Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

HISTOLOGI ORGAN REPRODUKSI BETINA



LAPORAN PRAKTIKUM
ILMU DAN REPRODUKSI TERNAK
ACARA II
HISTOLOGI ORGAN REPRODUKSI BETINA















Disusun Oleh :
Janu Herjanto
PT/06287
I

Asisten : Rima Aprianti Purnamasari





LABORATORIUM ILMU DAN REPRODUKSI TERNAK
BAGIAN PRODUKSI TERNAK
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2013


ACARA II
HISTOLOGI ORGAN REPRODUKSI BETINA

Tinjuan Pustaka
            Organ reproduksi bukan hal vital dalam fisiologi ternak, namun memegang peranan penting dalam melanjutkan keturunan. Ternak betina menghasilkan sel kelamin (ovum) serta menyediakan tempat untuk proses pertumbuhan dan perkembangan individu baru mulai dari pembuahan hingga melahirkan. Tahap-tahap perkembangan folikel sangat penting bagi proses terbentuknya ovum yang dibutuhkan dalam proses reproduksi pada mahluk hidup. Organ reproduksi ternak betina akan berfungsi bila makhluk hidup khususnya hewan ternak dalam hal ini sudah memasuki sexual maturity atau dewasa kelamin.
Hypophyisis
            Kelenjar Adenohypophysis merupakan suatu kelenjar endokrin yang sangat penting pada hampir setiap fungsi tubuh. Kelenjar ini mengatur seluruh mekanisme yang dapat menyelamatkan keturunan mahluk hidup. Mengatur perkembangan tubuh yang amat erat hubungannya dengan perkembangan alat reproduksi seperti testes yang berpengaruh terhadap daya reproduksi (Campbell, et al., 2003) dalam (Piraksa,I.W dan W. Bebas, 2009).
            Organ reproduksi dipengarui oleh dua hormon yaitu gonadotropin FSH (Follicle-stimulating hormone) dan LH (Luteinizing hormone) disekresikan oleh hipofisis anterior, yang sekresinya diatur oleh signal yang  berasal dari hipotalamus Fungsi sekretorik dan gametogenik gonad serta siklus seksual bergantung  pada sekresi hormon gonadotropin ini. Hormon gonadotropin ini juga menggiatkan pertumbuhan praovulasi dan sekresi estrogen dan progesteron, yang memiliki mekanisme umpan balik terhadap hipotalamus (Megawati,dkk.,2005).
Ovarium
Terdapat sejumlah sel telur yang sudah ditentukan sejak lahir didalam ovarium. Saat menopause, cadangan sel telur dalam ovarium sudah tidak ada, akibatnya sintesis hormon estrogen oleh folikel-folikel juga tidak berlangsung. Kondisi normal estrogen menyebabkan pertumbuhan endometrium. Estrogen juga merangsang pertumbuhan sel epitel dan pertumbuhan kelenjar dalam lapisan itu dan menyebabkan pertumbuhan jaringan otot uterus, terutama menyebabkan hipertrofi sel ototnya. Hal ini jelas terjadi pada saat masa subur (estrus) (Suhargo,  2005).
            Proses yang terjadi didalam ovarium adalah proses pemasakan telur. Proses pemasakan telur pada hakikatnya merupakan peristiwa yang membentuk siklus. Siklus pemasakan telur pada kebanyakan mamalia disebut siklus estrus, sedangkan pada primate disebut siklus menstrual. Hewan yang mengalami silus estrus, selama satu siklus hewan betina siap menerima hewan jantan untuk kawih hanya dalam waktu yang singkat, yaitu pada masa ovulasi. Dinding saluran reproduksi pada akhir siklus tidak mengalami disintegrasi dan tidak luruh sehingga tidak ada pendarahan. Siklus estrus terdiri atas empat tahap/fase. Tahap diestrus, proestrus, estrus dan metestrus.  Perkembangan folikel diawali oleh hormone FSH (Follicle-stimulating hormone) dari kelenjar pituitary bagian depan. Folikel yang sedang berkembang akan mengeluarkan estrogen yaitu hormone yang merangsang endometrium untuk menebal (Isnaeni,2006). FSH (Follicle-stimulating hormone) merupakan hormon glikoprotein yang mempunyai waktu paruh  yang pendek, sehingga memerlukan pemberian secara berulang untuk merangsang aktivitas folikel secara lebih efisien (Kaiin dan Tappa, 2006).
Oviduct
            Oviduct merupakan bagian yang berperan penting dalam peristiwa kopulasi saat proses reproduksi. Terdiri dari 3 bagian yaitu infundibulum, ampula dan isthmus. Tuba uterina (oviduktus) bersifat bilateral, strukturnya berliku-liku yang menjulur dari daerah ovarium ke kornua uterina dan menyalurkan ovum, spermatozoa dan zigot. Tiga semen tuba uterina dapat dibedakan, yakni infundibulum, berbentuk corong besar, ampula, bagian berdinding tipis yang mengarah ke belakang dari infundibulum, dan isthmus, segmen berotot sempit yang berhubungan langsung dengan uterus (Dellman dan Brown, 1992).        
Uterus
                        Uterus merupakan struktur saluran muskuler yang diperlukan untuk menerima ovum yang telah dibuahi dan perkembangan zigot. Uterus digantung oleh ligamentum yaitu mesometrium yaitu saluran yang bertaut pada dinding ruang abdomen dan ruang pelvis. Dinding uterus terdapat 3 lapisan yaitu lapisan dalam disebut endometrium, lapisan tengah disebut myometrium dan lapisan luar disebut perimetrium. Terdapat endometrium dengan penebalan terbatas pada ruminansia yang disebut Carankula. Carankula ini banyak mengandung fibroblast dan vasikularisasinya ekstensif (Dellman dan Brown, 1992).










Materi dan Metode
Materi
            Alat. Alat yang digunakan dalam praktikum histologi betina adalah mikroskop cahaya yang digunakan untuk melihat secara mikroskopis.

            Bahan. Bahan yang digunakan adalah Preparat histology kelenjar  ovarium, uterus, oviduct.
Metode
            Metode yang digunakan pada praktikum histologi betina adalah mengamati, membedakan, mengetahui fungsi dan menggambar bagian-bagian dari alat reproduksi hewan betina.















Hasil dan Pembahasan

            Ogan reproduksi betina dilihat secara mikroskopik memiliki sel-sel yang berkharakter khusus seperti sel-sel chormophile dan chormophobe yang berwana merah dan biru-keunguan. Serta lapisan-lapisan setiap organ memiliki kharakteristik yang berbeda-beda.
Hypofisis
              






                                                                                                                             Gambar 1. Adenohypohyisis  (Anonim,2013)

            Berdasarkan hasil pengamatan pada saat praktikum kelenjar Kelenjar hypophysis terdiri dari adenohpypofisis dan neurohypopyhsis. Adenohypofisis merupakan bagian yang menghasilkan hormon. Ada 3 tipe sel yang pertama yaitu chromophobe umumnya memiliki lebih sedikit sitoplasma dibanding sel kromofilik diduga tidak memiliki granul sekresi dan dianggap sebagai sel cadangan yang sanggup berdiferensiasi menjadi asidofil dan basofil (bloom dan Fawcett, 2002).
            Tipe sel lain adalah chormophile yang terdiri dari 2 jenis yaitu Asidofil dan basofil. Asidofil mengandung banyak sekali granul bulat berdiameter 300-350 nm dan disebut somatotrof atau sel STH. Sel ini yang paling banyak dijumpai dalam lobus anterior hipofisis. Somatotrof mengeksekusi hormon penumbuh (somatotropin). Jenis kedua yaitu  Mammotrofen. Jenis asidofil kedua yaitu mammotrof atau latotrof cenderung tersebar satu-satu dalam lobus anterior daripada dalam kelompok atau korda. Mereka menghasilkan hormon prolaktin, sebuah protein dengan berat molekul 23.000 yang meningkatkan perkembangan kelenjar mamae selama kehamilan kemduian laktasi (bloom dan Fawcett, 2002).
            Selama kehamilan hipofisi anterior mengalami pembesaran dua kali lipat konsentrasi prolaktin darah meningkat secara progresif dari minggu kelima kehamilan. Kadar prolaktin yang tinggi merangsang perkembangan kelenjar mamae, namun efek laktogenik hormon ini dihambat selama kehamilan oleh hormon ovarium estrogen dan progesterone dalam sirkulasi kemudian setelah melahirkan produksi susu meningkat. Sekresi prolaktin dirangsang oleh penghisapan pada puting. Impuls saraf yang dibangkitkan diputing oleh penghisapan diteruskan ke neuron dalam hipotalamus yang mensekresikan hormon oksitosin kedalam sistem hipofiseoportal. Sesampainya di hipofisis anterior, ia menstimulir sekresi prolaktin (bloom dan Fawcett, 2002).
            Basofil hiposfisis anterior jelas terpulas dengan biru annilin dari pulasan trikrom Mallory. Asidofil terpulas menjadi merah muda dengan reaksi asam periodat Schiff untuk karbohidrat. Tiga tipe sel penghasil hormon yaitu tirotrof yang mensekresikan hormon perangsang tiroid (TSH) juga disebut trofin sebuah glikoprotein. Bekerja tergabung pada reseptor spesifik pada sel-sel folikel. Kortikotrof mensekresikan Adrenokortikotrofin (ACTH). Adrenokortikon yang beredar dalam darah tergabung pada reseptor sel-sel korteks adrenal dan merangsang pggetahan hormon kortisol. Gonadotrof Mensekresikan hormon FSH (Follicle-stimulating hormone) dan LH (Luteinizing hormone). Terdapat peningkatan dan penurunan siklik dalam sekresi FSH setiap bulanya pada betina. Kadar yang meningkat merangsang perkembangan folikel dalam ovarium sebagai persiapan ovulasi. Produksi LH meningkat dipertengahan siklus memicu Ovulasi.Ovulasi dipergunakan untuk perkembangan korpus luteum. LH juga merangsang produksi hormon steroid oleh sel-sel intertisial ovarium dan testis karenaya kadang-kadang disebut hormorn perangsang sel intertisial (ICSH) (bloom dan Fawcett, 2002).
            FSH merupakan hormon glikoprotein yang mempunyai waktu paruh yang pendek, sehingga memerlukan pemberian secara berulang untuk merangsang aktivitas folikel secara lebih efisien. FSH berfungsi merangsang pertumbuhan folikel yang muda menjadi matang, sehingga dapat diovulasikan dan siap difertilisasi (Kain dan Tappa, 2006).
Ovarium

           






Gambar 2. Ovarium (Anonim,2013)

Ovarium merupakan kelenjar ganda, sebagai kelenjar eksokrin dan kelenjar endokrin, misalnya mampu menghasilkan sekreta berupa ovum (sekresi eksokrin) dan menghasilkan hormon ovarium, terutama estrogen dan progesteron (sekresi endokrin). Secara normal, struktur ovarium sangat bervariasi, tergantung pada spesies, umur dan tahap siklus seksual (Dellman dan Brown, 1992). 
Massa sel epitel interna berproliferasi ke arah sentral membentuk rete cords yang membentuk rongga menjadi rete testis pada hewan jantan dan rete ovarii pada hewan betina. Pada kehidupan pascanatal, rete cords membentuk lubang menjadi buluh seminiferi. Pada hewan betina, proliferasi korteks massa sel epitel interna berlanjut dengan proliferasi medular menghasilkan pembentukan korteks sekunder dengan jalinan sel-sel berbentuk tali yang mengandung ovum. Massa sel tersebut berproliferasi cepat melalui aktivitas mitosis dan menjadi terpisah dalam bentuk kelompok sel (Dellman dan Brown, 1992).  
           
Sel-sel sentral pada kelompok tersebut menjadi oogonium atau sel telur. Oogonia membesar dan berkembang menjadi oosit primer. Karena oosit primer terbentuk, sel-sel yang mengitarinya membentuk sel-sel folikel yang berbentuk pipih selapis. Sel telur dengan sel folikel yang mengitarinya membentuk folikel primordia. Menjelang kelahiran, oosit primer memasuki pembelahan meiosis tahap pertama, yang terhenti pada stadium profase. Interaksi selular dari oosit dengan rete ovarii dianggap penting untuk mengawali meiosis. Pembelahan meiosis tahap pertama dari oosit tidak selesai sampai mendekati ovulasi, misalnya setelah pubertas. Masa meiosis tahap pertama yang lama dapat dianggap sebagai kekeliruan meiosis (meiotic errors) seperti nondisjunction (Dellman dan Brown, 1992).          
           
Korteks merupakan daerah tepi yang lebar, mengandung folikel dan korpus luteum (corpora lutea), dan dibalut oleh epitel permukaan berbentuk kubus rendah. Folikel primer (folikel unilaminar) terdiri dari oosit primer, berdiameter sekitar 20 µm pada kebanyakan janis hewan, dikelilingi oleh epitel pipih atau kubus selapis, disebut sel-sel folikel. Folikel primer paling muda (awal) dikelilingi oleh epitel pipih selapis, disebut folikel primordia. Pada stadium lebih lanjut, epitel berubah menjadi kubus sebaris. Folikel primer, berdiameter sekitar 40 µm, dikelilingi oleh membran basal dan terletak di bagian luar korteks di bawah epitel permukaan. Folikel primer tersebut merata pada ruminansia dan babi, dan mengelompok pada karnivora (Dellman dan Brown, 1992).  
           
Folikel sekunder (folikel multilaminar atau folikel tumbuh) terdiri dari epitel banyak lapis dari sel-sel granulosa berbentuk polihedral dan mengitari oosit primer. Rongga yang berisi cairan belum terbentuk di antara sel-sel folikel. Pada sapi, folikel sekunder tahap akhir berdiameter sekitar 120 µm dan mengandung sebuah oosit berdiameter 80 µm (Dellman dan Brown, 1992).            
           
Folikel sekunder ditandai oleh berkembangnya 3 sampai 5 µm lapis glikoprotein tebal, disebut zona pellucida, mengitari membran plasma oosit. Terdapat penetrasi parsial di daerah ini oleh mikrovili permukaan oosit. Zona pellucida dihasilkan oleh sel-sel granulosa yang langsung mengitari oosit dan sebagian oosit itu sendiri (Dellman dan Brown, 1992).           Folikel tersier (folikel antrum, vesikular, atau de Graaf) ditandai dengan perkembangan rongga sentral yang disebut folikel antrum. Antrum ini terbentuk bila cairan pengisi celah antara sel-sel granulosa pada folikel sekunder bergabung untuk membentuk satu rongga besar yang menyimpan cairan folikel (liquor folliculi). Folikel tersier yang hampir mengalami ovulasi disebut folikel matang (mature follicle) (Dellman dan Brown, 1992).          
           
Oosit primer pada folikel tersier berdiameter 150 sampai 300 µm tergantung pada spesies. Bentuknya bulat, ini terletak di tengah dengan jalinan kromatin tipis dan nukleolus jelas. Folikel antrum mulai membesar dengan meningkatnya liquor folliculi, oosit terdesak ke arah tepi (eksentrik), lazimnya di bagian folikel yang paling dekat dengan pusat ovarium. Oosit yang terdapat di daerah akumulasi sel-sel granulosa disebut cumulus ooforus. Pada folikel tersier yang besar, bentuk sel-sel granulosa yang langsung mengitari oosit menjadi silinder dengan susunan radial, dikenal sebagai corona radiata (Delman dan Brown, 1992).         
           
Stratum granulosum dikitari oleh lapis theca, di mana pada folikel tersier berdiferensiasi menjadi dua lapis, yakni theca interna dengan banyak pembuluh darah dan theca eksterna di sebelah luar sebagai penunjang. Jalinan pembuluh kapiler dan limfe yang ekstensif terdapat pada theca interna, tetapi tidak menembus stratum granulosum (Dellman dan Brown, 1992).  
           
Satu atau lebih folikel dewasa mencapai perkembangan maksimal menjelang saat ovulasi. Oosit primer dalam folikel tersebut melengkapi pembelahan meiosis pertama untuk menjadi oosit sekunder. Dalam meiosis pertama, pasangan kromosom terbentuk dan campuran materi genetik parental terjadi. Peristiwa ini diikuti oleh pemisahan dari pasangan kromosom serta menghasilkan badan kutub (polosit) pertama, dengan sedikit sitoplasma pada akhir pembelahan (Dellman dan Brown, 1992).        
           
Pada hewan piaraan, pembelahan meiosis pertama disempurnakan sesaat sebelum ovulasi, kecuali pada anjing betina, di mana kedua pembelahan meiosis baru sempurna setelah ovulasi. Pembelahan meiosis kedua, dimulai segera setelah pembelahan meiosis pertama, tetapi tertahan pada tahap metafase; tidak akan selesai bila tidak terjadi pembuahan. Pada saat pembuahan berlangsung, oosit sekunder menjadi ootid (ovum) dan polosit kedua dilepaskan. Setelah dibuahi, di mana terjadi penyatuan pranukleus jantan dan betina, barulah ovum disebut zigot (Dellman dan Brown, 1992).   
            Kedua sel granulosa dan theca pada akhir folikel sekunder atau awal folikel tersier menjadi peka terhadap hormon gonadotropik. Sel-sel granulosa mengembangkan reseptor terhadap
FSH (Follicle-stimulating hormone) dan sel-sel theca mengembangkan reseptor terhadap hormon dan LH (Luteinizing hormone). Folikel tersier, sel-sel granulosa mengembangkan reseptor LH (Dellman dan Brown, 1992).


Oviduct








Gambar 3. Oviduct (Anonim,2013)

            Tuba uterina (oviduktus) bersifat bilateral, strukturnya berliku-liku yang menjulur dari daerah ovarium ke kornua uterina dan menyalurkan ovum, spermatozoa dan zigot. Tiga semen tuba uterina dapat dibedakan, yakni infundibulum, berbentuk corong besar, ampula, bagian berdinding tipis yang mengarah ke belakang dari infundibulum, dan isthmus, segmen berotot sempit yang berhubungan langsung dengan uterus (Dellman dan Brown, 1992).           
            Epitel tuba uterina berbentuk silinder sebaris atau silinder banyak baris dengan silia aktif (kinosilia) pada epitel bagian terbesar. Baik sel tipe bersilia maupun sel tanpa silia dilengkapi dengan mikrovili. Mukosa langsung berhubungan dengan submukosa pada saluran reproduksi hewan betina, karena lamina muskularis mukosa tidak ada. Tunika mukosa-submukosa pada ampula membuat lipatan tinggi, terutama pada babi dan kuda betina. Sapi betina, kira-kira 40 lipatan memanjang tampak pada ampula, masing-masing dengan lipatan sekunder dan tersier. Di daerah hubungan isthmus-uterus, di mana isthmus terbenam dalam dinding uterus, hanya 4 sampai 8 lipatan primer, tanpa adaya lipatan sekunder ataupun tersier (Dellman dan Brown, 1992).
            Tunika muskularis terdiri dari berkas otot polos melingkar, memanjang dan miring. Lapis otot tersebut memberikan jalur radial memasuki mukosa. Infundibulum dan ampula, tunika muskularis yang tipis dan tersusun oleh lapis dalam melingkar dan sedikit berkas memanjang di sebelah luar terdiri dari otot polos. Tunika serosa ada dan terdiri dari jaringan ikat mengandung pembuluh darah dan syaraf (Dellman dan Brown, 1992).
Uterus

           



                                                           
                                                      
                                      
                                                Gambar 2. Uterus (Anonim,2013)                             

           
Dinding uterus tediri dari tiga lapis yaitu mukosa-submukosa atau endometrium, tunika muskularis atau miometrium, dan tunika serosa atau perimetrium. Endometrium terdiri dari dua daerah yang berbeda dalam bangun serta fungsinya. Lapis superfisial disebut zona fungsional, dapat mengalami degenerasi sebagian atau seluruhnya selam masa reproduksi, estrus, atau daur haid (menstrual cycle) dan dapat hilang pada beberapa spesies. Miometrium terdiri dari lapis otot dalam tebal yang umumnya tersusun melingkar, dan lapis luar memanjang terdiri dari sel-sel otot polos yang mampu meingkatkan jumlah serta ukurannya selama kebuntingan berlangsung. Di antara kedua lapis tersebut atau bagian dalam dari lapis dalam, terdapat lapis vaskular yang mengandung arteria besar, vena serta pembuluh limfe. Pembuluh darah tersebut memberikan darah pada endometrium, lazimnya besar di daerah karankula ruminansia (Dellman dan Brown, 1992).           
            Perimetrium atau tunika serosa, terdiri dari jaringan ikat longgar yang dibalut oleh mesotel atau peritoneum. Sel-sel otot polos terdapat dalam perimetrium. Banyak pembuluh darah, pembuluh limfe dan syaraf terdapat pada lapis ini. Perimetrium, lapis memanjang dari miometrium, dan lapis vaskular dari miometrium, seluruhnya berlanjut dengan bagun ligamentum uterus (Dellman dan Brown, 1992).
Siklus Hormonal Masa Estrus








            Gambar 5. Grafik Perubahan Hormon Pada siklus Estrus

                Grafik tersebut menunjukan pada awal proestrus terjadi peningkatan progesterone secara signifikan. Progesteron memiliki peran dominan dalam mengatur siklus estrus. Dilanjutkan masa proestrus berhubungan dengan pembentukan folikel yang distimulasi oleh hormone–hormone gonadotropin seperti LH dan FSH, yang disekresikan oleh glandula pituitary anterior dibawah pengaruh hipotalamus  dengan disekresikanya esterogen. Pada masa akhir estrus hormon prolaktin meningkat secara signifikan untuk proses pembentukan susu (Anonim,2013).



Proses Ovulasi





     



Gambar 6. Proses Ovulasi (Anonim,2013)
           
Ovulasi menandai awal dari fase luteal dan merupakan puncak dari proses yang disebut oogenesis. Kebanyakan folikel berkembang dalam pola sebagai siklus Ovulasi - gelombang folikel. Yang pertama satu atau dua gelombang terdiri dari sekelompok folikel yang direkrut dan tumbuh 3-5 mm . Folikel ini kemudian tumbuh 6-9 mm karena faktor FSH , dan salah satu folikel bahkan bisa mencapai 12-15 mm . Folikel tersebut umumnya tidak menjadi ovulasi karena aksi penghambatan pada produksi progesteron hipofisis anterior terhadap FSH. Sebaliknya, folikel mengalami atresia ( regresi atau kematian ) setelah dipecah dan diserang oleh jaringan ikat. Hanya satu folikel dipilih untuk menjadi ovulasi , yaitu folikel de graaf. Folikel ini matang dengan diameter 16-18 mm dan terdiri dari ovum atau sel telur yang dikelilingi oleh banyak lapisan sel , sekitar yang membentuk rongga sentral diisi dengan cairan yang disebut liquor Folliquli (Anonim,2013).     
            Setelah ovulasi terjadi dan telur dilepaskan, sel-sel pada ovarium yang membentuk folikel ovulasi membedakan untuk membentuk sel-sel luteal. Hal ini terjadi di bawah pengaruh LH , dan hasil dalam struktur yang disebut korpus luteum. korpus luteum bertanggung jawab untuk produksi progesteron . Puncak produksi progesteron terjadi sekitar hari ke-12 ketika corpus luteum sepenuhnya matang . Seperti disebutkan sebelumnya, progesteron menghambat LH dan pelepasan FSH oleh hipofisis anterior dan mencegah ovulasi dengan menghambat perkembangan folikel dan pematangan (Anonim, 2013).
Kesimpulan

            Organ Reproduksi betina secara histology terdapat 4 bagian yaitu Adenohypophysis,ovarium,oviduct dan uterus. Adenohypophysis terdapat sel-sel Chormophile aktif menghasilkan hormon dengan sel acidofil berwana merah dan basophile berwarna biru-ungu. Ovarium membentuk ovum dengan 4 tahap yaitu folikel primer, folikel sekunder, folikel tersier dan folikel de Graaf. Oviduct strukturnya berliku-liku terdiri dari tunica serosa, tunica muscularis dan tunica mucosa. Uterus terdiri dari 3 bagian yaitu endometrium, myometrium dan perimetrium.








Daftar Pustaka
Anonim. 2013.  Adenohypopysis. http://library.med.utah.edu/WebPath
            /ENDOHTML/ENDO093.html
. Diakses tanggal 3 Oktober 2013 Jam
            15.00 WIB.

Anonim, 2013. Ovarium. http://instruction.cvhs.okstate.edu/histology/
            HistologyReference/HRFemaleRS.htm. Diakses tanggal 3 Oktober  
            2013 Jam 15.00 WIB

Anonim. 2013. Oviduct. http://instruction.cvhs.okstate.edu/histology
            /HistologyReference/HRFemaleRS.htm
Diakses tanggal 3 Oktober 
            2013 Jam 15.00 WIB

Anonim. 2013. Perubahan  Hormon Pada SIklus Estrus.
            http://nongae.gsnu.ac.kr/~cspark/teaching/chap5.html Diakses
            tanggal 3 Oktober 2013 Jam 15.00 WIB

Anonim. 2013. Proses Ovulasi.
http://beef.unl.edu/learning
            /estrous.shtml
. Diakses Tanggal 3 Oktober 2013 Diakses tanggal
            Oktober 2013 Jam 15.00 WIB
Anonim. 2013. Uterus. http://instruction.cvhs.okstate.edu/histology
            /HistologyReference/HRFemaleRS.htm
Diakses tanggal 3 Oktober
            2013 Jam 15.00 WIB
Bloom dan Fawcett. Buku ajar Hitologi,  2002. alihbahasa : Jan
            Tambayong. Jakarta. EGC. 2002

            Dellman, H. D. dan E. M. Brown. 1992. Buku Teks Histologi Veteriner.
                        Penerbit  Universitas Indonesia. Jakarta.

Isnaeni,Wiwi. 2006. Fisiologi Hewan. Kanisius. Yogyakarta.

Kaiin,E.M dan B.Tappa. 2006. Induksi Superovulasi dengan Kombinasi
            CIDR, Hormon FSH dan hCG pada Induk Sapi Potong. Media
            Peternakan.Bogor.

Megawati,Dian.,Sutarno,Shanty Listyawati. 2005. Siklus estrus dan
            struktur histology ovarium tikus putih (Rattus norvegicus L.) setelah
            pemberian monosodium glutamate (MSG) secara oral. Biosmart.
Biologi FMIPA Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakar

Suhargo, L 2005. Efek Estrogenik Ekstrak Daun Handeuleum 
(Graptophyllum pictum (L.) Griff)) Pada Histologi  uterus mencit
 betina ovariektomi. Jurnal Berk. Penel. Hayati. Biologi FMIPA
Universitas airlangga, Surabaya.

Post a Comment for "HISTOLOGI ORGAN REPRODUKSI BETINA"