Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Laporan Praktikum BPFR Perhitungan mohon diperbaiki :D



 PENDAHULUAN

Ternak membutuhkan pakan untuk memenuhi kebutuhan nutrient untuk pertumbuhan, perkembangan, sumber energi serta untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya. Nutrient didapat dari mengkonsumsi bahan pakan. Bahan pakan didapat dari tanaman maupun hewan.
Pakan digunakan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi ternak yang nantinya akan berpengaruh pada produktivitas ternak serta pertumbuhan dan perkembangan ternak.  Pakan yang dibutuhkan harus  memiliki kualitas baik yaitu pakan yang mengandung seluruh nutrisi yang dibutuhkan oleh ternak.  Kandungan nutrisi dari suatu bahan pakan dapat diketahui melalui beberapa analisis bahan pakan salah satunya yaitu analisis proksimat.  Bahan pakan perlu dianalisa kandugan nutrienya. Ada beberapa metode analisa yang digunakan menentuka kandungan bahan pakan. Metode yang sering digunakan adalah metode analisis proksimat. Disebut analisis proksimat karena nilai yang diperoleh mendekati nilai komposisi yang sebenarnya.
Tujuan dari praktikum bahan pakan dan formulasi ransum adalah untuk mengetahui kandungan nutrisi dari sampel bahan pakan dengan menggunakan metode analisis proksimat.  Manfaat yang dapat diperoleh dari praktikum bahan pakan dan formulasi ransum adalah dapat mempraktikkan secara langsung prosedur analisis proksimat untuk mengetahui kandungan nutrisi dari suatu sampel atau bahan pakan






TINJUAN PUSTAKA

            Bahan pakan adalah setiap bahan yang dapat dimakan, disukai, dapat dicerna sebagian atau seluruhnya, dapat diabsorpsi dan bermanfaat bagi ternak. Oleh karena itu agar dapat disebut sebagai bahan pakan maka harus memenuhi semua persyaratan tersebut, sedang yang dimaksud dengan pakan adalah bahan yang dapat dimakan, dicerna dan diserap baik secara keseluruhan atau sebagian dan tidak menimbulkan keracunan atau tidak mengganggu kesehatan ternak yang mengkonsumsinya ( kamal, 1998) dalam (Subekti 2009).
         Berdasarkan kandungan zat gizinya bahan pakan dapat dikelompokkan  dalam 5 kelompok yaitu. Pakan sumber energi yaitu pakan yang mengandung protein kurang dari 20%, serat kasar kurang dari 18% dan kandungan dinding sel kurang dari 39%. Pakan sumber protein  yaitu pakan yang mengandung protein lebih dari 20%. Pakan sumber mineral. Pakan Sumber vitamin dan pakan tambahan/Feed aditif (Subekti, 2009).
         Analisis proksimat adalah suatu metoda analisis kimia untuk mengidentifikasi kandungan nutrisi seperti protein, karbohidrat, lemak dan serat pada suatu zat makanan dari bahan pakan. Menurut Musfiroh, Dkk. (2013) Analisis proksimat merupakan analisis makronutrien, yaitu merupakan analisis kasar yang meliputi kadar abu total, air total, lemak total, protein total dan karbohidrat total.
Kadar air mempunyai peranan yang besar terhadap mutu suatu produk. Mutu stabilitas suatu produk ditentukan oleh kadar air yang merupakan salah satu syarat utama pada suatu produk. Syarat tersebut harus dipenuhi karena adanya kadar air yang melebihi standar akan menyebabkan produk tersebut rentan ditumbuhi mikroba atau jasad renik lainnya sehingga akan mempengaruhi kestabilannya. Kandungan air dalam bahan makanan menentukan acceptability, kesegaran, dan sangat berpengaruh terhadap masa simpan bahan pangan, karena air dapat mempengaruhi sifat-sifat fisik atau adanya perubahan-perubahan kimia seperti contoh, kandungan air dalam makanan dapat mempengaruhi tekstur, kenampakan, dan cita rasa makanan  (Winarno, 1997) [U1] dalam [U2] Musfiroh, dkk (2013).
Bahan pakan yang dianalisa pada praktikum ini merupakan daun jaranan dengna nama latin Dolichandrone spathacea (l.f.) K.Schum. Menurut Anonim (2013), Tanaman ini tumbuh di habitat dan ekologi, di daerah muara hulu atau daerah dekat sungai. Tanaman ini juga tumbuh di daerah curah hujan tinggi dan seluruh zona intertidal. Tanaman ini tergolong mangrove dan pohon cepat tumbuh. Spesies ini ditemukan di sebagian besar Asia Tenggara , termasuk Brunei Darussalam , Indonesia, Malaysia , Filipina, Singapura , India , Sri Lanka , Thailand , Kamboja dan selatan Vietnam. Hal ini juga ditemukan di ujung timur laut dari Australia dan Papua Nugini , Kepulauan Solomon dan ke Kaledonia Baru , dan Yap ( Federasi Mikronesia ) dan Palau .
        


HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengamatan Fisik
            Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, bahan pakan di amati melalui penampilan fisiknya. Hasil pengamatan fisik pada bahan pakan yang digunakan maka dapat diketahui pada tabel sebagai berikut :
Tabel 1. Pengamatan fisik daun jaranan
Parameter
Pengamatan
Tekstur
sedikit kasar
Warna  
Hijau
Bau
Segar
Rasa
Hambar
            Berdasarkan pengamatan diketahui bahwa bahan pakan yang diamati berwarna hijau, tekstur sedikit kasar dan bau yang segar. Didapatkan bahwa meat bone meal dari segi teksturnya kasar, warnanya hijau, dan baunya segar dan rasanya hambar. Maka, berdasarkan hasil tersebut dapat diketahui bahwa sampel bahan pakan yang digunakan untuk praktikum adalah daun Jaranan
Daun jaranan. Daun Jaranan memiliki nama umum Indonesia yaitu kayu kuda, kajeng kapal, kayu pelok, kayu pelumping, kati-kati, kayu jaran, ki arak, ki jaran, kuda-kuda, sangi, tomana. Berdasarkan klasifikasinya
Kingdom                    : Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom             : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi              : Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi                          : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas                          : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
Sub Kelas                 : Asteridae
Ordo                           : Scrophulariales
Famili                         : Bignoniaceae
Genus                                    : Dolichandrone
Spesies                      : Dolichandrone spathacea (l.f.) K.Schum.
                                                                                    (Anonim, 2014)[U3] 
 Berdasarkan kandungan bahan pakan. Komposisi daun jaranan antara lain bahan kering 24.492%, protein kasar 18.459, lemak kasar 1.338 dan serat kasar 23.53% (Gunawan dkk, 2003)[U4]  kandungan nutrient daun jaranan sebagai berikut :
Tabel 2. Kandungan nutrien daun jaranan
Parameter
Proporsi %
Bahan kering
24.492
Protein kasar
18.459
Lemak kasar
1.338
Serat Kasar
23.53




Analisis Proksimat
Analisis proksimat adalah suatu metoda analisis kimia untuk mengidentifikasi kandungan nutrisi seperti protein, karbohidrat, lemak dan serat pada suatu zat makanan dari bahan pakan atau pangan. Pendapat itu didukung oleh pernyataan Satyaningtyas dan Estiasih (2014), analisis proksimat adalah suatu metode analisis kimia untuk mengidentifikasi kandungan nutrisi seperti protein, karbohidrat, lemak, air dan abu pada suatu zat makanan dari bahan pangan. Serta, memiliki manfaat sebagai penilaian kualitas bahan pangan terutama pada standar zat makanan yang seharusnya terkandung di dalamnya. Berikut ini adalah hasil uji analisis proksimat pada bahan pakan daun jaranan.
Tabel 3.  Hasil Analisis proksimat daun jaranan


Parameter

Pengamatan

Rata-rata

                 Kelompok 7

    Kelompok 8
Bahan kering (%)
35.48
35.44
35.46
Protein kasar (%)
14.64
15.74
15.19
Serat kasar (%)
12.41
14.92
13.67
Lemak kasar (%)
5.55
5.38
5.46
Abu (%)
8.79
8.87
8.83
ETN (%)
58.75
54.2
56.48

            Penetapan kadar air. Penetapan kadar air menggunakan sampel bahan pakan kelompok pertama seberat 1,0075 gram dan kedua 1.0090 gram yang dimasukkan kedalam silica disc yang telah dikeringkan terlebih dahulu pada suhu 105 sampai 1100C selama satu jam dan dikeringkan dalam desikator selama satu jam. Fungsi desikator adalah menyerap uap air, karena didalamnya terdapat silika. Desikator harus ditutup rapat agar uap air tidak masuk kedalamnya. Bahan pakan dan gelas timbang kemudian dipanaskan dalam oven pengering selama 8 sampai 24 jam pada suhu 105 sampai 1100C, lalu didinginkan dalam desikator selama satu jam. Gelas timbang yang berisi cuplikan pakan ditimbang setelah dingin hingga beratnya tidak berubah. Air dalam bahan pakan akan menguap seluruhnya jika bahan pakan tersebut dipanaskan dalam waktu tertentu pada suhu 105 sampai 1100C dengan tekanan udara bebas. Setelah ditimbang diketahui bahan kering rata-rata kedua kelompok adaah 35,46%.
Kadar air adalah persentase kandungan air suatu bahan yang dapat dinyatakan berdasarkan berat basah (wet basis) atau berdasarkan berat kering (dry basis). Kadar air berat basah mempunyai batas maksimum teoritis sebesar 100 persen, sedangkan kadar air berdasarkan berat kering dapat lebih dari 100 persen (Syarif dan Halid, 1993) [U5] dalam Kaslam (2014).
Penentuan kadar air dalam analisis proksimat, menggunakan bahan daun jaranan dalam keadaan kering udara (DW). Mengantisipasi masuknya air dari lingkungan luar, deksikator tersebut harus ditutup rapat. Dilakukan pengulangan penimbangan sampel setiap satu jam untuk memperoleh masa sampel yang konstan menunjukan sudah tercapai bobot bahan kering ( Dry Weigth). Penentuan bobot bahan kering sangat penting karena bobot bahan kering akan digunakan sebagai standar bobot untuk penentuan kadar fraksi lainnya. Penurunan kadar air ini disebabkan oleh penguapan yang terjadi selama proses pemanasan dalam oven. Saat pemanasan suhu air meningkat yang mengakibatkan jumlah molekul air akan menurun dan ikatan hidrogen akan putus dan tekanan uap air melebihi tekanan atmosfer, akibatnya molekul terlepas dari permukaan dan menjadi (Winarno, 1997) [U6] dalam [U7] Musfiroh, dkk (2013).
            Hasil praktikum memiliki kandungan bahan kering (BK) yang lebih banyak apabila dibandingkan literatur. Kandungan BK suatu bahan pakan dipengaruhi oleh kadar air. Semakin tinggi kadar air mengakibatkan kandungan bahan kering semakin sedikit. Hasil praktikum diketahui BK mencapai 35,48% dibandingkan literatur daun jaranan memiliki BK yang lebih sedikit yaitu 24.49%. Faktor yang mempengaruhi perbedaan kadar air tersebut antara lain proses pengeringan, nilai kelembaban dan suhu yang sering berubah- ubah serta Interaksi antara jenis bahan dan faktor lama penyimpanan menunjukkan hasil yang tidak mempengaruhi (Rentani, 2009)[U8] .
            Penetapan kadar abu. Praktikum penetapan kadar abu menggunakan sampel yang sama dengan sampel dalam penetapan kadar air. Sampel kelompok pertama seberat 1,0075 gram dan kedua 1.0090 gr dimasukkan ke dalam silica disc yang sebelumnya telah dioven pada suhu 105 sampai 1100C selama satu jam dan telah didinginkan dalam desikator selama satu jam, kemudian ditimbang. Silica disc yang sudah berisi sampel pakan dimasukkan dalam tanur, kemudian ditanur pada suhu 5500C sampai 6000C selama 1 jam sampai cuplikan pakan berwarna putih seluruhnya. Tanur dimatikan kemudian setelah 12 jam kemudian dibuka kemudian silica disc dimasukan kedalam desikator selama satu jam. Silica disc berisi bahan pakan ditimbang setelah dingin. Hasil penimbangan kadar abu diketahui kadar abu dalam BK kelompok pertama 8.776% dan kelompok kedua 8.87% dengan rata-rata 8.78%.
            Penentuan kadar abu harus menggunakan silica disc dan tidak dapat menggunakan botol timbang (Vochdoos) karena botol timbang (Vochdoos) akan melebur jika ditanur pada suhu 5500C sampai 6000C. Sampel pakan ditanur bertujuan untuk membakar semua zat organiknya dan kemudian menghasilkan oksida yang menguap, yaitu berupa CO2, H2O, dan gas-gas lain, sedangkan yang tidak tertinggal dan tidak menguap adalah oksida mineral atau yang disebut dengan abu.
            Hasil penetapan kadar abu total dengan menggunakan metode pengabuan kering (dry ashing) Untuk menghindari adanya berbagai komponen abu yang mengalami dekomposisi atau bahkan menguap pada suhu tinggi maka suhu pengabuan disesuaikan dengan bahan. Suhu yang disarankan adalah 5250C – 5500C (Sudarmadji. et al., 1996) dalam (Musfiroh, 2013)[U9] .
Hasil percobaan yang dilakukan dengan bahan daun jaranan diperoleh kadar abu yang kelompok 7 adalah 8.78 % sementara kelompok 8 memperoleh kadar abu nya sebesar 8,87%. Kadar abu mewakili bahan padatan dalam suatu bahan pakan. Dapat dijelaskan bahwa menurut Satyaningtyas (2014)[U10] , dengan semakin tinggi kadar mineral, maka semakin rendah kadar air, menyebabkan semakin tinggi total padatan dan kadar abu bahan tersebut.
            Penetapan kadar serat kasar. Praktikum penetapan kadar serat kasar menggunakan sampel bahan pakan keompok 7 sebesar 1.0089 gram dan kelompok 8 seberat 1.0090 gram yang dimasukkan ke dalam beaker glass 600 ml, kemudian ditambahkan dengan 200 ml H2SO4 1,25%, selanjutnya dipanaskan hingga mendidih selama 30 menit. Disaring dengan sarigan linen dengan bantuan pompa vacum. Hasil saringan (residu) dimasukkan ke dalam beaker glass, kemudian ditambahkan dengan 200 ml NaOH 1,25% dan dididihkan kembali selama 30 menit. Menurut [U11] Sinaga (2009), tujuan penambahan H2SO4 untuk menguraikan senyawa N dalam pakan. Penambahan NaOH untuk menguraikan atau penyabunan senyawa lemak dalam pakan sehingga mudah larut. Sisa dari bahan pakan tidak tercerna setelah proses perebusan kemudian ditimbang dan diabukan. Perbedaan berat residu pertama dan berat residu setelah diabukan menunjukan jumlah serat yang terdapat dalam suatu bahan
Tahap terakhir adalah disaring kembali menggunakan crusible yang telah dilapisi glass wool dengan bantuan pompa vacum, kemudian dicuci dengan air panas dan 15 ml ethyl alkohol 95%. Penambahan ethyl alkohol adalah untuk menghidrolisis lemak yang mungkin masih terdapat dalam serat kasar. Hasil saringan kemudian dimasukkan pada alat pengering dengan suhu 105 sampai 1100C selama satu malam lalu didinginkan dalam desikator selama satu jam. Crusible dibakar beserta isinya dalam tanur pada suhu 550 sampai 6000C sampai berwarna putih seluruhnya, lalu dikeluarkan dan didinginkan dalam desikator. Bobot yang hilang setelah pembakaran 550 sampai 6000C adalah serat kasar.
Hasil percobaan yang dilakukan dengan bahan tepung daging tulang (MBM) kadar serat kasar (SK) yang diperoleh kelompok 7 adalah 12.41 % sementara kelompok 8 memperoleh kadar serat kasar sebesar 14,92%. Berdasarkan literatur yang ada diketahui bahwa kadar serat kasar daun jaranan adalah 23.53, hasil yang diperoleh pada saat praktikum terdapat perbedaan yang signifikan.
            Faktor yang mempengaruhi perbedaan kadar serat kasar bahan pakan adalah pada proses perebusan dengan H2SO4 dan NaOH. Faktor yang mempengaruhi hidrolisis asam adalah konsentrasi asam, lama hidrolisis, suhu, dan perlakuan pendahuluan. Selanjutnya dikatakan bahwa semakin tinggi suhu, reaksi hidrolisis akan berjalan semakin cepat. Selama pemasakan akan terjadi penghancuran dinding sel yang terjadi akibat hidrolisis. Proses penghancuran dinding sel bertujuan untuk memperluas permukaan bahan sehingga mempermudah proses pelarutan (Astawan dan Wahyuni, 1991) dalam [U12] Sinaga (2009).
            Penetapan kadar protein kasar. Penetapan kadar protein kasar melalui tiga tahapan, yaitu destruksi, destilasi dan titrasi. Proses destruksi menggunakan H2SO4 pekat dan kjeltab sebagai katalisator yang berfungsi untuk mempercepat reaksi. Kjeltab berisi CuSO4 dan K2SO4. Menurut Suparjo (2010[U13] ), proses destruksi (oksidasi) terjadi perubahan N-protein menjadi amonium sulfat ((NH4)2SO4). Sampel dipanaskan dengan asam sulfat (H2SO4) pekat dan katalisator yang akan memecah semua ikatan N dalam bahan pakan menjadi amonium sulfat kecuali ikatan N=N, NO dan NO2. CO2 dan H2O terus menguap. SO2 yang terbentuk sebagai hasil reduksi dari sebagian asam sulfat juga menguap. Dalam reaksi ini digunakan katalisator selenium/Hg/Cu. Destruksi dihentikan jika larutan berwarna hijau jernih.
Zat Organik + H2SO4  --> CO2 + H2O + (NH4)2SO4 +  SO2
Setelah larutan menjadi hijau jernih, labu destruksi didinginkan kemudian larutan dipindahkan ke labu destilasi dan diencerkan dengan aquades. Menurut Suparjo (2010[U14] ), Pengenceran dilakukan untuk mengurangi reaksi yang hebat jika larutan ditambah larutan alkali. Penambahan alkali (NaOH) menyebabkan (NH4)2SO4 akan melepas-kan amoniak (NH3). Hasil sulingan uap NH3 dan air ditangkap oleh larutan H2SO4 yang terdapat dalam labu erlenmeyer dan membentuk senyawa (NH4)2SO4 kembali. Peyulingan dihent0069kan bila semua N sudah tertangkap oleh asam sulfat dalam labu erlenmeyer.
             NH
3  +  H2SO4 --> (NH4)2SO4  +  H2SO4
            Proses titrasi menggunakan HCl 0,1 N. Titrasi dilakukan untuk mengetahui jumlah N yang terdestilasi. Proses titrasi diakhiri setelah larutan berwarna keperakan. Jika larutan berwarna merah muda, maka proses titrasi sudah lewat jenuh, jadi terlalu banyak asam di dalam larutan. (Suparjo,2010).
            Hasil percobaan yang dilakukan dengan sample daun jaranan diketahui kadar protein kasar yang diperoleh kelompok 7 adalah 14,64% sementara kelompok 8 memperoleh kadar protein kasarnya sebesar 15.74%. Kadar protein kasar pada daun jaranan menurut literatur berkisar antara 18,489%, Perbedaan tersebut dipengaruhi oleh kadar nitrogen dalam bahan pakan. Menurut Kamal (1998) dalam Putri (2011), [U15] protein kasar adalah nilai hasil bagi dari total nitrogen ammonia dengan faktor 16% (16/100) atau hasil kali dari total nitrogen ammonia dengan faktor 6,25 (100/16). Faktor 16% berasal dari asumsi bahwa protein mengandung nitrogen 16%. Kenyataannya nitrogen yang terdapat di dalam pakan tidak hanya berasal dari protein saja tetapi ada juga nitrogen yang berasal dari senyawa bukan protein atau nitrogen nonprotein (non–protein nitrogen atau NPN). Dengan demikian maka nilai yang diperoleh dari perhitungan diatas merupakan nilai dari apa yang disebut protein kasar.
            Penetapan kadar lemak kasar. Lemak dapat diekstraksi menggunakan ether atau zat pelarut lemak lain menurut Soxhlet, kemudian ether diuapkan dan lemak dapat diketahui bobotnya. Praktikum penetapan kadar lemak kasar dilakukan dengan menimbang cuplikan pakan sebesar 0,7011 gram dan 0.7018 gram kemudian dibungkus dengan kertas saring bebas lemak, sebanyak tiga bungkus. Masing-masing bungkusan cuplikan dimasukkan dalam oven pengering pada 105 sampai 1100C selama semalam. Sample ditimbang dalam keadaan masih panas untuk menjaga agar berat sampel tetap konstan. Sampel pakan dimasukkan ke dalam Soxhlet untuk dilakukan ekstraksi. Labu penampung diisi dengan petroleum benzen sekitar setengah volume labu penampung, alat ekstraksi juga diisi dengan petroleum benzen sekitar setengah volume. Petroleum benzen berfungsi sebagai pelarut lemak.
            Labu penampung dan tabung Soxhlet dipasang, pendingin dan pemanas dihidupkan. Ekstraksi dilakukan selama sekitar 16 jam sampai petroleum benzen dalam alat ekstraksi berwarna jernih. Setelah 16 jam, kemudian sampel diambil dan dipanaskan dalam oven pengering pada suhu 105 sampai 1100C selama semalam. Dimasukkan dalam desikator selama satu jam lalu ditimbang.
            Hasil percobaan yang dilakukan dengan bahan daun jaranan, kadar lemak kasar yang diperoleh kelompok 7 rata-rata adalah 5.39 % sementara kelompok 8 memperoleh kadar lemak kasarnya sebesar 5.38%. Hal ini menunjukkan bahwa kadar lemak kasar yang diperoleh saat praktikum berada diatas kisaran yang ada pada literatur yaitu 1.34%. Perbedaan tersebut dipengaruhi oleh jenis bahan pakan yang dianalisis, menurut Suparjo (2010), istilah lemak kasar menggambarkan bahwa zat dimaksud bukan hanya mengandung senyawa yang tergolong ke dalam lemak tetapi termasuk senyawa lain.
            Kadar bahan ekstrak tanpa nitrogen (BETN). Kadar bahan ekstrak tanpa nitrogen (BETN) dapat dihitung dengan perhitungan 100% - jumlah dari kelima fraksi yang lain. Dalam keadaan BK, BETN dapat dihitung dengan 100% - (% Abu + % PK + % SK + % EE). Kandungan BETN suatu bahan pakan sangat tergantung pada komponen lainnya, seperti  abu, protein kasar, serat kasar dan lemak kasar. Hal ini disebabkan penentuan kandungan BETN hanya berdasarkan perhitungan dari zat-zat yang tersedia. Bias yang ditemukan pada perhitungan tergantung pada keragaman hasil yang diperoleh (Suparjo,2010)
            Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, diperoleh kadar ekstrak tanpa nitrogen sebesar 58,657%. Nilai tersebut menggambarkan besaran kadar ektrak tanpa nitrogen dalam suatu bahan pakan. Bahan ekstrak nitrogen Merupakan senyawa organik yang termasuk dalam karbohidrat yang mudah larut dalam perebusan dengan menggunakan larutan asam lemah dan asam basah (Putri,2009).














KESIMPULAN
            Bahan pakan yang digunakan dalam praktikum adalah daun jaranan. Daun jaranan tersebut bertekstur sedikit kasar, berwarna hijau, dan berbau segar. Hasil analisis proksimat didapat bahwa dalam daun jaranan komposisi kadar airnya rata-rata 35.46 %, abu 8.83 %, serat kasar 13.67 %, protein kasar 15%, dan lemak kasar sebesar 5,55 % dan ETN 56,48%. Hasil analisa proksimat bahan pakan sudah mendekati normal menurut literatur namun, terjadi perbedaan signifikan terhadap kadar serat kasar yang kurang dari literatur. Faktor yang mempengaruhi kadar bahan pakan antara lain proses pengeringan bahan pakan serta kondisi bahan pakan yang digunakan selain itu juga tempat pengambilan sampel juga berpengaruh terhadap hasil.





















DAFTAR PUSTAKA

[U15] Analisis Bahan Pakan Secara Kimiawi, 2010. Suparjo. Laboratorium Makanan Ternak Fakultas Peternakan Universitas Jambi. Jambi.

Anonim, 2014. Http://Www.Plantamor.Com/Index.Php?Plant=2150 Diakses Pada Minggu 23 Maret 2014.

Gunawan, D.E. Wahyono, P. W. Prihandini 2003. Strategi Penyusunan Pakan Murah Sapi Potong Mendukung Agribisnis. Lokakarya Sistem Integrasi Kelapa Sawit-Sapi 

Kaslam.2014. Jurnal Penelitian Program Studi Keteknikan Pertanian Jurusan Teknologi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Hasanuddin. Makasar.

Musfiroh,I. W. Indriyati, Muchtaridi, Y. Setiya. 2013. Analisis Proksimat Dan Penetapan Kadar - Karoten Dalam  Selai Lembaran Terung Belanda (Cyphomandra Betacea Sendtn. )  Dengan Metode Spektrofotometri Sinar Tampak   Fakultas Farmasi Universitas Padjadjaran 

Putri, D. S. Haryati, Zainuddin. 2011. Pengaruh Tingkat Subtitusi Tepung Ikan Dengan Tepung Maggot Terhadap Komposisi Kimia Pakan Dan Tubuh Ikan Bandeng (Chanos Chanos Forsskal). Universitas Hasanudin. Makasar.

Retnani,Y, W. Widiarti, I. Amiroh, L. Herawati & K.B. Satoto. 2009. Daya Simpan Dan Palatabilitas Wafer Ransum Komplit Pucuk Dan Ampas Tebu Untuk Sapi Pedet Storage Capacity. Jurnal Peternakan
Satyaningtyas, E. Dam T. Estiasih. 2004. Roti Tawar Laktogenik, Perangsang Asi, Berbasis Kearifan Lokal Daun Katuk (Sauropus Androgynus (L.) Merr)     Jurnal Pangan Dan Agroindustri Vol.2 No.1 P.121-131

Sinaga, F. 2009. Studi Pembuatan Serat Makanan Dari Tongkol Jagung. Universitas Sumatera Utara, Medan.

Subekti, E. 2009. Ketahanan Pakan Ternak Indonesia . Mediagro. Vol 5. No 2, Hal  63 - 71[U15] 





LAMPIRAN

Perhitungan hasil analisis proksimat
Sampel : Daun Jaranan

1.  Kadar Air 
Kadar Air =
Kadar bahan kering = 100% - kadar air

Keterangan :        x = bobot gelas timbang (vochdoos)
                               y = bobot cuplikan pakan
                               z = bobot cuplikan setelah dioven 105 - 110°C
                                                                                   
     Kadar Air                                                              I                                     II       
Bobot sampel                                                   : 1,0075gr                 1,0090gr
Nomor silica disc                                             : D                                 A
Bobot silica disc                                               : 18.0100gr      21,5634gr
Bobot silica disc + sampel                             : 19,0175gr      22,5724gr
Bobot silica disc + sampel (oven 1050C)     : 19,0161gr              22, 5698gr
Kadar air dari oven 1050C                             :64,52 %           64,56%
Kadar Air         =
                         = 64.52%
      
Bahan Kering        =  100 %  - 64.52 %
                                 = 35.48 %




2.  Kadar Abu
Kadar Abu =
Keterangan :        x = bobot silica disc kosong
                               y = bobot sampel sebelum dibakar dalam ditanur
                               z = bobot sampel + silica disc setelah ditanur

  Kadar Abu                                                              I                       II
Bobot  silica disc                                        :  18,0100gr       21,5634gr
Bobot sampel                                             :  1.0075gr           1,0090gr
Bobot silica disc + sampel                        :  19,0161gr         22,0064gr
Bobot silica disc + sampel (stlh tanur)   : 18,0983gr          21.6527gr
Kadar Abu (dalam BK)                              :  8,776%             8.87%
Kadar Abu   =
                      = 8,776 %

3.  Kadar Serat Kasar
Kadar serat kasar =
Keterangan :        x = bobot sampel awal
                               y = bobot sampel setelah dikeringkan oven 105°C
                               z = bobot sisa pembakaran 550 - 600°C

  Kadar Serat Kasar                                                      I                          II         
Nomor crusible                                                            : D                gr  C
Bobot sampel                                                               : 1.0089       gr  1.0057
Bobot sampel+crucible+glasswool (oven1050C)   : 21.64848   gr   21,32
Bobot sampel+crucible+glasswool (tanur5500C)   : 21,5596     gr   21,17
Kadar Serat Kasar (dalam BK)                                  : 12,41         gr    14,92

Kadar Serat Kasar          =
                                               = 12,41%

4. Kadar Protein Kasar
Kadar protein kasar =
Keterangan :        x = jumlah titrasi sampel (ml)
                               y = jumlah titrasi blanko (ml)
                               N = normalitas HCl
                               z = bobot sampel (gram)

Kadar Protein Kasar                                                I                                 II    
    Bobot sampel                                                        : 0,5027      gr             0.5018
Volume titrasi blanko                                          : 0,3             ml            0.3
Volume titrasi sampel                                         : 8,7             ml            9
Kadar Protein Kasar (dalam BK)                      :14,62         gr             15,74

Kadar protein kasar   =
                                      = 14,62%

5. Kadar Ekstrak Eter
Kadar ekstrak eter =
Keterangan :   x   =  bobot sampel awal
                     y   =   bobot sampel + kertas saring bebas lemak setelah oven 105°C (sebelum diekstraksi).
                     z   =   bobot sampel + kertas saring bebas lemak setelah oven 105°C (setelah diekstraksi)

      Kadar Ekstrak Eter                                                I                   II       III                     
Bobot kertas saring                                      :           
Berat sampel                                            :    0,7011 gr  0,7018 gr 0,7010 gr      
Bobot kertas saring + sampel                   :          
Bobot kertas saring + sampel (oven 1050C) :1,1011 gr 1,0849 gr 1,0933 gr
sebelum ekstraksi
Bobot kertas saring + sampel (oven 1050C): 1,0683 gr 1,043 gr 1,0535gr
setelah ekstraksi
Kadar Ekstraksi Eter (dalam BK)                   : 5,3 %, 5,8 % , 5,56 %

     Kadar lemak kasar (I)         =
                                                = 5,3 %
Kadar lemak kasar (III) =
                                                = 5,98 %
Kadar lemak kasar (III)        =
                                                = 5,56%
Kadar Ekstrak eter rata-rata      =
                                                       = 5,553 %

6.  Kadar Ekstrak Tanpa Nitrogen
Kadar ETN (DM) =100% - (% abu + % protein kasar + % lemak kasar + % serat kasar)
ETN           = 100% - (8,76 % + 12,41 % + 14,62 % + 5,553 %)
                   =  58,657%








 [U1]Musfiroh,I. W. Indriyati, Muchtaridi, Y. Setiya. 2013. Analisis Proksimat dan Penetapan Kadar - Karoten dalam  Selai Lembaran Terung Belanda (Cyphomandra betacea Sendtn. )  Dengan Metode Spektrofotometri Sinar Tampak   Fakultas Farmasi Universitas Padjadjaran 
 [U2]Winarno F.G. 1997. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta: Penerbit PT. Gramedia Pustaka Utama.
 [U3]Anonim, 2014. http://www.plantamor.com/index.php?plant=2150 diakses pada minggu 23 maret 2014.
 [U4]Gunawan, D.E. Wahyono, P. W. Prihandini 2003. STRATEGI PENYUSUNAN PAKAN MURAH SAPI POTONG MENDUKUNG AGRIBISNIS. Lokakarya Sistem Integrasi Kelapa Sawit-Sapi 
 [U5]Kaslam.2014. JURNAL PENELITIAN PROGRAM STUDI KETEKNIKAN PERTANIAN JURUSAN TEKNOLOGI PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS HASANUDDIN. Makasar.
 [U6]Analisis Proksimat dan Penetapan Kadar - Karoten dalam  Selai Lembaran Terung Belanda (Cyphomandra betacea Sendtn. )  Dengan Metode Spektrofotometri Sinar Tampak 
Ida Musfiroh1, Wiwiek Indriyati, Muchtaridi, Yudhi Setiya Fakultas Farmasi Universitas Padjadjaran  1idamusfiroh@yahoo.com Phone: 08122038317 / (022-91801093)
 [U7]Winarno F.G. 1997. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta: Penerbit PT. Gramedia Pustaka Utama.
 [U8] Y. Retnani*, W. Widiarti, I. Amiroh, L. Herawati & K.B. Satoto. 2009. Daya Simpan dan Palatabilitas Wafer Ransum Komplit Pucuk dan Ampas Tebu untuk Sapi Pedet Storage Capacity. Jurnal Peternakan.
 [U9]Analisis Proksimat dan Penetapan Kadar - Karoten dalam  Selai Lembaran Terung Belanda (Cyphomandra betacea Sendtn. )  Dengan Metode Spektrofotometri Sinar Tampak 
Ida Musfiroh1, Wiwiek Indriyati, Muchtaridi, Yudhi Setiya Fakultas Farmasi Universitas Padjadjaran  1idamusfiroh@yahoo.com Phone: 08122038317 / (022-91801093)

 [U10]ROTI TAWAR LAKTOGENIK, PERANGSANG ASI, BERBASIS KEARIFAN LOKAL DAUN KATUK (Sauropus androgynus (L.) Merr)  
Lactogenic White Bread, a Food Product Containing Sweet Leaves (Sauropus androgynus (L.) Merr) for Stimulating Human Breast Milk Based on Local Wisdom  
Eryna Satyaningtyas1*, Teti Estiasih1 
1) Jurusan Teknologi Hasil Pertanian, FTP Universitas Brawijaya Malang Jl. Veteran, Malang 65145 *Penulis Korespondensi, Email: erynasatyaningtyas@yahoo.co.id 
ABSTRAK
 [U11]Sinaga F                studi pembuatan serat makanan dari tongkol jagung. 2009 universitas sumatera utara, medan.
 [U12]Sinaga F                studi pembuatan serat makanan dari tongkol jagung. 2009 universitas sumatera utara, medan.
 [U13]Analisis bahan pakan secara kimiawi, 2010. Suparjo. Laboratorium makanan ternak fakultas peternakan universitas jambi. Jambi.
 [U14]Analisis bahan pakan secara kimiawi, 2010. Suparjo. Laboratorium makanan ternak fakultas peternakan universitas jambi. Jambi.

 [U15]Putri, D. S. Haryati, Zainuddin. 2011. PENGARUH TINGKAT SUBTITUSI TEPUNG IKAN DENGAN TEPUNG MAGGOT TERHADAP KOMPOSISI KIMIA PAKAN DAN TUBUH IKAN BANDENG (Chanos chanos Forsskal). Universitas Hasanudin. Makasar.


Post a Comment for "Laporan Praktikum BPFR Perhitungan mohon diperbaiki :D"