Sistem Perkandangan Ternak Sapi Perah
Kandang sapi perah adalah tempat sapi
dapat beristirahat dengan tenang memberi perlindungan bagi sapi maupun
pekerjanya, terhindar dari air hujan, angin kencang dan teriknya sinar
matahari. Dengan perkataan lain, kandang harus dapat mengeliminer segala faktor
luar yang dapat menimbulkan gangguan sapi perah yang ada di dalamnya. Di
samping faktor luar tadi, hal-hal lainnya yang menyangkut pembuatan kandang
perlu pula diperhatikan (Siregar, 1995).
Kandang
berfungsi sebagai tempat tinggal sapi dan
pekerja peternak-peternak yang mengurus sapi setiap hari. Saran pokok yang
langsung maupun tidak langsung turut menentukan berhasil tidaknya usaha sapi
perah, tempat yang memberi kenyamanan dari alam misalnya hujan, angin dan udara
dingin sehingga merupakan tempat pengawasan kesehatan ternak sapi perah (Syarief
dan Sumoprastowo, 1984). Kandang
berfungsi juga sebagai pelindung ternak dari perubahan
cuaca atau iklim yang ekstrim (panas, hujan dan angin), mencegah dan melindungi
ternak dari penyakit, menjaga keamanan ternak dari pencurian, Memudahkan
pengelolaan ternak dalam prosesproduksi seperti pemberian pakan, minum,
pengelolaaan kotoran/limbah dan perkawinan, dan meningkatkan efisiensi
penggunaan tenaga kerja (Sukmawati
dan Kaharudin, 2010).
Berdasarkan pengukuran yang telah
dilakukan pada saat praktikum diperoleh luas area peternakan di UPT Fakultas
Peternakan adalah 1444,9 m2. Luas area di peternakan Pak Badrian
adalah 3278 m2. Luas area di Lembah Hijau Multifarm diperkirakan
adalah sekitar 8 hektar. Bangunan
kandang didasarkan pada keperluan usaha sapi perah, dan pembangunannya
ditujukan untuk mengurangi penggunan waktu dalam pemeliharaan, efisiensi kerja
dan tenaga kerja. Besar bangunan harus disesuaikan dengan rencana jumlah ternak
yang akan dipelihara dalam keadaan iklim setempat. Hal yang perlu diperhatikan
dalam pembangunan kandang adalah cahaya matahari, ventilasi, letak kandang,
parit (Sutarno, 1994). Berdasarkan literatur yang ada adalah semakin besar
usaha peternakan maka semakin besar pula kandang yang harus dibuat.
Berdasarkan pengukuran yang telah
dilakukan pada saat praktikum diperoleh hasil pengukuran luas kandang di UPT
Fakultas Peternakan adalah model kandang satu baris yang berukuran 21,25 m x
5,1 m dengan keterangan panjang x lebar untuk 12 ekor sapi. Luas kandang di petrnakan Pak Badrian adalah
model kandang 2 baris yaitu head to head yang berukuran 23,3 m x 12,9 m untuk
12 ekor sapi. Menurut
Siregar (1995), ukuran kandang untuk satu ekor sapi dewasa, yaitu panjang dan
lebar adalah 2,10 x 1,45 m untuk sapi-sapi lokal dan 2,10 x 1,50 m untuk
sapi-sapi eksimpor dan sapi perah jantan. Berdasarkan literatur yang ada,
ukuran kandang belum sesuai. Beberapa faktor yang turut menentukan ukuran, tipe, dan
penggunaan kandang antara lain ukuran nyata dari kelompok sapi perah dan
rencana ekspansi; kemiringan, pengaliran dan penampakkan sisi bangunan; kondisi
iklim; ukuran dan produktivitas usaha; tenaga kerja yang tersedia; modal yang
tersedia; aturan sanitasi dan aturan perdagangan susu; aturan pembangunan dan
bangunan di wilayah itu; kesukaan personel (Soetarno, 2003).
Berdasarkan pengamatan pada saat praktikum
kunjungan perusahaan dengan melihat deskripsi kandang laktasi yang meliputi
jenis kandang, bahan kandang, arah kandang dan atap kandang. Hasil pengamatan
yang diperoleh adalah sebagai berikut:
Tabel 1. Deskripsi Kandang Laktasi Sapi
Perah
Deskripsi Kandang laktasi
|
Tempat Praktikum
|
||
UPT Fapet UGM
|
Peternakan Pak Badrian
|
Lembah Hijau Multifarm
|
|
Jenis kandang
|
Kandang tunggal
|
Head to head
|
Head to head
|
Bahan kandang
|
Semen
|
Semen
|
Semen
|
Arah kandang
|
Utara
|
Selatan
|
Utara
|
Atap kandang
|
Gable
|
Monitor
|
Gable
|
Jenis
kandang yang digunakan di UPT Fakultas Peternakan UGM adalah kandang tunggal,
bahan kandang dari semen, arah kandang menghadap ke arah utara dan atap kandang
gable. Jenis kandang yang digunakan di peternakan Pak Badrian adalah kandang
head to head, bahan kandang dari semen, arah kandang menghadap ke arah selatan
dan atap kandang monitor. Jenis kandang yang digunakan di Lembah Hijau
Multifarm adalah kandang head to head, bahan kandang dari semen, arah kandang
menghadap ke arah utara dan atap kandang gable.
Kandang
tunggal atau satu lantai dilihat dari penempatan sapi dibedakan menjadi satu
baris atau lebih dari satu baris. Jenis kandang yang lain yaitu kandang lepas
yang merupakan sistem kandang yang memberi kesempatan sapi bebas karena tidak
ditambat. Kandang ini terdiri dari kandang lepas sistem loose housing merupakan
kandang sapi perah yang sapinya tidak ditambat, bagian kandang ini terdiri dari
ruang tempat istirahat, tempat peranginan dan tempat penyimpanan makanan,
tempat memerah dengan mesin dan tempat sapi kering. Kandang lepas system
freestall pada prinsipnya sama dengan system loose housing, yaitu sapi
dipelihara dikandang dengan tidak ditambat. Pada kandang freestall tempat
istirahat atau tidur sapi disekat-sekat, dan tiap sekatnya hanya cukup untuk
satu ekor (Sutarno, 1994). Menurut Soetarno (2003), jenis kandang untuk sapi
perah ada tiga yaitu kandang laktasi tunggal, kandang laktasi ganda dan kandang
pedet. Kandang berfungsi untuk melindungi sapi dari cuaca buruk, hujan, panas
matahari serta keamanan dari gangguan binatang buas dan pencurian. Berdasarkan
literatur yang ada jenis kandang pada ketiga peternakan telah sesuai.
Bahan yang digunakan untuk membuat kandang pada
ketiga peternakan adalah semen. Menurut Mulyadi dan Marsandi (2007), beberapa
persyaratan yang diperlukan dalam mendirikan kandang antara lain (1) memenuhi
persyaratan kesehatan ternaknya, (2) mempunyai ventilasi yang baik, (3)
efisiensi dalam pengelolaan (4) melindungi ternak dari pengaruh iklim dan
keamanan kecurian (5) serta tidak berdampak terhadap lingkungan sekitarnya.
Konstruksi kandang harus kuat dan tahan lama, penataan dan perlengkapan kandang
kandang hendaknya dapat memberikan kenyamaman kerja bagi petugas dalam dalam
proses produksi seperti memberi pakan, pembersihan, pemeriksaan birahi dan
penanganan kesehatan. Berdasarkan literatur yang ada, bahan yang digunakan
dalam pembuatan kandang telah sesuai karena semen merupakan bahan yang
digunakan dalam pembuatan kandang dengan konstruksi kuat dan tahan lama.
Cahaya
matahari diusahakan dapat masuk ke dalam kandang sebanyak-banyaknya,
lebih-lebih cahaya matahari pagi musuh terbesar dari segala macam kuman-kuman,
dan pada pagi hari (saat cuaca baik) sebaiknya sapi dilepas diluar kandang
karena sinar matahari pagi baik untuk kesehatan sapi (Soetarno, 2003).
Pertukaran udara di kandang perlu dijaga agar pertukaran udara di kandang
sempurna. Kandang sapi perah di daerah tropis sebaiknya terbuka (tidak
berdinding) kecuali di daerah pegunungan yang udaranya dingin atau anginnya
kencang, kandang sebaiknya tertutup (berdinding), tetapi dapat dibuka pada
siang hari agar sirkulasi udara dapat dijaga (Soetarno, 2003). Berdasarkan
literatur yang ada, arah kandang ketiga peternakan telah sesuai karena telah
menghadap utara dan selatan yang membuat cahaya matahari dapat masuk
sebanyak-banyaknya.
Bentuk dan model atap kandang hendaknya
menghasilkan sirkulasi udara yang baik di dalam kandang, sehingga kondisi
lingkungan dalam kandang memberikan kenyamanan ternak. Berdasarkan bentuk atap
kandang, beberapa model atap yaitu atap monitor, semi monitor, gable dan
shade. Model atap untuk daerah dataran tinggi hendaknya menggunakan shade
atau gable, sedangkan untuk dataran rendah adalah monitor atau
semi monitor (Mulyadi dan Marsandi 2007).
Berdasarkan literatur yang ada, model atap yang digunakan belum sesuai dengan
literatur karena peternakan yang di dataran rendah masih menggunakan atap gable yang seharusnya monitor.
Mulyadi, A. dan Marsandi. 2007. Perkandangan Sapi Potong. Pusat
Penelitian dan Pengembangan Peternakan. Pasuruan
Siregar, S.M.S. 1995. Sapi Perah, Jenis Pemeliharaan dan
Analisis Usaha. Penebar Swadaya: Jakarta.
Soetarno, T.
2003. Manajemen Budidaya Sapi Perah. Laboratorium Ternak Perah.
Fakultas Peternakan UGM, Yogyakarta.
Sukmawati, F.M.
Kaharudin. 2010. Petunjuk Praktis
Perkandangan Sapi. Kementerian Pertanian Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian.
NTB.
Sutarno, T.
1994. Manajemen Ternak Perah. Fakultas Peternakan UGM, Jogjakarta.
Syarief, M. dan Sumoprastowo C.D.A. 1984. Ternak Perah.
Edisi Kedua. CV Yasaguna: Jakarta.
Misi gan numpak lapak, ini kami nenyediakan pakan ternak dari bermacam-macam limbah seperti KOPRA, LIMBAH SAWIT, ONGGOK TELO, JANGGEL, KULIT KACANG, KULIT TELO, TETES TEBU, LIMBAH KECAP, SELAMPER, dan masih banyak lagi, untuk info dan pemesanan bisa invet pib bbm 7DFB2B5C atau nomor hp 082311619455, kami berada di BLORA JAWA TENGAH terimakasih.
ReplyDeleteKalau mau beli bibit limousin betina purebred dmn ya? Mohon infonya..nuwun
ReplyDeletebisa mengunjungi balai pembibitan peternakan dibeberapa daerah khususnya di pulau jawa.
Delete