LAPORAN PRAKTIKUM ILMU DAN TEKNOLOGI DAGING ACARA VI PEMBUATAN DENDENG
LAPORAN
PRAKTIKUM
ILMU
DAN TEKNOLOGI DAGING
ACARA
VI
PEMBUATAN
DENDENG
Disusun oleh:
Janu Herjanto
12/331833/PT/06287
Asisten
: Fitria Dwi Anggraini
LABORATORIUM
PANGAN HASIL TERNAK
BAGIAN
TEKNOLOGI HASIL TERNAK
FAKULTAS
PETERNAKAN UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2013
ACARA VI
PEMBUATAN DENDENG
MATERI DAN METODE
Materi. Materi
yang digunakan dalam praktikum ini berupa alat dan bahan. Alat yang digunakan
dalam praktikum ini adalah timbangan untuk menimbang daging dan bumbu, penggiling
bumbu untuk menggiling bumbu, grinder untuk menggiling daging, baskom sebagai
tempat adonan daging dan bumbu yang sudah halus, aluminium kompor untuk memasak
dendeng yang sudah siap masak. Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah
daging sapi, gula, garam, bubuk ketumbar, asam jawa, bawang putih, jahe atau lengkuas.
Metode. Metode
yang digunakan dalam praktikum ini yaitu daging dibersihkan dari jaringan ikat
dan lemak. Daging sapi yang sudah halus ditimbang sebanyak 250 gram dan
dimasukkan ke dalam baskom. Bumbu-bumbu ditimbang sesuai resep, yaitu lengkuas
1%, garam 2%, bawang putih 1%, gula merah 25%, asam jawa 1% dan ketumbar 5%.
Semua bumbu yang sudah halus dicampurkan ke dalam baskom lalu diaduk selama
kurang lebih 10 menit sampai adonan benar-benar rata. Adonan yang sudah
tercampur rata kemudiaan diletakkan diatas kertas aluminium foil kemudian
ditipiskan di atas loyang sampai kurang lebih tebalnya 3 mm. adonan yang sudah
ditipiskan dijmur di bawah sinar matahari slama 7 jam/hari selama 3 hari.
Pngeringan juga dapat mnggunakan oven, setelah kering dendeng dapat diolah
lebih lanjut dan dikemas.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Dendeng merupakan
produk makanan berbentuk lempengan yang terbuat dari irisan atau gilingan
daging segar yang telah diberi bumbu dan dikeringkan. Dendeng memiliki cita
rasa yang khas, yaitu manis agak asam dan warna yang gelap akibat kadar gulanya
yang cukup tinggi. Kombinasi gula, garam, dan bumbu-bumbu menimbulkan bau khas
pada produk akhir. (Purnomo, 1996) ditinjau dari cara pembuatanya, dendeng
dikelompokan menjadi dendeng iris (slicer)
dan giling. Komposisi bahan yang digunakan dalam pembuatan dendeng alah daging,
gula merah (30%), garam (5%), ketumbar (2%), bawang putih (2%), sendawa
(0,2%), lengkuas (1%), dan jinten (1%) (Hadiwiyoto, 1994)
Berdasarkan praktikum
yang telah dilakukan, komposisi bahan yang digunakan terdapat sedikit perbedaan
dengan literatur. Komposisi yang digunakan pada saat praktikum tidak
menggunakan jinten dan sendawa, selain itu persentase komposisi bahan yang
digunakan juga terdapat sedikit perbedaan, tetapi semua itu bersifat fleksibel,
dapat disesuaikan menurut keinginan konsumen. Menurut Winarno ( 2004) Daging
yang sudah dijadikan dendeng akan lebih tahan lama. Produk jenis ini
membutuhkan bahan tambahan dalam proses pembuatannya. Bumbu yang ditambahkan
pada daging olahan tersebut berperan sebagai penambah cita rasa, pengawetan,
pewarna dan anti oksidan
Fungsi penambahan
bahan-bahan (bumbu) secara keseluruhan yaitu untuk cita rasa, aroma dan warna,
slain itu bumbu juga digunakan sebagai pengawet. Menurut Soeparno (1994),
penambahan garam berfungsi sebagai pengawet karena dalam jumlah yang cukup,
garam dapat menyebabkan autolysis dan pembusukan serta plasmolisis pada
mikroba. Garam meresap kedalam jaringan daging sampai tercepai keseimbangan
tekanan osmosis antara bagian dalam dan luar daging, selain sebagai penghambat
bakteri, garam juga dapat merangsang cita dan penambahan rasa enak pada produk.
Menurut Aberle et al. (2001) garam yang ditambahkan pada daging yang digiling
akan meningkatkan protein myofibril yang terekstraksi. Protein ini memiliki
peranan penting sebagai pengemulsi. Fungsi garam adalah menambahakan atau
meningkatkan rasa dan memperpanjang umur simpan produk. Menurut Potter (1996) Garam
juga bersifat bakteriostatik dan bakteriosidal, sehingga mampu menghambat
pertumbuhan bakteri dan mikroba pembusuk lainnya Garam mampu memperbaiki
sifat-sifat fungsional produk daging dengan cara mengekstrak protein
miofibriler dari serabut daging selama proses penggilingan dan pelunakan daging.
Pembuatan dendeng menggunakan bahan-bahan diantaranya gula merah dan asam jawa. Penambahan gula pada dendeng berfungsi untuk melunakkan melalui jalan mencegah penguapan air dan tidak begitu kering sehingga lebih disukai konsumen (Soeparno, 1994). Penambahan gula merah pada dendeng berfungsi memodifikasi rasa, memperbaiki aroma, warna dan tekstur produk. Kadar gula yang tinggi, yaitu pada konsentrasi 30-40% akan menyebabkan air dalam sel bakteri, ragi dan kapang akan keluar menembus membran dan mengalir ke dalam larutan gula, yang disebut osmosis dan menyebabkan sel mikroba mengalami plasmolisis dan pertumbuhannya akan terhambat (Winarno, 2004).
Pembuatan dendeng menggunakan bahan-bahan diantaranya gula merah dan asam jawa. Penambahan gula pada dendeng berfungsi untuk melunakkan melalui jalan mencegah penguapan air dan tidak begitu kering sehingga lebih disukai konsumen (Soeparno, 1994). Penambahan gula merah pada dendeng berfungsi memodifikasi rasa, memperbaiki aroma, warna dan tekstur produk. Kadar gula yang tinggi, yaitu pada konsentrasi 30-40% akan menyebabkan air dalam sel bakteri, ragi dan kapang akan keluar menembus membran dan mengalir ke dalam larutan gula, yang disebut osmosis dan menyebabkan sel mikroba mengalami plasmolisis dan pertumbuhannya akan terhambat (Winarno, 2004).
Bawang putih dapat
digunakan sebagai bahan pengawet karena bersifat bakteriostatik yang disebabkan
oleh adanya zat aktif alicin
yang sangat efektif terhadap bakteri, selain itu bawang putih mengandung scordinin, yaitu senyawa
komplek thioglisidin
yang bersifat antioksidan (Palungkun dan Budhiarti, 1995). Ketumbar adalah
rempah-rempah kering berbentuk bualat dan berwaarna kuning kecoklatan, memiliki
rasa gurih dan manis, berbau harum, dan dapat membangkitkan kesan sedap di
mulut (Farrell, 1990). Lengkuas memiliki dua warna, yaitu putih dan merah, dan
dua ukuran, yaitu kecil dan besar. Lengkuas mengandung beberapa minyak atsiri,
diantaranya kamfer, galang,
galangol, philandren, dan mungkin juga curcumin. Minyak atsiri tersebut menghasilkan
aroma yang khas (Muchtadi dan Sugiyono, 1992).
Teknik pengeringan dendeng akan menentukan lama pengeringan dan biaya produksi . Suatu penelitian yang mengamati cara pengeringan dendeng yakni antara yang dikeringkan dengan sinar matahari dan dioven dengan suhu 60°C tidak mendapatkan pengaruh yang nyata terhadap mutu gizi clan preferensi dendeng (Triyantini, 2012) . Sedangkan menurut Prayitno et al. (2012) Cara pengeringan dengan sinar matahari. Keuntunganya adalah murah, bersih dan sederhana tetapi kerugianya yaitu sangat tergantung pada cuaca. Pengeringan dapat dilakukan dengan oven pengering pada suhu dan waktu pengeringanya dapat diatur serta kontaminasi oleh bakteri dapat dicegah namun hal ini menambah biaya produksi. Pengeringan dengan sinar matahari membutuhkan waktu kurang lebih 22 jam sehingga dibutuhkan waktu 2 sampai 3 hari untuk mendapatkan dendeng kering. Pengeringan dengan sinar matahari yang mendekati itu adalah jika menggunakan oven pengerin pada suhu 50Oc. Proses ini memerlukan waktu kurang lebih 15 jam.
Teknik pengeringan dendeng akan menentukan lama pengeringan dan biaya produksi . Suatu penelitian yang mengamati cara pengeringan dendeng yakni antara yang dikeringkan dengan sinar matahari dan dioven dengan suhu 60°C tidak mendapatkan pengaruh yang nyata terhadap mutu gizi clan preferensi dendeng (Triyantini, 2012) . Sedangkan menurut Prayitno et al. (2012) Cara pengeringan dengan sinar matahari. Keuntunganya adalah murah, bersih dan sederhana tetapi kerugianya yaitu sangat tergantung pada cuaca. Pengeringan dapat dilakukan dengan oven pengering pada suhu dan waktu pengeringanya dapat diatur serta kontaminasi oleh bakteri dapat dicegah namun hal ini menambah biaya produksi. Pengeringan dengan sinar matahari membutuhkan waktu kurang lebih 22 jam sehingga dibutuhkan waktu 2 sampai 3 hari untuk mendapatkan dendeng kering. Pengeringan dengan sinar matahari yang mendekati itu adalah jika menggunakan oven pengerin pada suhu 50Oc. Proses ini memerlukan waktu kurang lebih 15 jam.
Kadar
air yang dikurangi pada bahan pangan mengakibatkan kandungan protein,
karbohidrat, lemak dan mineral dalam konsentrasi yang lebih tinggi akan tetapi
vitamin–vitamin dan zat warna pada umumnya menjadi rusak atau berkurang . Proses
pembuatan dendeng dan penambahan bumbu-bumbu menimbulkan reaksi maillard.
Reaksi Maillard terjadi antara gugus amin (asam amino) dan gula pereduksi
(gugus keton atau aldehidnya). Pada akhir reaksi terbentuk pigmen coklat
melanoidin yang memiliki bobot molekul besar. Reaksi yang diawali dengan reaksi
antara gugus aldehid atau keton pada gula dengan asam amino pada protein ini
membentuk glukosilamin. Selain gugus aldehid/keton dan gugus amino, faktor yang
memengaruhi reaksi Maillard, adalah suhu, konsentrasi gula, konsentrasi amino,
pH, dan tipe gula. Berkaitan dengan suhu, reaksi ini berlangsung cepat pada
suhu 100oC namun tidak terjadi pada suhu 150oC. Kadar air 10-15% adalah kadar
air terbaik untuk reaksi Maillard, sedangkan reaksi lambat pada kadar air yang
terlalu rendah atau terlalu tinggi. Pada pH rendah, gugus amino yang terprotonasi
lebih banyak sehingga tidak tersedia untuk berlangsungnya reaksi ini. Umumnya
molekul gula yang lebih kecil bereaksi lebih cepat dibanding molekul gula yang
lebih besar. Dalam hal ini, konfigurasi stereokimia juga memengaruh, misalnya
pada sesama molekul heksosa, galaktosa lebih reaktif dibanding yang lain (Winarno,2004)
KESIMPULAN
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan dapat
disimpulkan bahwa dendeng merupakan produk olahan daging secara tradisional
yang merupakan kombinasi kyuring dan pengeringan. Bahan dasar yang digunakan
yaitu daging sapi segar, garam, lengkuas, bawang putih, gula merah, asam jawa
dan ketumbar. Persentase komposisi bahan yang digunakan dapat menyesuaikan
sesuai keinginan konsumen/standar dari pabrik. Semua bahan dicampur dan
digiling tipis kemudian dikeringkan, dendeng siap digoreng dan disajikan.
DAFTAR
PUSTAKA
Aberle, H. B. Forrest, J. C., E. D. Hendrick.,
M. D. Judge dan R. A. Merkel.
2001.Principle of Meat Science. 4th Edit. Kendal/Hunt Publishing,
2001.Principle of Meat Science. 4th Edit. Kendal/Hunt Publishing,
Iowa.
Farrel,
K.T. 1990. Spices, Condiments and Seasoning 2nd Ed. Van Nostrad
Reinhold, New York
Hadiwiyoto,
S. 1994. Studi Pengolahan Dendeng dengan Oven Pengering Rumah Tangga. Buletin
Peternakan. 18:119-126
Muchtadi,
T.R. dan Sugiyono, 1994. Ilmu Pengetahuan Bahan Pangan. Institut Pertanian Bogor,
Bogor
Purnomo,
H. 1996. Dasar-dasar Pengolahan da Pengawetan Daging. PT Grasindo, Jakarta
Potter, N. 1996, Food Science. Published by
Van Nostrand Reinhold Co, New
York.
York.
Prayitno,A.H.,
D.P.A. Saputra, A. Kurniati, H.Widyastuti, R. R.
Utami,Soeparno dan Rusman. 2012. Pengaruh metode pembuatan
pengeringan yang berbeda terhadap karakteristik Fisik ,kimia dan
sensoris dendeng daging kelinci.Buletin Peternakan. Hal 113-121
Utami,Soeparno dan Rusman. 2012. Pengaruh metode pembuatan
pengeringan yang berbeda terhadap karakteristik Fisik ,kimia dan
sensoris dendeng daging kelinci.Buletin Peternakan. Hal 113-121
Palungkun , R. dan A. Budhiarti. 1995. Bawabg
Putih Dataran Randah. P. T.
Penebar Swadaya, Jakarta.
Penebar Swadaya, Jakarta.
Soeparno.
1994. Ilmu dan Tknologi Daging. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Winarno F G. 2004. Kimia Pangan dan Gizi. PT
Gramedia, Jakarta.
Post a Comment for "LAPORAN PRAKTIKUM ILMU DAN TEKNOLOGI DAGING ACARA VI PEMBUATAN DENDENG"