyai makna yang  sangat luas, meliputi berbagai aspek tentang dunia bertani, mengenal tanaman berserta manfaatnya, cara pengolahan hasil bercocok tanam dan pembibitan. Pertanian memiliki hubungan erat dengan dunia peternakan karena pertanian digunakan dalam peternakan dalam hal pakan ternak. Dibutuhkan ilmu pertanian untuk memilih dan mengetahui kandungan tanaman tersebut. Tanpa adanya pakan maka ternak tidak dapat hidup. Ilmu pertanian digunakan untuk memilih tanaman yang tepat untuk pakan sehingga dapat menghasilkan hasil ternak yang sehat dan gemuk.
            Pembangunan pertanian di desa Sulang Kidul, Patalan, Jetis, Bantul merupakan sektor utama yang memberikan kontribusi yang besar terhadap pembangunan daerah/desa. Pertanian didominasi oleh tanaman pangan berupa padi. Hal tersebut terlihat disepanjang jalan dari yogyakarta menuju desa ini banyak sawah..Rencana pengembangan peruntukan budidaya pertanian diarahkan untuk pemanfaatan secara intensif lahan yang belum dimanfaatkan dan tersebar di seluruh wilayah Kabupaten Bantul.
            Lahan HMT yang dimiliki kelompok Ternak Sidorejo sebesar 1.5 Hektar. Pakan yang digunakan oleh para peternak adalah hasil dari menanam sendiri. Mereka telah memiliki lahan sendiri. Tanaman yang ditanam untuk pakan juga beraneka macam. Disekitar kandang juga ditanami beberapa macam tanaman untuk pakan. Jadi, mereka memanfaatkan berbagai macam lahan untuk menanam tanaman pakan. Namun, kebutuhan pakan ternak dan jumlah tanaman yang ada tidak mencukupi, sehingga terkadang mereka harus membeli sebagai tambahan pakan.
BAB III
GAMBARAN UMUM PEMBANGUNAN PETERNAKAN

Kelompok ternak di wilayah Sidorejo tergolong kedalam peternakan semi modern.  Tidak dikatakan tradisional karena sistem pemeliharaan sudah mendekati modern, juga belum dapat dikatakan modern karena kelompok ini belum mempunyai alat-alat yang canggih dalam beternak.  Menurut Rohmad (2013) Karakteristik Peternakan di Indonesia terdiri dari Peternakan Tradisional dengan ciri-ciri Jumlah ternak sedikit, Input teknologi rendah, Tenaga kerja Keluarga dan profit rendah (sebagai tabungan). Peternakan Backyard dengan ciri-ciri Jumlah ternak sedikit, Input teknologi mulai tinggi, Tenaga kerja Keluarga dan profit sedang. Diwakili peternak ayam ras dan sapi perah.  Peternakan Modern dengan ciri-ciri Jumlah ternak banyak, Input teknologi tinggi, Tenaga kerja spesifik bidang peternakan dan profit tinggi.
 Proses breeding di kelompok Sidorejo telah menggunakan metode Inseminasi buatan dengan pemilihan bibit unggul yang terkontrol oleh mantri ternak atau dokter hewan. Ransum makanan ternak untuk sapi telah disesuaikan dengan kebutuhan ternak penggemukan seperti konsentrat, katul dan ampas tela. Peternak sudah memahami perhitungan ekonomi dalam beternak. Mereka melakukan penggemukan selama kurang lebih 3 bulan setelah waktunya kemudian harus dijual. Kelompok ternak ini memiliki 50 kandang yang dapat digunakan oleh warga selain itu juga dari 1.5 hektar yang ada 0.5 hektar digunakan untuk hijauan makanan ternak. Peternak juga telah mengerti mengenai proses pembuatan silase dari jerami sehingga kebutuhan pakan dapat tercukupi. Dilihat dari sistem perkandangan masih sangat tradisional. Mereka belum dapat menggunakan sistem pengaliran air seperti kran air selain itu juga pembuangan feses sapi masih sebatas ditempatkan disekitar kandang belum ditata menggunakan bak penampungan yang baik.
            Usaha peternakan pada umumnya dilakukan oleh masyarakat di pedesaan dan diusahakan secara tradisional, dengan jumlah pemilikan ternak sangat terbatas dan hanya merupakan usaha sambilan. Walaupun demikian sumbangan sub sektor peternakan dalam pemenuhan kebutuhan protein hewani maupun bagi pendapatan domestic bruto dari sektor pertanian adalah cukup besar dibanding sub sektor lainnya (Agustina,2013).
             
Kelembagaan peternak selama ini masih dipandang sebagai suatu obyek (target group) untuk melaksanakan suatu hasil keputusan institusi yang lebih tinggi, dengan perencanaan yang sentralistik, "top down" dan seragam, dilengkapi fasilitas sarana dan prasarana yang merupakan bantuan/uluran tangan pemerintah. Pada kondisi seperti itu kelembagaan peternak terlihat berfungsi baik sesuai kompetensi yang ditetapkan selagi bantuan/fasilitas masih cukup tersedia. Di sisi lain dengan perencanaan yang sentralistik dan "top down" mengakibatkan kelembagaan peternak menjadi lemah dan sangat tergantung kepada bantuan pihak luar. Akibatnya kelembagaan peternak tidak mendorong peluang anggotanya untuk berusaha terutama dalam mengembangkan kreativitas dan ide-ide baru, tidak mendorong tumbuhnya partisipasi masyarakat yang lebih sesuai dengan kondisi lokal spesifik dan semakin menguatnya ketergantungan
kelembagaan komunitas pedesaan (Direktorat pengembangan Peternakan, 2002).
            Pengembangan kelembagaan peternak dilaksanakan dengan menumbuhkan kesadaran bahwa hal itu dilakukan "dari", "oleh" dan "untuk" masyarakat peternak. Kelembagaan peternak didasari oleh adanya kesamaan kepentingan dalam menangani bidang peternakan, sehingga kelembagaan peternak tersebut memiliki kemampuan untuk melakuakan akses kepada seluruh sumberdaya yang ada, baik sumberdaya alam, sumberdaya manusia, sumber permodalan,informasi, sarana dan prasaranal. Pengembangan kelembagaan peternak dilaksanakan dengan menumbuhkan kesadaran bahwa hal itu dilakukan "dari", "oleh" dan "untuk" masyarakat peternak. Kelembagaan peternak didasari oleh adanya kesamaan kepentingan dalam menangani bidang peternakan, sehingga kelembagaan peternak tersebut memiliki kemampuan untuk melakuakan akses kepada seluruh sumberdaya yang ada, baik sumberdaya alam, sumberdaya manusia, sumber permodalan, informasi, sarana dan prasarana (Direktorat Pengembangan Peternakan, 2002).
            Daya dukung wilayah terhadap peternakan tradisional adalah kemampuan wilayah tersebut untuk menghasilkan pakan terutama berupa hijauan yang dapat menampung bagi kebutuhan sejumlah populasi ternak dalam bentuk segar ataupun kering, tanpa melalui pengolahan dan tanpa tambahan khusus. Sedangkan Indeks Daya Dukung (IDD) tersebut diperoleh dari total hijauan pakan tercerna yang tersedia dibagi jumlah kebutuhan pakan tercerna bagi sejumlah populasi ternak diwilayah itu dengan mempertimbangkan nilai manfaat lain secara optimum. Kabupaten Bantul: di wilayah Kabupaten ini hijauan pakan yang dihasilkan sebanyak 263787.68 ton bahan kering, sedangkan yang dibutuhkan sebanyak 34397.62 ton bahan kering, sehingga masih mampu menyediakan hijauan sebanyak 115696.35 ton bahan kering. Didaerah ini dengen populasi yang sudah ada maka masih mampu menyediakan hijauan pakan untuk 85523.0 Saw Ternak (ST) (Yogya litbang, 2013).
            Kabupaten Bantul merupakan salah satu daerah penyuplai sapi potong di Pulau Jawa dengan didukung oleh kualitas lingkungan yang masih baik serta masih luasnya lahan pertanian untuk mendukung sumber pakan ternak menjadi salah satu faktor Kabupaten Bantul secara rutin mampu memproduksi sapi potong. Banyak sekali peternak yang membudidayakan sapi secara tradisional yang masih memanfaatkan halaman belakang rumah sebagai kandang (Yogya litbang, 2013).
            Pada awalnya ketika kelompok ini berdiri merupakan inisiatif dari ketua kelompok. Ada penawaran dana Hibah dari PT Jamsostek mengenai perbaikan lingkungan. Ketua kelompok dengan beberapa warga mengajukan proposal pembuatan kandang untuk di ajukan dan PT Jamsostek menyetujui. Mereka mendapat dana hibah sebesar 180 juta. Dana tersebut digunakan untuk membangun kandang dan prasarana kebersihan kandang lainya. Lahan yang digunakan merupakan lahan pemerintah. Peternak hanya menyewa lahan tersebut dengan membayar biaya sewa kavling sebesar Rp 30.000/kavling/tahun ke pemerintah desa.
Awalnya  hanya sedikit sekali warga yang mau bergabung. Hal ini disebabkan karena anggapan  bahwa ternak adalah sebagai kekayaan yang selayakanya kekayaan itu tidak jauh dari pemiliknya. Para pendiri disertai dengan kepala desa melakukan pendekatan dengan warga melalui koordinasi subkelompok. Pendekatan tersebut dilakukan dengan cara mencari kawan untuk diajak berkelompok misalnya Pak Slamet yang biasa akrab dengan Pak Fajri, Pak Janu dan Pak Irsha kemudian mereka dibuat kelompok kecil yang kemudian akan lebih mudah untuk diajak berkumpul dalam kelompok besar. Tujuan dibentuknya kelompok ternak Sidorejo ini  awalnya adalah untuk program kesehatan lingkungan dengan menjauhkan hewan ternak dari rumah dan mengelompokkan ternak-ternak warga agar tidak terjadi pencemaran lingkungan.
Warga Sidorejo sebelumnya memelihara ternak dirumah masing-masing. Sering terjadi ketimpangan harga karena pembeli ternak sering menurunkan harga tanpa sepengetahuan peternakan. Tidak adanya pembanding antara ternak satu dengan yang lainya yang menyebabkan peternak mudah dikelabui. Seiring berjalanya waktu kemudian kelompok ini dapat berkembang dan semakin banyak yang bergabung di kelompok ternak ini. Saat ini ada 50 kandang yang diisi oleh warga. Diantara sapi-sapi tersebut, sapi yang paling banyak dikembangbiakkan adalah Sapi Limousine, tetapi terdapat pula sapi jenis Simmental dan paling banyak adalah peranakan ongole. Peternak memilih sapi jenis tersebut karena harga jualnya tinggi dan paling sering dicari oleh konsumen.
Langkah untuk mengelompokan warga yang mempunyai hewan ternak sapi potong para peternak melakukan pertemuan rutin setiap senin pahing. Hal tersebut bisa dijadikan evaluasi kelompok ternak sekaligus sebagai tempat sharing berabagai masalah yang ada. Para anggota bisa saling belajar kekurangan dan kelebihan cara beternak mereka. Selain itu, pengelompokan hewan ternak ini bisa menambah kerukunan antar warga sekitar. Kegiatan ronda di kelompok juga sudah berjalan, bahkan sudah terdapat jadwal ronda setiap malam untuk menjaga keamanan lingkungan kandang. Setiap malam dijadwalakan ada 7 orang untuk berjaga malam. Hal tersebut menunjukan bahwa masyarakat telah berpartisipasi secara aktif. Masyarakat ikut merencanakan serta ikut mengambil keputusan serta ikut dalam usaha pelaksanaanya. Peran serta pemerintah Kabupaten Bantul juga cukup baik dalam usaha pembangunan. Setiap beberapa bulan sekali memberikan pengawasan terhadap penyakit ternak sehingga peternak semakin merasa aman dalam beternak.  

BAB IV
PERMASALAHAN DAN PEMECAHAN

Permasalahan
Berdasarkan praktek lapangan ditemukan beberapa permasalahan yaitu: 1) Regenerasi peternak muda belum baik 2) Peternak belum memaksimalkan teknologi modern serta kurangnya kemampuan peternak mengolah limbah 3) Peternak masih bersifat individu dan belum benar-benar berkelompok.

Pemecahan
Perlu adanya regenerasi kaum muda melihat keadaan kaum muda-mudi belum mau ikut serta dalam kelompok ternak. Kemungkinan karena kaum muda belum memahami manfaat dari beternak secara berkelompok. Peternak senior belum mampu mengajak kaum muda untuk ikut serta dalam usaha ternak mereka. Salah satu cara untuk menyelesaikanya adalah dengan penyuluhan secara berkala kepada peternak senior tentang bagaimana cara untuk mengajak kaum muda agar ikut serta. Selain itu juga mengadakan pendekatan kepada kaum muda dengan tujuan agar kaum muda mengerti manfaat dari beternak. Kegiatan lain yang dapat dilakukan seperti seminar dan perlombaan yang berhubungan dengan pentingnya berternak serta manfaat yang didapat. Kaum muda mungkin belum merasakan manfaat dan keuntungan dari beternak secara langsung oleh karena itu harus ada program dimana kaum muda-mudi diberi tantangan untuk mememilihara dengan mendapat keuntungan sebanyak-banyakanya secara beregu. Regu yang paling banya mendapat keuntungan dalam jangka waktu tertentu akan mendapatkan hadiah berupa ternak yang dapat mereka pelihara.
Inti dari pendekatan kepada kaum muda dan para peternak adalah melakukan penyadaran kepada mereka agar memahami manfaat beternak. Tahap selanjutnya dilakukan pemberdayaan. Menurut Payne (1997) menjelaskan bahwa pemberdayaan pada hakekatnya bertujuan untuk membantu klien mendapatkan daya, kekuatan dan kemampuan untuk mengambil keputusan dan tindakan yang akan dilakukan dan berhubungan dengan diri klien tersebut, termasuk mengurangi kendala pribadi dan sosial dalam melakukan tindakan. Orang-orang yang telah mencapai tujuan kolektif diberdayakan melalui kemandiriannya, bahkan merupakan “keharusan” untuk lebih diberdayakan melalui usaha mereka sendiri dan akumulasi pengetahuan, ketrampilan serta sumber lainnya dalam rangka mencapai tujuan tanpa tergantung pada pertolongan dari hubungan eksternal.
Masyarakat diberdayakan dengan dilakukan pendampingan sosial hingga mereka dapat mandiri. Sesuai dengan prinsip pekerjaan sosial, yakni “membantu orang agar mampu membantu dirinya sendiri”, Pembangunan masyarakat sangat memperhatikan pentingnya partisipasi sosial dan pendekatan pemberdayaan masyarakat. Dalam konteks ini, dan bahkan dalam hampir semua praktek pekerjaan sosial, peranan seorang community worker seringkali diwujudkan dalam kapasitasnya sebagai pendamping, bukan sebagai penyembuh atau pemecah masalah (problem solver) secara langsung. Dalam konteks pembangunan masyarakat, pendampingan sosial berpusat pada tiga visi praktek pekerjaan sosial, yang dapat diringkas sebagai 3P, yaitu: pemungkin (enabling) pendukung (supporting) dan pelindung (protecting). Merujuk pada Payne (1997), prinsip utama pendampingan sosial adalah “making the best of the client’s resources”. Dalam pendampingan sosial, klien dan lingkungannya tidak dipandang sebagai sistem yang pasif dan tidak memiliki potensi apa-apa. Sebagaimana dinyatakan oleh Payne
Teknologi digunakan untuk mendapatkan hasil maksimal, namun peternak masih terbatas dengan teknologi. Peternak belum dapat menerapkan teknologi modern tersebut karena sumber daya manusia dalam menggunakan teknologi masih kurang. Misalnya pembenahan sistem perkandangan masih sangat tradisional, pemberian minum untuk ternak masih secara manual dengan mengambil air dari sumur dibawa kekandang menggunakan ember. Perlu adanya efisiensi dengan menggunakan teknologi yang lebih modern seperti penggunaan instalasi pengairan contohnya setiap kandang memiliki keran air yang dapat digunakan sewaktu waktu.
Limbah ternak yang tidak diolah sebenarnya berpeluang sangat besar untuk dimanfaatkan. Menurut anggota Kelompok Ternak Sidorejo mereka sudah mempunyai pengolahan feses sapi untuk dijadikan pupuk dan biogas. Kendala yang mereka hadapi yaitu kurangnya teknologi pengolahan biogas serta warga yang belum mau menggunakan biogas karena dianggap bau dan kurang aman.
Peternak belum mengetahui teknologi tepat guna dalam pengolahan limbah. Pengolahan limbah yang belum optimal dapat diatasi dengan mengadakan penyuluhan-penyuluhan secara berkala dari lembaga peternakan maupun intansi pemerintah maupun mahasiswa peternakan sendiri. Penyuluhan tersebut bertujuan untuk mengajarkan masyarakat tentang pengolahan limbah secara efisien selain itu juga memperkenalkan kepada warga tentang penggunaan biogas yang sebenarnya tidak berbahaya bagi kesehatan. Selain itu juga dibutuhkan koordinasi dari pemerintah mengenai kebutuhan biaya pembuatan teknologi pengolahan limbah karena biaya yang dibutuhkan tidak sedikit.
Peternak masih terbilang individualis walaupun mereka berternak secara berkelompok dilihat dari metode penjualan yang mereka gunakan. Peternak masih sebatas menjual ternak secara individu dengan tidak melakukan perundingan dengan kelompok tersebut sehingga untung rugi ditanggung sendiri. Sebaiknya kelompok mencoba untuk membangun sistem koperasi dimana modal bersama dengan keuntungan bersama. Dengan modal bersama dana yang ada digunakan untuk membeli ternak yang dikelola secara bersama. Masyarakat bekerja di kelompok tersebut dan mendapat gaji tetap dari kelompok tersebut sesuai hasil kerja mereka. Selama ini penjualan hanya dikelola secara individu dan keuntungan hanya didapat hanya dari penjualan sapi yang mereka miliki, jika mereka tidak menjual maka mereka tidak mendapatkan keuntungan. Sebagai orang diluar sistem kita dapat memberikan masukan berupa cara-cara penggunaan teknologi yang tepat guna. Mengadakan pelatihan-pelatihan khusus yang dapat diikuti oleh peternak sehingga peternak memahami bahwa beternak bukan sekedar pekerjaan sampingan melainkan bekerja secera profesional dan menganggap beternak sebagai pekerjaan utama.




BAB V
KESIMPULAN

Kesimpulan yang di dapat dari praktikum ini bahwa kegiatan beternak dalam kelompok memiliki banyak keunggulan dari pada beternak secara sendiri-sendiri. Masalah pembangunan dapat diselesaiakan dengan dukungan berbagai pihak yaitu pemerintah, swasta dan pihak akademis untuk meningkatkan kemampuan peternak dalam mengolah sumber daya alam.
                                                           
                                                           
Saran

Pemerintah harus turun tangan membantu masyarakat demi lancarnya pembangunan. Pemerintah diharapkan memberikan penyuluhan secara berkala kepada kelompok ternak. Penyuluhan mengenai pengolahan hasil samping yang dihasilkan oleh ternak seperti pemanfaatan limbah feses yang dapat dikembangkan menjadi Biogas dan pupuk sehingga dapat membantu atau meningkatkan pendapatan kelompok ternak dari sektor yang lain.  











DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2013. Sekilas Kabupaten Bantul. Di  akses di 
            http://www.bantulkab .go.id/pemerintahan/ sekilas_kabupaten _bantul .html Diakses pada tanggal 1 April 2012.

Agustina Abdultah, 2013, Peranan penyuluhan dan   kelompok tani ternak            untuk meningkatkan adopsi teknologi dalam peternakan sapi
            potong
. Fakulatas Peternakan Universitas Hasanuddin Makassar.
            Sulawesi Selatan.

Direktorat Pengembangan Peternakan. 2002. Pengembangan
            Kelembagaan Peternak di  Kawasan Agribisnis Berbasis
            Peternakan
,.Direktorat Pengembangan Peternakan.
            DirektoratJenderal Bina Produksi             Peternakan, Departemen
            Pertanian. Jakarta.


Deptan,2008, Rencana Kinerja Tahunan 2013, Diakses di
            http://www.deptan.go.id/sakip/admin/data/RKT-STPP-Yogyakarta-
            2013.pdf
tanggal 12 mei 2013


Payne M.  1997.  Modern Social Work Theory.  Edisi Kedua. MacMillan
            Press Ltd. London.


Rohmad. 2013. Diktat Pengantar Ilmu Peternakan (PIP). Jurusan
            Peternakan Fakultas Peternakan Universitas Islam Kediri
. Kediri.

Van Den Ban dan Hawkins. 1999. Penyuluhan Pertanian. Kanisius.           Yogyakarta.

Yogya litbang, 2013, Daya dukung wilayah terhdap ternak. diakses di
           
http://yogya.litbang.deptan.go.id/ind/images/katam/mh12012btl.pdf             tanggal 8 Mei 2013
           








DAFTAR LAMPIRAN









Gambar 1. Kelompok ternak Sidorejo Jamsostek

Gambar 2. Kandang Kelompok ternak Sidorejo Jamsostek







Gambar 3. Sarasehan bersama Kelompok ternak

Post a Comment for "Pembangunan Masyarakat daerah bantul"