PENANAMAN KULTUR MIKROBIA DENGAN METODE ASEPTIS
LAPORAN
PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI DASAR
ACARA IV
PENANAMAN KULTUR MIKROBIA DENGAN METODE
ASEPTIS
Disusun oleh :
Kelompok XXV
Marcelina Desitasari PT/06273
Dwiky Hariez Dharmawan PT/06275
Yunengsih PT/06279
Nu’man Firdaus PT/06281
Janu Herjanto PT/06287
Fingki Widyata Intan
Masfau PT/06289
Assisten : Shifatul
Latiefah
LABORATORIUM BIOKIMIA NUTRISI
BAGIAN NUTRISI DAN MAKANAN TERNAK
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2013
ACARA IV
PENANAMAN KULTUR MIKROBIA DENGAN METODE ASEPTIS
Tujuan
Praktikum
Tujuan praktikum penanaman
kultur mikrobia dengan metode aseptis adalah untuk mempelajari cara menanam
kultur mikrobia secara aseptis.
Tinjauan
Pustaka
Saat bekerja dengan
mikrobia hal yang paling penting adalah sterilisasi. Sterilisasi merupakan
suatu proses untuk mematikan semua organisme yang teradapat pada suatu benda.
Proses sterilisasi dapat dibedakan menjadi 3 macam, yaitu penggunaan panas
(pemijaran dan udara panas); penyaringan; penggunaan bahan kimia (etilena
oksida, asam perasetat, formaldehida dan glutaraldehida alkalin) (Plezar dan
Chan, 2005).
Menurut
Suriawiria (2005), sterilisasi merupakan hal yang penting dalm melakukan
aktivitas laboratorium terutama yang melibatkan mikrobia. Karena pada umumnya
percobaan yang dilakukan menggunakan kultur murni. Seandainya sterilisasi tidak
dikerjakan maka mikroba kantaminan akan tumbuh dan hasil yang seharusnya
diperoleh dari percobaan menggunakan kultur murni akan menimpang. Sterilisasi
yang umum dilakukan dapat berupa sterilisasi secara fisik, kimia dan mekanik,
Sterilisasi secara fisik (pemanasan, penggunaan sinar gelombang pendek yang
dapat dilakukan selama senyawa kimia yang akan disterilkan tidak akan berubah
atau terurai akibat temperatur atau tekanan tinggi). Dengan udara panas,
dipergunakan alat bejana atau ruang panas (oven dengan temperatur 170o
sampai 180oC dan waktu yang digunakan adalah 2 jam yang umumnya
untuk peralatan gelas). Sterilisasi secara kimia (misalnya dengan penggunaan
disinfektan, larutan alkohol, larutan formalin). Sterilisasi secara mekanik, digunakan untuk
beberapa bahan yang akibat pemanasan tinggi atau tekanan tinggi akan mengalami
perubahan, misalnya adalah dengan saringan atau filter. Sistem kerja filter,
seperti pada saringan lain adalah melakukan seleksi terhadap partikel-partikel
yang lewat (dalam hal ini adalah mikroba)
Teknik
transfer aseptis adalah suatu metode atau teknik di dalam memindahkan atau
mentransfer kultur bakteria dari satu tempat ke tempat lain secara aseptis agar
tidak terjadi kontaminasi oleh mikroba lain ke dalam kultur. Teknik transfer
aseptis ini sangat esensial dan kunci keberhasilan prosedur mikrobial yang
harus diketahui oleh seorang yang hendak melakukan analisis mikrobiologi (Pelczar dan Chan,
2005).
Teknik aseptik sangat diperlukan untuk menghindarkan
mikroorganisme dari kontaminan yang dapat menghambat pertumbuhan mikroba.
Teknik aseptis digunakan sepanjang kegiatan berlangsung baik alat, bahan,
lingkungan sekitar maupun praktikannya, untuk alat dan bahan praktikum dapat
diterapkan metode sterilitas. Penguasaan teknik aseptic ini sangat diperlukan
dalam keberhasilan laboratorium mikrobiologi dan hal tersebut merupakan salah
satu metode permulaan yang dipelajari oleh ahli mikrobiologi (Oram, 2001).
Teknik aseptis sangat penting dalam pengerjaan mikrobiologi
yang memerlukan ketelitian dan keakuratan disamping kesterilan yang harus
selalu dijaga agar terbebas dari kontaminan yang dapat mencemari. Populasi
mikroba di alam sekitar kita sangat besar dan komplek. Beratus-ratus spesies
berbagai mikroba biasanya menghuni bermacam-macam bagian tubuh kita, termasuk
mulut, saluran pencernaan, dan kulit. Sekali bersin terdapat beribu-ribu
mikroorganisme sehingga diperlukan teknik yang dapat meminimalisirnya seperti
pengisolasian. (Pelczar
dan Chan, 2005).
Materi
dan Metode
Materi
Alat. Alat yang
digunakan dalam praktikum metode aseptis adalah ose bermata, ose jarum dan lampu
spiritus.
Bahan. Bahan yang digunakan
dalam praktikum kali ini adalah kultur jamur benang yaitu Aspergillus niger,
Saccharomyces cerevisiae; kultur bakteri yaitu Lactobacillus bulgaricus.
Media bakteri dan jamur yatitu MRS(de
Man Rogosa and Sharpe) , MEA (Malt
Extract Agar). dan PDA (Potato Dextrosa Agar).
Metode
Penanaman Kultur Bakteri. Media,
kultur dan alat yang akan dipakai disiapkan. Alat yang akan digunakan
diseterilisasi. Ose dipegang dengan tangan kanan, tabung dipegang dengan tangan
kiri. Ose dibakar pada api spiritus sampai ose berwarna merah membara. Bakteri
dipindahkan pada media tegak menggunakan ose jarum dengan cara ditusukan 3 kali
kedalam media ¾ dari permukaan. Mulut tabung dibakar sebelum dan sesudah
memasukan ose. kapas dan mulut tabung
dipanaskan di atas api spiritus. Tabung kultur dan tabung media ditutup
kembali. Tabung media yang sudah diinokulasi kemudian diinkubasi.
Penanaman
Kultur Jamur. Media, kultur dan alat yang akan dipakai disiapkan. Alat yang
akan digunakan diseterilisasi. Ose dipegang dengan tangan kanan, tabung
dipegang dengan tangan kiri. Ose dibakar pada api spiritus sampai ose berwarna
merah membara. Jamur dipindahkan pada media miring menggunakan ose cincin
dengan cara dirakatan secara zig-zag pada medium sebanya 2 kali. Mulut tabung
dibakar sebelum dan sesudah memasukan ose.
Kapas dan mulut tabung dipanaskan di atas api spiritus. Tabung kultur
dan tabung media ditutup kembali. Tabung media yang sudah diinokulasi kemudian
diinkubasi.
Hasil dan
Pembahasan
Media
yang digunakan pada percobaan adalah MRS (de
Man Rogosa and Sharpe), PDA (Potato
Dextrosa Agar), dan MEA (Malt Extract
Agar). Media MRS untuk penanaman bakteri Lactobacillus bulgaricus, PDA untuk penanaman jamur Aspergillus niger dan MEA untuk
penanaman jamur Saccharomyces cerevisiae.
Media MEA dilakukan dengan teknik media tegak. Media MEA dilakukan dengan
teknik media tegak. Media MRS dan PDA dilakukan dengan teknik media miring.
Penanaman Kultur Bakteri. Hal yang harus diperhatikan pada saat menanam bakteri adalah harus dilakukan secara aseptis. Aseptis adalah menjaga kondisi lingkungan dan kultur tetap steril. Memindahkan kultur pada media yang pertama dilakukan adalah menyemprotkan alkohol pada lingkungan termasuk pada tangan. Menurut Suriawiria (2005), salah satu cara sterilisasi adalah dengan sterilisasi secara kimia misalnya dengan penggunaan disinfektan, larutan alkohol, larutan formalin. Larutan alkohol akan mencegah bakteri untuk tumbuh. Hal selanjutnya yaitu memegang kedua tabung pada tangan kiri dan ose pada tangan kanan, kedua tutup tabung dibuka dan dijepitkan pada jari tangan kiri. Menurut margono et al (1993) dalam Adji (2007) Alkohol yang umum dipakai untuk sterilisasi adalah konsentrasi 70%% karena efektif memecah protein yang ada dalam mikroorganisme.
Penanaman Kultur Bakteri. Hal yang harus diperhatikan pada saat menanam bakteri adalah harus dilakukan secara aseptis. Aseptis adalah menjaga kondisi lingkungan dan kultur tetap steril. Memindahkan kultur pada media yang pertama dilakukan adalah menyemprotkan alkohol pada lingkungan termasuk pada tangan. Menurut Suriawiria (2005), salah satu cara sterilisasi adalah dengan sterilisasi secara kimia misalnya dengan penggunaan disinfektan, larutan alkohol, larutan formalin. Larutan alkohol akan mencegah bakteri untuk tumbuh. Hal selanjutnya yaitu memegang kedua tabung pada tangan kiri dan ose pada tangan kanan, kedua tutup tabung dibuka dan dijepitkan pada jari tangan kiri. Menurut margono et al (1993) dalam Adji (2007) Alkohol yang umum dipakai untuk sterilisasi adalah konsentrasi 70%% karena efektif memecah protein yang ada dalam mikroorganisme.
Ose yang digunakan adalah ose jarum. Ose dibakar terlebih dahulu.
Ose dibakar hingga merah membara dan mendinginkanya sebelum digunakan untuk
mengambil bakteri dari kultur. Pemindahan kultur juga harus membakar mulut
tabung sebelum dan sesudah memasukan Ose. Menurut Anonim (2013), proses
pembakaran bertujuan untuk mesterilisasi
kawat menggunakan api langsung dari bunsen sebelum dan sesudah ose digunakan. Ose harus dipanaskan sampai merah panas
untuk
memastikan bahwa tidak
terdapat spora bakteri.
Gagang ose dipegang seperti memegang pena. Jari kelingking bebas untuk bebas untuk mengambil atau memedang
penutup tabung.
Saat melakukan pemindahan hal-hal yang harus diperhatikan
menurut anonim (2013) adalah jangan
berbicara. Bekerjalah di dekat api (pembakar bunsen) dan di dalam Laminar Air
Flow. Bukalah
tabung atau cawan di atas api dan jauhkan dari hidung dan mulut anda. Usahakan
jangan meletakkan tutup (kapas penutup) tabung reaksi di atas lantai/alas meja
atau laminar. Penanaman pada cawan petri sebaiknya miringkan tutup cawan petri
yang akan dibuka sebagai penghalang antara kultur dengan mulut dan hidung anda. Jangan
buka tutup cawan petri terlalu lebar dan terlalu lama. Bekerjalah dengan cepat.
Dari praktikum ini didapatkan hasil sebagai berikut :
Gambar 1
: Media MRS Lactobacillus bulgaricus
|
Menurut litelatur
sebagai berikut :
Gambar 2
: Lactobacillus bulgaricus
|
Gambar
1 merupakan Lactobacillus bulgaricus yang
ditanam setelah 3 hari dan gambar 2 merupakan gambar dari literatur. Bakteri
tumbuh dengan baik pada medium MRS, terlihat pada bagian permukaan dan Ose
bakteri berwarna putih merata. Metode aseptis yang dilakukan telah benar
terbukti bahwa tidak ada kontaminan. Menurut
Plezar dan Chan (2005), Lactobacillus
bulgaricus merupakan salah satu bakteri asam laktat. Salah satu faktor
penting dalam pertumbuhan bakteri adalah nilai pH. Apabila pH dalam suatu
medium atau lingkungan tidak optimal, maka akan mengganggu kerja enzim-enzim
yang dihasilkan oleh bakteri sehingga akan mempengaruhi pertumbuhan bakteri itu
sendiri
Penutup kapas berfungsi mencegar
terdapatnya oksigen didalam tabung. Terlihat bahwa Lactobacilus bulgaricus merupakan
bakteri anaerob yang dapat tumbuh dengan baik pada bagian dalam media yang
ditusuk jarum. Bakteri anaerob adalah bakteri yang hanya mampu hidup pada
lingkungan tidak ada oksigen karena pada bakteri ini oksigen bersifat toksik
(racun) yang dapat membuat bakteri mati (Suriawiria 2005). Kemampuan bakteri
anaerob hidup dalam suasana non-oksik membuat bakteri ini menggunakan akseptor
elektron selain oksigen (nitrat atau fumarat) untuk dapat menghasilkan energi
dan melangsungkan proses metabolisme (Purwoko,1999).
Penanaman
Kultur Jamur. Jamur
yang digunakan pada percobaan adalah jeniis jamur Aspergillus niger dan Saccharomyces
cerevisiae. Media yang digunakan adalah media miring.Memindahkan kultur
jamur menggunakan ose bermata atau ose cincin. Menurut Suharjo (2007), bahwa inokulasi jamur menggunakan ose bermata atau ose cincin karena hifa yang berbentuk seperti benang mudah diambil dengan
ose cincin.
Berikut ini adalah gambar hasil penanaman
setelah 3 hari. Gambar 3 merupakan hasil percobaan Saccharomyces cerevisiae
pada media MAE dan
gambar 5 merupakan gambar dari literatur. Metode aseptis yang dilakukan telah
baik terlihat bakteri tumbuh merata pada bagian permukaan dan tidak terdapat
kontaminan.
Gambar 4:
Media PDA Aspergilus niger
|
Gambar 3:
Media MEA Saccharomyces
cerevisiae
|
Berikut
ini gambar jamur menurut literatur. Hasil percobaan dan literature menunjukan
kesamaan bakteri tumbuh tanpa kontaminan.
Gambar
6: Aspergilus niger
|
Gambar 5
: Saccharomyces cereviceae
|
Gambar 4 merupakan aspergillus niger
dengan media PDA Potato Dextrosa hasil percobaan
setelah ditanam selama 3 hari Agar menunjukan bahwa jamur dapat tumbuh dengan
baik diatas permukaan media. Warna dari
jamur ini adalah hitam. Jamur tumbuh memenuhi di seluruh permukaan agar miring.
Jamur tumbuh secara berkoloni. Metode aseptis yang dilakukan telah benar karena
tidak terlihat kontaminan pada media. Menurut Fardiaz (1992) dalam Wuryanti (2008) Ciri–ciri Aspergillus niger yaitu
mempunyai kepala konidia yang besar, bulat dan berwarna hitam, coklat hitam
atau ungu coklat. Konidianya kasar dan mengandung pigmen, hifa septat dan
miselium bercabang. Konidiofora membengkak membentuk vesikel pada ujungnya
membawa sterigmata dimana tumbuh konidia.Konidia membentuk rantai berwarna
hijau, coklat atau hitam, Jamur ini tumbuh baik pada suhu kamar dan pada medium
pH asam.
Jamur dapat tumbuh karena medium
mengandung yang dibutuhkan untuk tumbuh.
Menurut suriawiria ( 2005) Unsur-unsur dasar tersebut adalah : karbon,
nitrogen, hidrogen, oksigen, sulfur, fosfor, zat besi dan sejumlah kecil logam
lainnya. Ketiadaan atau kekurangan sumber-sumber nutrisi ini dapat mempengaruhi
pertumbuhan mikroba hingga pada akhirnya dapat menyebabkan kematian. Kondisi
tidak bersih dan higienis pada lingkungan adalah kondisi yang menyediakan
sumber nutrisi bagi pertumbuhan mikroba sehingga mikroba dapat tumbuh
berkembang di lingkungan seperti ini. Jamur tersebut dapat tumbuh karena
kondisi anaerob. Organisme anaerob obligat hanya dapat hidup dalam lingkungan
bebas oksigen. Bagi organism ini oksigen bersifat toksik.
Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang
telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa sterilisasi dan metode aseptic
dilakukan agar dalam proses penanaman bakteri tidak terjadi kontaminan atau
bakteri lain yang tumbuh. Bakteri dan jamur dapat tumbuh pada media yang
mengandung nutrisi dan kondisi udara sesuai dengan jenisnya yaitu aerob atau
anaerob.
Daftar
Pustaka
Anonim. 2013. Aseptic, an environment or procedure
that is free of
contamination by pathogens.http://biolabs.tmcc.edu/Micro%20Web/
contamination by pathogens.http://biolabs.tmcc.edu/Micro%20Web/
AsepticTechnique.pdf. Diakses
tanggal 22 mei 2013
Anonim. 2013. Lactobacillus . (Gambar 2)
http://microbewiki.kenyon.edu/index.php/Lactobacillus_plantarum
Diakses tanggal 22 juni 2013
Anonim. 2013. Lactobacillus . (Gambar 2)
http://microbewiki.kenyon.edu/index.php/Lactobacillus_plantarum
Diakses tanggal 22 juni 2013
Anonim.2013 saccharomyces cerevisiae (Gambar 4) http://www.uwyo.edu/virtual_edge/lab13/fungi_results.htm. The virtual
Edge. Lab 13 Fungi. Diakses tanggal 22 juni 2013
Anonim.2013. Aspergillus niger. Gambar 6 http://www.mycology.adelaide.edu.au/Fungal_Descriptions/Hyphomycetes_%28hyaline%29/Aspergillus/niger.html Diakses tanggal 22 juni 2013
Adjil,
dirgo. Uliyanti dan Herny Larashanty, 2007. Perbandingan
efektivitas stereilisasi Alkohol 70%, inframerah Autoklaf dan Ozon
efektivitas stereilisasi Alkohol 70%, inframerah Autoklaf dan Ozon
terhadap pertumbuhan Bakteri Bacillus
subtilis. Universitas Gadjah
Mada.
Yogyakarta
Oram, R.F. S., Paul. J.
Hummer, Jr. 2001. Biology Living System.
Glencoe Division Mc Millan Company. Waterville.
Pelczar,
M. J. dan Chan, E. C. S.. 2005. Dasar-dasar
Mikrobiologi 1. Alih
bahasa Hadioetomo, R. S., Imas, T., Tjitrosomo, S.S. dan Angka,
S. L., UI Press, Jakarta.
bahasa Hadioetomo, R. S., Imas, T., Tjitrosomo, S.S. dan Angka,
S. L., UI Press, Jakarta.
Purwoko T.
2009. Fisiologi Mikroba. Jakarta : Bumi Aksara
Suriawiria,
U. 2005. Mikrobiologi Dasar. Papas
Sinar Sinanti, Jakarta
Wuryanti. 2008. Pengaruh Penambahan Biotin pada Media Pertumbuhan terhadap Produksi sel
Aspergillus niger.http://ejournal.undip.ac.id/index.php/bioma/article/download/3375/3036 diakses pada hari rabu, 22 Mei 2013 pukul 18:18 WIB
Post a Comment for "PENANAMAN KULTUR MIKROBIA DENGAN METODE ASEPTIS"