HISTOLOGI ORGAN REPRODUKSI BETINA
LAPORAN
PRAKTIKUM
ILMU
DAN REPRODUKSI TERNAK
ACARA
II
HISTOLOGI ORGAN REPRODUKSI BETINA
HISTOLOGI ORGAN REPRODUKSI BETINA
Disusun
Oleh :
Janu
Herjanto
PT/06287
I
Asisten : Rima Aprianti Purnamasari
LABORATORIUM ILMU DAN
REPRODUKSI TERNAK
BAGIAN PRODUKSI TERNAK
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2013
BAGIAN PRODUKSI TERNAK
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2013
ACARA
II
HISTOLOGI ORGAN REPRODUKSI BETINA
HISTOLOGI ORGAN REPRODUKSI BETINA
Tinjuan
Pustaka
Organ
reproduksi bukan hal vital dalam fisiologi ternak, namun memegang peranan
penting dalam melanjutkan keturunan. Ternak betina menghasilkan sel kelamin
(ovum) serta menyediakan tempat untuk proses pertumbuhan dan perkembangan
individu baru mulai dari pembuahan hingga melahirkan. Tahap-tahap perkembangan
folikel sangat penting bagi proses terbentuknya ovum yang dibutuhkan dalam
proses reproduksi pada mahluk hidup. Organ reproduksi ternak betina akan
berfungsi bila makhluk hidup khususnya hewan ternak dalam hal ini sudah
memasuki sexual maturity atau dewasa kelamin.
Hypophyisis
Kelenjar Adenohypophysis merupakan suatu kelenjar
endokrin yang sangat penting pada hampir setiap fungsi tubuh. Kelenjar ini
mengatur seluruh mekanisme yang dapat menyelamatkan keturunan mahluk hidup.
Mengatur perkembangan tubuh yang amat erat hubungannya dengan perkembangan alat
reproduksi seperti testes yang berpengaruh terhadap daya reproduksi (Campbell, et
al., 2003) dalam (Piraksa,I.W dan W. Bebas, 2009).
Organ reproduksi dipengarui oleh dua
hormon yaitu gonadotropin FSH (Follicle-stimulating hormone) dan LH (Luteinizing
hormone) disekresikan oleh hipofisis anterior, yang sekresinya diatur oleh
signal yang berasal dari hipotalamus
Fungsi sekretorik dan gametogenik gonad serta siklus seksual bergantung pada sekresi hormon gonadotropin ini. Hormon
gonadotropin ini juga menggiatkan pertumbuhan praovulasi dan sekresi estrogen
dan progesteron, yang memiliki mekanisme umpan balik terhadap hipotalamus (Megawati,dkk.,2005).
Ovarium
Terdapat sejumlah sel telur yang sudah ditentukan sejak
lahir didalam ovarium. Saat menopause, cadangan sel telur dalam ovarium sudah
tidak ada, akibatnya sintesis hormon estrogen oleh folikel-folikel juga tidak
berlangsung. Kondisi normal estrogen menyebabkan pertumbuhan endometrium. Estrogen
juga merangsang pertumbuhan sel epitel dan pertumbuhan kelenjar dalam lapisan
itu dan menyebabkan pertumbuhan jaringan otot uterus, terutama menyebabkan
hipertrofi sel ototnya. Hal ini jelas terjadi pada saat masa subur (estrus) (Suhargo, 2005).
Proses yang terjadi
didalam ovarium adalah proses pemasakan telur. Proses pemasakan telur pada
hakikatnya merupakan peristiwa yang membentuk siklus. Siklus pemasakan telur
pada kebanyakan mamalia disebut siklus estrus, sedangkan pada primate disebut
siklus menstrual. Hewan yang mengalami silus estrus, selama satu siklus hewan
betina siap menerima hewan jantan untuk kawih hanya dalam waktu yang singkat,
yaitu pada masa ovulasi. Dinding saluran reproduksi pada akhir siklus tidak
mengalami disintegrasi dan tidak luruh sehingga tidak ada pendarahan. Siklus
estrus terdiri atas empat tahap/fase. Tahap diestrus, proestrus, estrus dan
metestrus. Perkembangan folikel diawali
oleh hormone FSH (Follicle-stimulating hormone) dari kelenjar pituitary bagian depan. Folikel yang
sedang berkembang akan mengeluarkan estrogen yaitu hormone yang merangsang
endometrium untuk menebal (Isnaeni,2006). FSH (Follicle-stimulating
hormone) merupakan hormon glikoprotein yang
mempunyai waktu paruh yang pendek,
sehingga memerlukan pemberian secara berulang untuk merangsang aktivitas
folikel secara lebih efisien (Kaiin
dan Tappa, 2006).
Oviduct
Oviduct merupakan bagian yang berperan
penting dalam peristiwa kopulasi saat proses reproduksi. Terdiri dari 3 bagian
yaitu infundibulum, ampula dan isthmus. Tuba uterina (oviduktus) bersifat bilateral, strukturnya
berliku-liku yang menjulur dari daerah ovarium ke kornua uterina dan
menyalurkan ovum, spermatozoa dan zigot. Tiga semen tuba uterina dapat dibedakan,
yakni infundibulum, berbentuk corong
besar, ampula, bagian berdinding
tipis yang mengarah ke belakang dari infundibulum, dan isthmus, segmen berotot sempit yang berhubungan langsung dengan
uterus (Dellman dan Brown, 1992).
Uterus
Uterus
merupakan struktur saluran muskuler yang diperlukan untuk menerima ovum yang
telah dibuahi dan perkembangan zigot. Uterus digantung oleh ligamentum yaitu
mesometrium yaitu saluran yang bertaut pada dinding ruang abdomen dan ruang
pelvis. Dinding uterus terdapat 3 lapisan yaitu lapisan dalam disebut endometrium,
lapisan tengah disebut myometrium dan lapisan luar disebut perimetrium. Terdapat endometrium
dengan penebalan terbatas pada ruminansia yang disebut Carankula. Carankula ini banyak
mengandung fibroblast dan vasikularisasinya ekstensif (Dellman dan Brown,
1992).
Materi
dan Metode
Materi
Alat.
Alat yang digunakan dalam praktikum histologi betina adalah mikroskop cahaya
yang digunakan untuk melihat secara mikroskopis.
Bahan.
Bahan yang digunakan adalah Preparat histology kelenjar ovarium, uterus, oviduct.
Metode
Metode yang digunakan pada praktikum
histologi betina adalah mengamati, membedakan, mengetahui fungsi dan menggambar
bagian-bagian dari alat reproduksi hewan betina.
Hasil dan Pembahasan
Ogan
reproduksi betina dilihat secara mikroskopik memiliki sel-sel yang berkharakter
khusus seperti sel-sel chormophile
dan chormophobe yang berwana merah
dan biru-keunguan. Serta lapisan-lapisan setiap organ memiliki kharakteristik
yang berbeda-beda.
Hypofisis
Gambar 1. Adenohypohyisis (Anonim,2013)
Berdasarkan
hasil pengamatan pada saat praktikum kelenjar Kelenjar hypophysis terdiri dari
adenohpypofisis dan neurohypopyhsis. Adenohypofisis merupakan bagian yang
menghasilkan hormon. Ada 3 tipe sel yang pertama yaitu chromophobe
umumnya memiliki lebih sedikit sitoplasma dibanding sel kromofilik diduga tidak
memiliki granul sekresi dan dianggap sebagai sel cadangan yang sanggup
berdiferensiasi menjadi asidofil dan basofil (bloom dan Fawcett, 2002).
Tipe sel lain adalah chormophile yang terdiri dari 2 jenis
yaitu Asidofil dan basofil. Asidofil mengandung banyak sekali granul bulat berdiameter 300-350 nm dan
disebut somatotrof atau sel STH. Sel ini
yang paling banyak dijumpai dalam lobus anterior hipofisis. Somatotrof mengeksekusi hormon penumbuh (somatotropin).
Jenis kedua yaitu Mammotrofen. Jenis asidofil kedua yaitu mammotrof atau latotrof
cenderung tersebar satu-satu dalam lobus anterior daripada dalam kelompok atau
korda. Mereka menghasilkan hormon prolaktin, sebuah protein dengan berat molekul
23.000 yang meningkatkan perkembangan kelenjar mamae selama kehamilan kemduian
laktasi (bloom dan Fawcett, 2002).
Selama
kehamilan hipofisi anterior mengalami pembesaran dua kali lipat konsentrasi
prolaktin darah meningkat secara progresif dari minggu kelima kehamilan. Kadar
prolaktin yang tinggi merangsang perkembangan kelenjar mamae, namun efek
laktogenik hormon ini dihambat selama kehamilan oleh hormon ovarium estrogen
dan progesterone dalam sirkulasi kemudian setelah melahirkan produksi susu
meningkat. Sekresi prolaktin dirangsang oleh penghisapan pada puting. Impuls
saraf yang dibangkitkan diputing oleh penghisapan diteruskan ke neuron dalam
hipotalamus yang mensekresikan hormon oksitosin kedalam sistem hipofiseoportal.
Sesampainya di hipofisis anterior, ia menstimulir sekresi prolaktin (bloom dan
Fawcett, 2002).
Basofil hiposfisis
anterior jelas terpulas dengan biru annilin dari pulasan trikrom Mallory. Asidofil
terpulas menjadi merah muda dengan reaksi asam periodat Schiff untuk
karbohidrat. Tiga tipe sel penghasil hormon yaitu tirotrof yang mensekresikan hormon perangsang tiroid (TSH) juga
disebut trofin sebuah glikoprotein. Bekerja tergabung pada reseptor spesifik
pada sel-sel folikel. Kortikotrof mensekresikan
Adrenokortikotrofin (ACTH). Adrenokortikon
yang beredar dalam darah tergabung pada reseptor sel-sel korteks adrenal dan
merangsang pggetahan hormon kortisol. Gonadotrof Mensekresikan hormon FSH (Follicle-stimulating
hormone) dan LH (Luteinizing hormone). Terdapat peningkatan dan
penurunan siklik dalam sekresi FSH setiap bulanya pada betina. Kadar yang
meningkat merangsang perkembangan folikel dalam ovarium sebagai persiapan
ovulasi. Produksi LH meningkat dipertengahan siklus memicu Ovulasi.Ovulasi dipergunakan
untuk perkembangan korpus luteum. LH juga merangsang produksi hormon steroid
oleh sel-sel intertisial ovarium dan testis karenaya kadang-kadang disebut
hormorn perangsang sel intertisial (ICSH) (bloom dan Fawcett, 2002).
FSH merupakan hormon glikoprotein
yang mempunyai waktu paruh yang pendek, sehingga memerlukan pemberian secara
berulang untuk merangsang aktivitas folikel secara lebih efisien. FSH berfungsi
merangsang pertumbuhan folikel yang muda menjadi matang, sehingga dapat
diovulasikan dan siap difertilisasi (Kain dan Tappa, 2006).
Ovarium
Gambar
2. Ovarium (Anonim,2013)
Ovarium merupakan kelenjar
ganda, sebagai kelenjar eksokrin dan kelenjar endokrin, misalnya mampu
menghasilkan sekreta berupa ovum (sekresi eksokrin) dan menghasilkan hormon
ovarium, terutama estrogen dan progesteron (sekresi endokrin). Secara
normal, struktur ovarium sangat bervariasi, tergantung pada spesies, umur dan
tahap siklus seksual (Dellman dan Brown, 1992).
Massa sel epitel interna
berproliferasi ke arah sentral membentuk rete
cords yang membentuk rongga menjadi rete
testis pada hewan jantan dan rete
ovarii pada hewan betina. Pada kehidupan pascanatal, rete cords membentuk lubang menjadi
buluh seminiferi. Pada hewan betina, proliferasi
korteks massa sel epitel interna berlanjut dengan proliferasi medular
menghasilkan pembentukan korteks sekunder dengan jalinan sel-sel berbentuk tali
yang mengandung ovum. Massa sel tersebut berproliferasi cepat melalui aktivitas
mitosis dan menjadi terpisah dalam bentuk kelompok sel (Dellman dan Brown, 1992).
Sel-sel sentral pada kelompok tersebut menjadi oogonium atau sel telur. Oogonia membesar dan berkembang menjadi oosit primer. Karena oosit primer terbentuk, sel-sel yang mengitarinya membentuk sel-sel folikel yang berbentuk pipih selapis. Sel telur dengan sel folikel yang mengitarinya membentuk folikel primordia. Menjelang kelahiran, oosit primer memasuki pembelahan meiosis tahap pertama, yang terhenti pada stadium profase. Interaksi selular dari oosit dengan rete ovarii dianggap penting untuk mengawali meiosis. Pembelahan meiosis tahap pertama dari oosit tidak selesai sampai mendekati ovulasi, misalnya setelah pubertas. Masa meiosis tahap pertama yang lama dapat dianggap sebagai kekeliruan meiosis (meiotic errors) seperti nondisjunction (Dellman dan Brown, 1992).
Korteks merupakan daerah tepi yang lebar, mengandung folikel dan korpus luteum (corpora lutea), dan dibalut oleh epitel permukaan berbentuk kubus rendah. Folikel primer (folikel unilaminar) terdiri dari oosit primer, berdiameter sekitar 20 µm pada kebanyakan janis hewan, dikelilingi oleh epitel pipih atau kubus selapis, disebut sel-sel folikel. Folikel primer paling muda (awal) dikelilingi oleh epitel pipih selapis, disebut folikel primordia. Pada stadium lebih lanjut, epitel berubah menjadi kubus sebaris. Folikel primer, berdiameter sekitar 40 µm, dikelilingi oleh membran basal dan terletak di bagian luar korteks di bawah epitel permukaan. Folikel primer tersebut merata pada ruminansia dan babi, dan mengelompok pada karnivora (Dellman dan Brown, 1992).
Folikel sekunder (folikel multilaminar atau folikel tumbuh) terdiri dari epitel banyak lapis dari sel-sel granulosa berbentuk polihedral dan mengitari oosit primer. Rongga yang berisi cairan belum terbentuk di antara sel-sel folikel. Pada sapi, folikel sekunder tahap akhir berdiameter sekitar 120 µm dan mengandung sebuah oosit berdiameter 80 µm (Dellman dan Brown, 1992).
Folikel sekunder ditandai oleh berkembangnya 3 sampai 5 µm lapis glikoprotein tebal, disebut zona pellucida, mengitari membran plasma oosit. Terdapat penetrasi parsial di daerah ini oleh mikrovili permukaan oosit. Zona pellucida dihasilkan oleh sel-sel granulosa yang langsung mengitari oosit dan sebagian oosit itu sendiri (Dellman dan Brown, 1992). Folikel tersier (folikel antrum, vesikular, atau de Graaf) ditandai dengan perkembangan rongga sentral yang disebut folikel antrum. Antrum ini terbentuk bila cairan pengisi celah antara sel-sel granulosa pada folikel sekunder bergabung untuk membentuk satu rongga besar yang menyimpan cairan folikel (liquor folliculi). Folikel tersier yang hampir mengalami ovulasi disebut folikel matang (mature follicle) (Dellman dan Brown, 1992).
Oosit primer pada folikel tersier berdiameter 150 sampai 300 µm tergantung pada spesies. Bentuknya bulat, ini terletak di tengah dengan jalinan kromatin tipis dan nukleolus jelas. Folikel antrum mulai membesar dengan meningkatnya liquor folliculi, oosit terdesak ke arah tepi (eksentrik), lazimnya di bagian folikel yang paling dekat dengan pusat ovarium. Oosit yang terdapat di daerah akumulasi sel-sel granulosa disebut cumulus ooforus. Pada folikel tersier yang besar, bentuk sel-sel granulosa yang langsung mengitari oosit menjadi silinder dengan susunan radial, dikenal sebagai corona radiata (Delman dan Brown, 1992).
Stratum granulosum dikitari oleh lapis theca, di mana pada folikel tersier berdiferensiasi menjadi dua lapis, yakni theca interna dengan banyak pembuluh darah dan theca eksterna di sebelah luar sebagai penunjang. Jalinan pembuluh kapiler dan limfe yang ekstensif terdapat pada theca interna, tetapi tidak menembus stratum granulosum (Dellman dan Brown, 1992).
Satu atau lebih folikel dewasa mencapai perkembangan maksimal menjelang saat ovulasi. Oosit primer dalam folikel tersebut melengkapi pembelahan meiosis pertama untuk menjadi oosit sekunder. Dalam meiosis pertama, pasangan kromosom terbentuk dan campuran materi genetik parental terjadi. Peristiwa ini diikuti oleh pemisahan dari pasangan kromosom serta menghasilkan badan kutub (polosit) pertama, dengan sedikit sitoplasma pada akhir pembelahan (Dellman dan Brown, 1992).
Pada hewan piaraan, pembelahan meiosis pertama disempurnakan sesaat sebelum ovulasi, kecuali pada anjing betina, di mana kedua pembelahan meiosis baru sempurna setelah ovulasi. Pembelahan meiosis kedua, dimulai segera setelah pembelahan meiosis pertama, tetapi tertahan pada tahap metafase; tidak akan selesai bila tidak terjadi pembuahan. Pada saat pembuahan berlangsung, oosit sekunder menjadi ootid (ovum) dan polosit kedua dilepaskan. Setelah dibuahi, di mana terjadi penyatuan pranukleus jantan dan betina, barulah ovum disebut zigot (Dellman dan Brown, 1992).
Kedua sel granulosa dan theca pada akhir folikel sekunder atau awal folikel tersier menjadi peka terhadap hormon gonadotropik. Sel-sel granulosa mengembangkan reseptor terhadap FSH (Follicle-stimulating hormone) dan sel-sel theca mengembangkan reseptor terhadap hormon dan LH (Luteinizing hormone). Folikel tersier, sel-sel granulosa mengembangkan reseptor LH (Dellman dan Brown, 1992).
Sel-sel sentral pada kelompok tersebut menjadi oogonium atau sel telur. Oogonia membesar dan berkembang menjadi oosit primer. Karena oosit primer terbentuk, sel-sel yang mengitarinya membentuk sel-sel folikel yang berbentuk pipih selapis. Sel telur dengan sel folikel yang mengitarinya membentuk folikel primordia. Menjelang kelahiran, oosit primer memasuki pembelahan meiosis tahap pertama, yang terhenti pada stadium profase. Interaksi selular dari oosit dengan rete ovarii dianggap penting untuk mengawali meiosis. Pembelahan meiosis tahap pertama dari oosit tidak selesai sampai mendekati ovulasi, misalnya setelah pubertas. Masa meiosis tahap pertama yang lama dapat dianggap sebagai kekeliruan meiosis (meiotic errors) seperti nondisjunction (Dellman dan Brown, 1992).
Korteks merupakan daerah tepi yang lebar, mengandung folikel dan korpus luteum (corpora lutea), dan dibalut oleh epitel permukaan berbentuk kubus rendah. Folikel primer (folikel unilaminar) terdiri dari oosit primer, berdiameter sekitar 20 µm pada kebanyakan janis hewan, dikelilingi oleh epitel pipih atau kubus selapis, disebut sel-sel folikel. Folikel primer paling muda (awal) dikelilingi oleh epitel pipih selapis, disebut folikel primordia. Pada stadium lebih lanjut, epitel berubah menjadi kubus sebaris. Folikel primer, berdiameter sekitar 40 µm, dikelilingi oleh membran basal dan terletak di bagian luar korteks di bawah epitel permukaan. Folikel primer tersebut merata pada ruminansia dan babi, dan mengelompok pada karnivora (Dellman dan Brown, 1992).
Folikel sekunder (folikel multilaminar atau folikel tumbuh) terdiri dari epitel banyak lapis dari sel-sel granulosa berbentuk polihedral dan mengitari oosit primer. Rongga yang berisi cairan belum terbentuk di antara sel-sel folikel. Pada sapi, folikel sekunder tahap akhir berdiameter sekitar 120 µm dan mengandung sebuah oosit berdiameter 80 µm (Dellman dan Brown, 1992).
Folikel sekunder ditandai oleh berkembangnya 3 sampai 5 µm lapis glikoprotein tebal, disebut zona pellucida, mengitari membran plasma oosit. Terdapat penetrasi parsial di daerah ini oleh mikrovili permukaan oosit. Zona pellucida dihasilkan oleh sel-sel granulosa yang langsung mengitari oosit dan sebagian oosit itu sendiri (Dellman dan Brown, 1992). Folikel tersier (folikel antrum, vesikular, atau de Graaf) ditandai dengan perkembangan rongga sentral yang disebut folikel antrum. Antrum ini terbentuk bila cairan pengisi celah antara sel-sel granulosa pada folikel sekunder bergabung untuk membentuk satu rongga besar yang menyimpan cairan folikel (liquor folliculi). Folikel tersier yang hampir mengalami ovulasi disebut folikel matang (mature follicle) (Dellman dan Brown, 1992).
Oosit primer pada folikel tersier berdiameter 150 sampai 300 µm tergantung pada spesies. Bentuknya bulat, ini terletak di tengah dengan jalinan kromatin tipis dan nukleolus jelas. Folikel antrum mulai membesar dengan meningkatnya liquor folliculi, oosit terdesak ke arah tepi (eksentrik), lazimnya di bagian folikel yang paling dekat dengan pusat ovarium. Oosit yang terdapat di daerah akumulasi sel-sel granulosa disebut cumulus ooforus. Pada folikel tersier yang besar, bentuk sel-sel granulosa yang langsung mengitari oosit menjadi silinder dengan susunan radial, dikenal sebagai corona radiata (Delman dan Brown, 1992).
Stratum granulosum dikitari oleh lapis theca, di mana pada folikel tersier berdiferensiasi menjadi dua lapis, yakni theca interna dengan banyak pembuluh darah dan theca eksterna di sebelah luar sebagai penunjang. Jalinan pembuluh kapiler dan limfe yang ekstensif terdapat pada theca interna, tetapi tidak menembus stratum granulosum (Dellman dan Brown, 1992).
Satu atau lebih folikel dewasa mencapai perkembangan maksimal menjelang saat ovulasi. Oosit primer dalam folikel tersebut melengkapi pembelahan meiosis pertama untuk menjadi oosit sekunder. Dalam meiosis pertama, pasangan kromosom terbentuk dan campuran materi genetik parental terjadi. Peristiwa ini diikuti oleh pemisahan dari pasangan kromosom serta menghasilkan badan kutub (polosit) pertama, dengan sedikit sitoplasma pada akhir pembelahan (Dellman dan Brown, 1992).
Pada hewan piaraan, pembelahan meiosis pertama disempurnakan sesaat sebelum ovulasi, kecuali pada anjing betina, di mana kedua pembelahan meiosis baru sempurna setelah ovulasi. Pembelahan meiosis kedua, dimulai segera setelah pembelahan meiosis pertama, tetapi tertahan pada tahap metafase; tidak akan selesai bila tidak terjadi pembuahan. Pada saat pembuahan berlangsung, oosit sekunder menjadi ootid (ovum) dan polosit kedua dilepaskan. Setelah dibuahi, di mana terjadi penyatuan pranukleus jantan dan betina, barulah ovum disebut zigot (Dellman dan Brown, 1992).
Kedua sel granulosa dan theca pada akhir folikel sekunder atau awal folikel tersier menjadi peka terhadap hormon gonadotropik. Sel-sel granulosa mengembangkan reseptor terhadap FSH (Follicle-stimulating hormone) dan sel-sel theca mengembangkan reseptor terhadap hormon dan LH (Luteinizing hormone). Folikel tersier, sel-sel granulosa mengembangkan reseptor LH (Dellman dan Brown, 1992).
Oviduct
Gambar
3. Oviduct (Anonim,2013)
Tuba uterina (oviduktus) bersifat bilateral, strukturnya berliku-liku yang menjulur dari daerah ovarium ke kornua uterina dan menyalurkan ovum, spermatozoa dan zigot. Tiga semen tuba uterina dapat dibedakan, yakni infundibulum, berbentuk corong besar, ampula, bagian berdinding tipis yang mengarah ke belakang dari infundibulum, dan isthmus, segmen berotot sempit yang berhubungan langsung dengan uterus (Dellman dan Brown, 1992).
Epitel tuba uterina berbentuk silinder sebaris atau silinder banyak baris dengan silia aktif (kinosilia) pada epitel bagian terbesar. Baik sel tipe bersilia maupun sel tanpa silia dilengkapi dengan mikrovili. Mukosa langsung berhubungan dengan submukosa pada saluran reproduksi hewan betina, karena lamina muskularis mukosa tidak ada. Tunika mukosa-submukosa pada ampula membuat lipatan tinggi, terutama pada babi dan kuda betina. Sapi betina, kira-kira 40 lipatan memanjang tampak pada ampula, masing-masing dengan lipatan sekunder dan tersier. Di daerah hubungan isthmus-uterus, di mana isthmus terbenam dalam dinding uterus, hanya 4 sampai 8 lipatan primer, tanpa adaya lipatan sekunder ataupun tersier (Dellman dan Brown, 1992).
Tunika
muskularis terdiri dari berkas otot polos melingkar, memanjang dan miring.
Lapis otot tersebut memberikan jalur radial memasuki mukosa. Infundibulum dan
ampula, tunika muskularis yang tipis dan tersusun oleh lapis dalam melingkar
dan sedikit berkas memanjang di sebelah luar terdiri dari otot polos. Tunika
serosa ada dan terdiri dari jaringan ikat mengandung pembuluh darah dan syaraf
(Dellman dan Brown, 1992).
Uterus
Gambar 2. Uterus (Anonim,2013)
Dinding uterus tediri dari tiga lapis yaitu mukosa-submukosa atau endometrium, tunika muskularis atau miometrium, dan tunika serosa atau perimetrium. Endometrium terdiri dari dua daerah yang berbeda dalam bangun serta fungsinya. Lapis superfisial disebut zona fungsional, dapat mengalami degenerasi sebagian atau seluruhnya selam masa reproduksi, estrus, atau daur haid (menstrual cycle) dan dapat hilang pada beberapa spesies. Miometrium terdiri dari lapis otot dalam tebal yang umumnya tersusun melingkar, dan lapis luar memanjang terdiri dari sel-sel otot polos yang mampu meingkatkan jumlah serta ukurannya selama kebuntingan berlangsung. Di antara kedua lapis tersebut atau bagian dalam dari lapis dalam, terdapat lapis vaskular yang mengandung arteria besar, vena serta pembuluh limfe. Pembuluh darah tersebut memberikan darah pada endometrium, lazimnya besar di daerah karankula ruminansia (Dellman dan Brown, 1992).
Perimetrium atau tunika serosa, terdiri dari jaringan ikat longgar yang dibalut oleh mesotel atau peritoneum. Sel-sel otot polos terdapat dalam perimetrium. Banyak pembuluh darah, pembuluh limfe dan syaraf terdapat pada lapis ini. Perimetrium, lapis memanjang dari miometrium, dan lapis vaskular dari miometrium, seluruhnya berlanjut dengan bagun ligamentum uterus (Dellman dan Brown, 1992).
Siklus
Hormonal Masa Estrus
Gambar
5. Grafik Perubahan Hormon Pada siklus Estrus
Grafik
tersebut menunjukan pada awal proestrus terjadi peningkatan progesterone secara
signifikan. Progesteron memiliki
peran dominan dalam mengatur siklus estrus. Dilanjutkan masa proestrus berhubungan dengan pembentukan folikel yang
distimulasi oleh hormone–hormone gonadotropin seperti LH dan FSH, yang
disekresikan oleh glandula pituitary anterior dibawah pengaruh hipotalamus dengan disekresikanya esterogen. Pada masa
akhir estrus hormon prolaktin meningkat secara signifikan untuk proses
pembentukan susu (Anonim,2013).
Proses
Ovulasi
Gambar
6. Proses Ovulasi (Anonim,2013)
Ovulasi menandai
awal dari fase luteal dan merupakan puncak dari proses yang disebut oogenesis. Kebanyakan folikel berkembang dalam pola sebagai siklus Ovulasi
- gelombang folikel. Yang pertama satu atau dua gelombang terdiri dari
sekelompok folikel yang direkrut dan tumbuh 3-5 mm . Folikel ini kemudian
tumbuh 6-9 mm karena faktor FSH ,
dan salah satu folikel bahkan bisa mencapai 12-15 mm . Folikel tersebut umumnya tidak menjadi ovulasi karena aksi penghambatan
pada produksi progesteron hipofisis anterior terhadap FSH. Sebaliknya, folikel
mengalami atresia ( regresi atau kematian ) setelah dipecah dan diserang oleh
jaringan ikat. Hanya satu folikel dipilih untuk menjadi ovulasi , yaitu folikel de
graaf. Folikel ini matang dengan diameter
16-18 mm dan terdiri dari ovum atau sel telur yang dikelilingi oleh banyak
lapisan sel , sekitar yang membentuk rongga sentral diisi dengan cairan yang
disebut liquor Folliquli
(Anonim,2013).
Setelah ovulasi terjadi dan telur dilepaskan, sel-sel pada ovarium yang membentuk folikel ovulasi membedakan untuk membentuk sel-sel luteal. Hal ini terjadi di bawah pengaruh LH , dan hasil dalam struktur yang disebut korpus luteum. korpus luteum bertanggung jawab untuk produksi progesteron . Puncak produksi progesteron terjadi sekitar hari ke-12 ketika corpus luteum sepenuhnya matang . Seperti disebutkan sebelumnya, progesteron menghambat LH dan pelepasan FSH oleh hipofisis anterior dan mencegah ovulasi dengan menghambat perkembangan folikel dan pematangan (Anonim, 2013).
Setelah ovulasi terjadi dan telur dilepaskan, sel-sel pada ovarium yang membentuk folikel ovulasi membedakan untuk membentuk sel-sel luteal. Hal ini terjadi di bawah pengaruh LH , dan hasil dalam struktur yang disebut korpus luteum. korpus luteum bertanggung jawab untuk produksi progesteron . Puncak produksi progesteron terjadi sekitar hari ke-12 ketika corpus luteum sepenuhnya matang . Seperti disebutkan sebelumnya, progesteron menghambat LH dan pelepasan FSH oleh hipofisis anterior dan mencegah ovulasi dengan menghambat perkembangan folikel dan pematangan (Anonim, 2013).
Kesimpulan
Organ
Reproduksi betina secara histology terdapat 4 bagian yaitu Adenohypophysis,ovarium,oviduct
dan uterus. Adenohypophysis terdapat sel-sel Chormophile aktif menghasilkan hormon dengan sel acidofil berwana
merah dan basophile berwarna biru-ungu. Ovarium membentuk ovum dengan 4 tahap
yaitu folikel primer, folikel sekunder, folikel tersier dan folikel de Graaf. Oviduct
strukturnya berliku-liku terdiri dari tunica serosa, tunica muscularis dan
tunica mucosa. Uterus terdiri dari 3 bagian yaitu endometrium, myometrium dan
perimetrium.
Daftar
Pustaka
Anonim.
2013. Adenohypopysis. http://library.med.utah.edu/WebPath
/ENDOHTML/ENDO093.html. Diakses tanggal 3 Oktober 2013 Jam
/ENDOHTML/ENDO093.html. Diakses tanggal 3 Oktober 2013 Jam
15.00
WIB.
Anonim, 2013. Ovarium. http://instruction.cvhs.okstate.edu/histology/
HistologyReference/HRFemaleRS.htm. Diakses tanggal 3 Oktober
2013
Jam 15.00 WIB
Anonim. 2013. Oviduct. http://instruction.cvhs.okstate.edu/histology
/HistologyReference/HRFemaleRS.htm Diakses tanggal 3 Oktober
2013 Jam 15.00 WIB
/HistologyReference/HRFemaleRS.htm Diakses tanggal 3 Oktober
2013 Jam 15.00 WIB
Anonim.
2013. Perubahan Hormon Pada SIklus Estrus.
http://nongae.gsnu.ac.kr/~cspark/teaching/chap5.html
Diakses
tanggal 3 Oktober 2013 Jam 15.00 WIB
tanggal 3 Oktober 2013 Jam 15.00 WIB
Anonim. 2013. Proses Ovulasi. http://beef.unl.edu/learning
/estrous.shtml. Diakses Tanggal 3 Oktober 2013 Diakses tanggal
Oktober 2013 Jam 15.00 WIB
Anonim.
2013. Uterus. http://instruction.cvhs.okstate.edu/histology
/HistologyReference/HRFemaleRS.htm Diakses tanggal 3 Oktober
2013 Jam 15.00 WIB
/HistologyReference/HRFemaleRS.htm Diakses tanggal 3 Oktober
2013 Jam 15.00 WIB
Bloom
dan Fawcett. Buku ajar Hitologi, 2002. alihbahasa : Jan
Tambayong.
Jakarta. EGC. 2002
Dellman,
H. D. dan E. M. Brown. 1992. Buku Teks
Histologi Veteriner.
Penerbit
Universitas Indonesia. Jakarta.
Isnaeni,Wiwi.
2006. Fisiologi Hewan. Kanisius.
Yogyakarta.
Kaiin,E.M
dan B.Tappa. 2006. Induksi Superovulasi
dengan Kombinasi
CIDR, Hormon FSH dan hCG pada Induk
Sapi Potong. Media
Peternakan.Bogor.
Megawati,Dian.,Sutarno,Shanty
Listyawati. 2005. Siklus estrus dan
struktur histology ovarium tikus
putih (Rattus norvegicus L.)
setelah
pemberian monosodium glutamate (MSG) secara oral. Biosmart.
Biologi FMIPA
Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakar
Suhargo, L
2005. Efek Estrogenik Ekstrak Daun Handeuleum
(Graptophyllum pictum (L.) Griff)) Pada Histologi uterus mencit
betina ovariektomi. Jurnal Berk. Penel. Hayati.
Biologi
FMIPA
Universitas
airlangga, Surabaya.
Post a Comment for "HISTOLOGI ORGAN REPRODUKSI BETINA"