Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

LAPORAN PRAKTIKUM BAHAN PAKAN DAN FORMULASI RANSUM Siap Santap



LAPORAN PRAKTIKUM
BAHAN PAKAN DAN FORMULASI RANSUM

 









Disusun oleh :
                                            
Janu Herjanto
11/331833/PT/06287
Kelompok I

Asisten : Fajar Aji Mukti



LABORATORIUM TEKNOLOGI MAKANAN TERNAK
BAGIAN NUTRISI DAN MAKANAN TERNAK
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2014


BAB I
 PENDAHULUAN

Ternak membutuhkan pakan untuk memenuhi kebutuhan nutrient untuk pertumbuhan, perkembangan, sumber energi serta untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya. Nutrient didapat dari mengkonsumsi bahan pakan. Bahan pakan didapat dari tanaman maupun hewan.
Pakan digunakan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi ternak yang nantinya akan berpengaruh pada produktivitas ternak serta pertumbuhan dan perkembangan ternak.  Pakan yang dibutuhkan harus  memiliki kualitas baik yaitu pakan yang mengandung seluruh nutrien yang dibutuhkan oleh ternak.  Kandungan nutrisi dari suatu bahan pakan dapat diketahui melalui beberapa analisis bahan pakan salah satunya yaitu analisis proksimat.  Bahan pakan perlu dianalisa kandugan nutrienya. Ada beberapa metode analisa yang digunakan menentuka kandungan bahan pakan. Metode yang sering digunakan adalah metode analisis proksimat. Disebut analisis proksimat karena nilai yang diperoleh mendekati nilai komposisi yang sebenarnya.
Tujuan dari praktikum bahan pakan dan formulasi ransum adalah untuk mengetahui kandungan nutrien dari sampel bahan pakan dengan menggunakan metode analisis proksimat.  Manfaat yang dapat diperoleh dari praktikum bahan pakan dan formulasi ransum adalah dapat mempraktikkan secara langsung prosedur analisis proksimat untuk mengetahui kandungan nutrien dari suatu sampel atau bahan pakan.






BAB II
TINJUAN PUSTAKA

            Bahan pakan adalah setiap bahan yang dapat dimakan, disukai, dapat dicerna sebagian atau seluruhnya, dapat diabsorpsi dan bermanfaat bagi ternak. Oleh karena itu agar dapat disebut sebagai bahan pakan maka harus memenuhi semua persyaratan tersebut, sedang yang dimaksud dengan pakan adalah bahan yang dapat dimakan, dicerna dan diserap baik secara keseluruhan atau sebagian dan tidak menimbulkan keracunan atau tidak mengganggu kesehatan ternak yang mengkonsumsinya (Kamal, 1998) dalam (Subekti 2009).
         Berdasarkan kandungan zat gizinya bahan pakan dapat dikelompokkan  dalam 5 kelompok yaitu. Pakan sumber energi yaitu pakan yang mengandung protein kurang dari 20%, serat kasar kurang dari 18% dan kandungan dinding sel kurang dari 39%. Pakan sumber protein  yaitu pakan yang mengandung protein lebih dari 20%. Pakan sumber mineral. Pakan Sumber vitamin dan pakan tambahan/Feed aditif (Subekti, 2009).
         Analisis proksimat adalah suatu metoda analisis kimia untuk mengidentifikasi kandungan nutrisi seperti protein, karbohidrat, lemak dan serat pada suatu zat makanan dari bahan pakan. Menurut Musfiroh, Dkk. (2013) Analisis proksimat merupakan analisis makronutrien, yaitu merupakan analisis kasar yang meliputi kadar abu total, air total, lemak total, protein total dan karbohidrat total.
Kadar air mempunyai peranan yang besar terhadap mutu suatu produk. Mutu stabilitas suatu produk ditentukan oleh kadar air yang merupakan salah satu syarat utama pada suatu produk. Syarat tersebut harus dipenuhi karena adanya kadar air yang melebihi standar akan menyebabkan produk tersebut rentan ditumbuhi mikroba atau jasad renik lainnya sehingga akan mempengaruhi kestabilannya. Kandungan air dalam bahan makanan menentukan acceptability, kesegaran, dan sangat berpengaruh terhadap masa simpan bahan pangan, karena air dapat mempengaruhi sifat-sifat fisik atau adanya perubahan-perubahan kimia seperti contoh, kandungan air dalam makanan dapat mempengaruhi tekstur, kenampakan, dan cita rasa makanan (Winarno, 1997) [U1] dalam [U2] (Musfiroh, dkk 2013).
Bahan pakan yang dianalisa pada praktikum ini merupakan daun jaranan dengna nama latin Dolichandrone spathacea (l.f.) K.Schum. Menurut Anonim (2013), tanaman ini tumbuh di habitat dan ekologi di daerah muara hulu atau daerah dekat sungai. Tanaman ini juga tumbuh di daerah curah hujan tinggi dan seluruh zona intertidal. Tanaman ini tergolong mangrove dan pohon cepat tumbuh. Spesies ini ditemukan di sebagian besar Asia Tenggara , termasuk Brunei Darussalam , Indonesia, Malaysia , Filipina, Singapura , India , Sri Lanka , Thailand , Kamboja dan selatan Vietnam. Tanaman ini juga juga ditemukan di ujung timur laut dari Australia dan Papua Nugini , Kepulauan Solomon dan ke Kaledonia Baru , dan Yap ( Federasi Mikronesia ) dan Palau.
        


BAB III
MATERI DAN METODE

Materi
Kadar Air
            Alat. Alat yang digunakan untuk menentukan kadar air suatu bahan pakan adalah gelas silica disk, desikator, tang penjepit, oven pengering, kertas, dan timbangan analitik.
            Bahan. Bahan yang digunakan untuk menentukan kadar air suatu bahan pakan adalah cuplikan daun jaranan.
Kadar Abu
            Alat. Alat yang digunakan untuk menentukan kadar abu suatu bahan pakan adalah silica disk, desikator, tanur, tang penjepit, oven pengering, kertas, dan timbangan analitik.
            Bahan. Bahan yang digunakan untuk menentukan kadar abu suatu bahan pakan adalah cuplikan daun jaranan.
Kadar Serat Kasar
            Alat. Alat yang digunakan untuk menentukan kadar serat kasar suatu bahan pakan adalah beaker glass 600 ml, pemanas, saringan linen, serat gelas (glass wool), crucible, oven, gelas arloji, tang penjepit, desikator, tanur, dan timbangan analitik.
            Bahan. Bahan yang digunakan untuk menentukan kadar serat kasar suatu bahan pakan adalah cuplikan daun daun jaranan, H2SO4 1,25% (0,255 N), NaOH 1,25% (0,313 N), dan ethyl alkohol 95%.
Kadar Protein Kasar
            Alat. Alat yang digunakan untuk menentukan kadar protein kasar suatu bahan pakan adalah labu kjeldahl 650 ml, labu erlenmeyer 650 ml dan 300 ml, gelas ukur 100 ml, buret, corong, pipet volume 25/50 ml, alat destruksi dan destilasi, serta timbangan analitik.
            Bahan. Bahan yang digunakan untuk menentukan kadar protein kasar suatu bahan pakan adalah cuplikan daun ketela pohon, H2SO4 pekat, CuSO4 dan K2SO4 ¼ tablet, kjeltab, NaOH 50%, HCl 0,1 N, H3BO3 0,1 N, dan indikator mix.
Kadar Lemak Kasar
            Alat. Alat yang digunakan untuk menentukan kadar lemak kasar suatu bahan pakan adalah seperangkat alat Soxhlet, labu penampung, alat pendingin, oven pengering, desikator, tang penjepit, timbangan analitik, dan kertas saring bebas lemak.
            Bahan. Bahan yang digunakan untuk menentukan kadar lemak kasar suatu bahan pakan adalah cuplikan daun ketela pohon dan petroleum benzen.

Metode
Penetapan Kadar Air
            Gelas timbang yang sudah bersih bersama tutup yang dilepas dalam oven pengering pada suhu 105 sampai 110oC selama 1 jam. Gelas timbang didinginkan bersama tutup yang dilepas di dalam desikator selama 1 jam, dan bila sudah dingin ditimbang. Cuplikan bahan ditimbang seberat sekitar 1 gram, dimasukkan ke dalam gelas timbang dan dikeringkan bersama tutup yang dilepas di dalam oven pengering selama 8 sampai 24 jam pada suhu 105 sampai 110oC. Gelas timbang dikeluarkan bersama dengan cuplikan bahan pakan dari dalam oven, lalu didinginkan di dalam desikator dengan tutup dilepas selama 1 jam. Gelas timbang yang berisi cuplikan ditimbang dalam keadaan dingin dan tertutup sampai diperoleh bobot yang tetap.
Perhitungan :
Kadar Air =
Kadar bahan kering = 100% - kadar air
Keterangan :        x = bobot gelas timbang (silica disk)
                               y = bobot cuplikan pakan
                                z =bobot cuplikan setelah dioven 105 - 110°C
Penetapan Kadar Abu
Silica disk yang sudah bersih dikeringkan di dalam oven pada suhu 105 sampai 110oC selama 1 jam. Silica disk didinginkan di dalam desikator selama 1 jam, kemudian setelah dingin ditimbang. Cuplikan bahan pakan ditimbang seberat 1 gram, dimasukkan ke dalam silica disk. Silica disk yang berisi cuplikan bahan pakan dimasukkan ke dalam tanur. Tanur dinyalakan pada suhu 550 sampai 600oC selama lebih dari 12 jam hingga cuplikan berwarna putih seluruhnya. Setelah itu suhunya diturunkan sampai 120oC, lalu dimasukkan ke dalam desikator selama 1 jam. Sesudah dingin kemudian bahan pakan ditimbang.
Perhitungan :
Kadar Abu =  x 100%
Keterangan :        x = bobot silica disk kosong
                               y = bobot sampel sebelum dibakar dalam ditanur
                               z = bobot sampel + silica disk setelah  ditanur
Penetapan Kadar Serat Kasar
Cuplikan bahan pakan ditimbang sebanyak 1 gram kemudian dimasukkan ke dalam beaker glass 600 ml, ditambahkan 200 ml H2SO4 1,25%, dipanaskan sampai mendidih selama 30 menit. Bahan pakan disaring dengan saringan linen dengan bantuan pompa hampa. Hasil saringan dimasukkan ke dalam beaker glass, ditambahkan 200 ml NaOH 1,25% lalu dipanaskan sampai mendidih selama 30 menit. Bahan pakan disaring kembali dengan menggunakan crucible yang dilapisi glass wool dengan bantuan pompa vacum kemudian dicuci dengan beberapa ml air panas dan dengan 15 ml etil alkohol 95%. Hasil saringan termasuk glass wool dimasukkan ke dalam alat pengering dengan suhu 105 sampai 110oC selama 1 jam kemudian didinginkan dalam desikator selama 1 jam. Setelah itu Gooch crucible bersama isinya ditimbang dan didinginkan pada desikator. Bila sudah dingin kemudian ditimbang.

Perhitungan :
Kadar serat kasar =
Keterangan :        x = bobot sampel awal
                               y = bobot sampel setelah dikeringkan oven 105°C
                               z = bobot sisa pembakaran 550 - 600°C
Penetapan Kadar Protein Kasar
Destruksi. Cuplikan bahan pakan ditimbang seberat 0,5 gr. Setelah bahan pakan ditimbang kemudian disiapkan 2 butir batu didih, 20 ml H2SO4 pekat dan ¼ tablet kjeltab. Cuplikan bahan pakan dimasukkan ke dalam tabung destruksi yang telah bersih dan kering. Kompor destruksi dihidupkan kemudian tabung-tabung destruksi ditempatkan pada lubang yang ada pada kompor, lalu pendingin dihidupkan. Skala pada kompor destruksi di set kecil kurang lebih 1 jam. Destruksi diakhiri bila larutan berwarna jernih kemudian didinginkan dan dilanjutkan proses destilasi.
Destilasi. Hasil destruksi diencerkan dengan air sampel volumenya 300 ml, digojog agar larutan homogen. Erlenmeyer 650 ml yang berisi 50 ml H3BO3 0,1 N, 100 ml air, dan 3 tetes indicator mix disiapkan. Penampung dan labu kjeldahl disiapkan dalam alat destilasi. Air pendingin dihidupkan dan tombol ditekan hingga menyala hijau. Dispensing ditekan ke bawah untuk memasukkan NaOH 50% ke dalam tabung. Penambahan NaOH harus melalui dinding. Handle steam diturunkan sehingga larutan yang ada dalam tabung mendidih. Destilasi berakhir setelah desilat mencapai 200 ml kemudian buat blanko dengan menggunakan cuplikan yang berupa H2O dan di destilasi.
Titrasi. Hasil destilasi dititrasi dengan HCl 0,1 N sampai berubah warna.
Perhitungan :
Kadar protein kasar =
Keterangan :        x = jumlah titrasi sampel (ml)
                               y = jumlah titrasi blanko (ml)
                               N = normalitas HCl
                               z = bobot sampel (gram)
Penetapan Kadar Ekstrak Eter
            Cuplikan bahan pakan ditimbang sekitar 0,7 gr dan dibungkus dengan kertas saring bebas lemak, diambil sampel sebanyak 3 bungkus. Masing-masing bungkusan cuplikan dimasukkan ke dalam oven pengering 105 sampai 110oC selama semalam. Bungkusan cuplikan bahan pakan ditimbang dalam keadaan panas kemudian dimasukkan ke dalam alat ekstraksi Soxhlet. Labu penampung diisi dengan petroleum benzene sekitar ½ volume labu penampung, alat ekstraksi Soxhlet juga diisi sekitar ½ volume dengan petroleum benzene. Labu penampung dan tabung Soxhlet dipasang, kemudian penangas dan pendingin dihidupkan. Ekstraksi dilakukan selama sekitar 16 jam atau sampai petroleum benzene dalam alat ekstraksi berwarna jernih. Pemanas dimatikan kemudian sampel diambil dan dipanaskan dalam oven pengering selama semalas. Bahan pakan dimasukkan ke dalam desikator selama 1 jam lalu ditimbang.
Perhitungan :
Kadar ekstrak eter =
Keterangan :   x   =  bobot sampel awal
                     y   =   bobot sampel + kertas saring bebas lemak setelah oven 105°C (sebelum diekstraksi).
                               z   = bobot sampel + kertas saring bebas lemak setelah
                                       oven 105°C (setelah diekstraksi)



BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengamatan Fisik
            Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, bahan pakan di amati melalui penampilan fisiknya. Hasil pengamatan fisik pada bahan pakan yang digunakan maka dapat diketahui pada tabel sebagai berikut :
Tabel 1. Pengamatan fisik daun jaranan
Parameter
Pengamatan
Tekstur
sedikit kasar
Warna  
Hijau
Bau
Segar
Rasa
Hambar
            Berdasarkan pengamatan diketahui bahwa bahan pakan yang diamati berwarna hijau, tekstur sedikit kasar dan bau yang segar. Didapatkan bahwa daun jaranan dari segi teksturnya kasar, warnanya hijau, dan baunya segar dan rasanya hambar. Maka, berdasarkan hasil tersebut dapat diketahui bahwa sampel bahan pakan yang digunakan untuk praktikum adalah daun Jaranan
Daun jaranan. Daun Jaranan memiliki nama umum Indonesia yaitu kayu kuda, kajeng kapal, kayu pelok, kayu pelumping, kati-kati, kayu jaran, ki arak, ki jaran, kuda-kuda, sangi, tomana. Berdasarkan klasifikasinya (Anonim, 2014)[U3] 
Kingdom                    : Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom             : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi              : Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi                          : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas                          : Ma.gnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
Sub Kelas                 : Asteridae
Ordo                           : Scrophulariales
Famili                         : Bignoniaceae
Genus                                    : Dolichandrone
Spesies                      : Dolichandrone spathacea (l.f.) K.Schum.
                                                                                   
 Berdasarkan kandungan bahan pakan. Komposisi daun jaranan antara lain bahan kering 35.48%, protein kasar 35.35, lemak kasar 1.338 dan serat kasar 23.53% (Gunawan dkk, 2003)[U4] . Kandungan nutrient daun jaranan sebagai berikut :
Tabel 2. Kandungan nutrien daun jaranan
Parameter
Proporsi %
Bahan kering
24.492
Protein kasar
18.459
Lemak kasar
1.338
Serat Kasar
23.53




Analisis Proksimat
Analisis proksimat adalah suatu metoda analisis kimia untuk mengidentifikasi kandungan nutrien seperti protein, karbohidrat, lemak dan serat pada suatu zat makanan dari bahan pakan atau pangan. Pendapat itu didukung oleh pernyataan Satyaningtyas dan Estiasih (2014), analisis proksimat adalah suatu metode analisis kimia untuk mengidentifikasi kandungan nutrien seperti protein, karbohidrat, lemak, air dan abu pada suatu zat makanan dari bahan pangan. Serta, memiliki manfaat sebagai penilaian kualitas bahan pangan terutama pada standar zat makanan yang seharusnya terkandung di dalamnya. Berikut ini adalah hasil uji analisis proksimat pada bahan pakan daun jaranan.
Tabel 3.  Hasil Analisis proksimat daun jaranan
Parameter
Pengamatan
Kel 7
Kel 8
Rata-rata
Kadar Air%
35,48
35,35
35,42
Abu%
8.76
8.87
8.81
Protein Kasar %
41.24
41.25
41.228
Serat Kasar %
24,807
21.0066
22.90
Lemak Kasar %
15.16
15.55
15.355
ETN  %
10.006
13.32
11.69
Total %
100
100
100
Penetapan kadar air. Penetapan kadar air menggunakan sampel bahan pakan berupa daun jaranan kelompok tujuh seberat 1,0075 gram dan delapan seberat 1.0090 gram yang dimasukkan kedalam silica disk yang telah dikeringkan terlebih dahulu pada suhu 1050C sampai 1100C selama satu jam dan dikeringkan dalam desikator selama satu jam. Fungsi desikator adalah menyerap uap air, karena didalamnya terdapat silika. Desikator harus ditutup rapat agar uap air tidak masuk kedalamnya. Bahan pakan dan gelas timbang kemudian dipanaskan dalam oven pengering selama 8 sampai 24 jam pada suhu 1050C sampai 1100C, lalu didinginkan dalam desikator selama satu jam. Gelas timbang yang berisi cuplikan pakan ditimbang setelah dingin hingga beratnya tidak berubah. Air dalam bahan pakan akan menguap seluruhnya jika bahan pakan tersebut dipanaskan dalam waktu tertentu pada suhu 1050C sampai 1100C dengan tekanan udara bebas. Setelah ditimbang diketahui bahan kering rata-rata kedua kelompok adalah 35.46%. Bahan kering tersebut merupakan bahan kering setelah pengeringan oven 55oC.
Kadar air adalah persentase kandungan air suatu bahan yang dapat dinyatakan berdasarkan berat basah (wet basis) atau berdasarkan berat kering (dry basis). Kadar air berat basah mempunyai batas maksimum teoritis sebesar 100 persen, sedangkan kadar air berdasarkan berat kering dapat lebih dari 100 persen (Syarif dan Halid, 1993) [U5] dalam Kaslam (2014).
Penentuan kadar air dalam analisis proksimat, menggunakan bahan daun jaranan dalam keadaan kering udara (DW). Mengantisipasi masuknya air dari lingkungan luar, deksikator tersebut harus ditutup rapat. Dilakukan pengulangan penimbangan sampel setiap satu jam untuk memperoleh masa sampel yang konstan menunjukan sudah tercapai bobot bahan kering (Dry Weigth). Penentuan bobot bahan kering sangat penting karena bobot bahan kering akan digunakan sebagai standar bobot untuk penentuan kadar fraksi lainnya. Penurunan kadar air ini disebabkan oleh penguapan yang terjadi selama proses pemanasan dalam oven. Saat pemanasan suhu air meningkat yang mengakibatkan jumlah molekul air akan menurun dan ikatan hidrogen akan putus dan tekanan uap air melebihi tekanan atmosfer, akibatnya molekul terlepas dari permukaan dan menjadi (Winarno, 1997) [U6] dalam [U7] (Musfiroh,dkk., 2013).
            Sample bahan pakan dari daun jaranan memiliki kandungan bahan kering (BK) yang lebih banyak apabila dibandingkan literatur. Kandungan BK suatu bahan pakan dipengaruhi oleh kadar air. Semakin tinggi kadar air mengakibatkan kandungan bahan kering semakin sedikit. Hasil praktikum diketahui kadar air total pada sampel sebesar 64,52% sehingga bahan kering mencapai 35,48%. Daun jaranan memiliki BK yang lebih banyak dibandingkan literatur yaitu 24.49%. Faktor yang mempengaruhi perbedaan kadar air tersebut antara lain proses pengeringan, nilai kelembaban dan suhu yang sering berubah-ubah serta interaksi antara jenis bahan dan faktor lama penyimpanan menunjukan hal yang mempengaruhi (Rentani, 2009)[U8] .
            Penetapan kadar abu. Praktikum penetapan kadar abu menggunakan sampel yang sama dengan sampel dalam penetapan kadar air. Sampel kelompok pertama seberat 1,0075 gram dan kedua 1.0090 gr dimasukkan ke dalam silica disk yang sebelumnya telah dioven pada suhu 1050C sampai 1100C selama satu jam dan telah didinginkan dalam desikator selama satu jam, kemudian ditimbang. Silica disk yang sudah berisi sampel pakan dimasukkan dalam tanur, kemudian ditanur pada suhu 5500C sampai 6000C selama 1 jam sampai cuplikan pakan berwarna putih seluruhnya. Tanur dimatikan kemudian setelah 12 jam kemudian dibuka kemudian silica disk dimasukan kedalam desikator selama satu jam. Silica disk berisi bahan pakan ditimbang setelah dingin. Hasil penimbangan kadar abu diketahui kadar abu dalam BK kelompok tujuh 8.76% dan kelompok delapan 8.87% dengan rata-rata 8.85%.
            Penentuan kadar abu harus menggunakan silica disk dan tidak dapat menggunakan botol timbang (Vochdoos) karena botol timbang (Vochdoos) akan melebur jika ditanur pada suhu 5500C sampai 6000C. Sampel pakan ditanur bertujuan untuk membakar semua zat organiknya dan kemudian menghasilkan oksida yang menguap, yaitu berupa CO2, H2O, dan gas-gas lain, sedangkan yang tidak tertinggal dan tidak menguap adalah oksida mineral atau yang disebut dengan abu.
            Hasil penetapan kadar abu total dengan menggunakan metode pengabuan kering (dry ashing) Untuk menghindari adanya berbagai komponen abu yang mengalami dekomposisi atau bahkan menguap pada suhu tinggi maka suhu pengabuan disesuaikan dengan bahan. Suhu yang disarankan adalah 5250C sampai 5500C (Sudarmadji. et al., 1996) dalam (Musfiroh, dkk,. 2013)[U9] .
Hasil percobaan yang dilakukan dengan bahan daun jaranan diperoleh kadar abu yang kelompok 7 adalah 8.78 % sementara kelompok 8 memperoleh kadar abu nya sebesar 8,87%. Nilai kadar abu mewakili bahan padatan dalam suatu bahan pakan. Dapat dijelaskan bahwa menurut Satyaningtyas (2014)[U10] , dengan semakin tinggi kadar mineral, maka semakin rendah kadar air, menyebabkan semakin tinggi total padatan dan kadar abu bahan tersebut.
            Penetapan kadar serat kasar. Praktikum penetapan kadar serat kasar menggunakan sampel bahan pakan keompok 7 sebesar 1.0089 gram dan kelompok 8 seberat 1.0090 gram yang dimasukkan ke dalam beaker glass 600 ml, kemudian ditambahkan dengan 200 ml H2SO4 1,25%, selanjutnya dipanaskan hingga mendidih selama 30 menit. Disaring dengan saringan linen dengan bantuan pompa vacum. Hasil saringan (residu) dimasukkan ke dalam beaker glass, kemudian ditambahkan dengan 200 ml NaOH 1,25% dan dididihkan kembali selama 30 menit. Menurut [U11] Sinaga (2009), tujuan penambahan H2SO4 untuk menguraikan senyawa N dalam pakan. Penambahan NaOH untuk menguraikan atau penyabunan senyawa lemak dalam pakan sehingga mudah larut. Sisa dari bahan pakan tidak tercerna setelah proses perebusan kemudian ditimbang dan diabukan. Perbedaan berat residu pertama dan berat residu setelah diabukan menunjukan jumlah serat yang terdapat dalam suatu bahan
Tahap terakhir adalah disaring kembali menggunakan crusible yang telah dilapisi glass wool dengan bantuan pompa vacum, kemudian dicuci dengan air panas dan 15 ml ethyl alkohol 95%. Penambahan ethyl alkohol adalah untuk menghidrolisis lemak yang mungkin masih terdapat dalam serat kasar. Hasil saringan kemudian dimasukkan pada alat pengering dengan suhu 1050C sampai 1100C selama satu malam lalu didinginkan dalam desikator selama satu jam. Crusible dibakar beserta isinya dalam tanur pada suhu 5500C sampai 6000C sampai berwarna putih seluruhnya, lalu dikeluarkan dan didinginkan dalam desikator. Bobot yang hilang setelah pembakaran 5500C sampai 6000C adalah serat kasar.
Hasil percobaan yang dilakukan dengan bahan daun jaranan kadar serat kasar (SK) yang diperoleh kelompok 7 adalah 24.08 % sementara kelompok 8 memperoleh kadar serat kasar sebesar 21.006%. Berdasarkan literatur yang ada diketahui bahwa kadar serat kasar daun jaranan adalah 23.53, hasil yang diperoleh pada saat praktikum terdapat perbedaan sedikit namun tidak terlalu banyak.
            Faktor yang mempengaruhi perbedaan kadar serat kasar bahan pakan adalah pada proses perebusan dengan H2SO4 dan NaOH. Faktor yang mempengaruhi hidrolisis asam adalah konsentrasi asam, lama hidrolisis, suhu, dan perlakuan pendahuluan. Selanjutnya dikatakan bahwa semakin tinggi suhu, reaksi hidrolisis akan berjalan semakin cepat. Selama pemasakan akan terjadi penghancuran dinding sel yang terjadi akibat hidrolisis. Proses penghancuran dinding sel bertujuan untuk memperluas permukaan bahan sehingga mempermudah proses pelarutan (Astawan dan Wahyuni, 1991) dalam [U12] (Sinaga, 2009).
            Penetapan kadar protein kasar. Penetapan kadar protein kasar melalui tiga tahapan, yaitu destruksi, destilasi dan titrasi. Proses destruksi menggunakan H2SO4 pekat dan kjeltab sebagai katalisator yang berfungsi untuk mempercepat reaksi. Kjeltab berisi CuSO4 dan K2SO4. Menurut Suparjo (2010[U13] ), proses destruksi (oksidasi) terjadi perubahan N-protein menjadi amonium sulfat ((NH4)2SO4). Sampel dipanaskan dengan asam sulfat (H2SO4) pekat dan katalisator yang akan memecah semua ikatan N dalam bahan pakan menjadi amonium sulfat kecuali ikatan N=N, NO dan NO2. CO2 dan H2O terus menguap. SO2 yang terbentuk sebagai hasil reduksi dari sebagian asam sulfat juga menguap. Dalam reaksi ini digunakan katalisator selenium/Hg/Cu. Destruksi dihentikan jika larutan berwarna hijau jernih.           
            Zat Organik + H
2SO4  --> CO2 + H2O + (NH4)2SO4 +  SO2
               
Setelah larutan menjadi hijau jernih, labu destruksi didinginkan kemudian larutan dipindahkan ke labu destilasi dan diencerkan dengan aquades. Proses selanjutnya adalah destilasi larutan yang telah didestruksi.  
Proses destilasi dimulai dengan cara larutan dalam tabung destruksi diencerkan dengan air sampai volume 75 ml digojog agar larutan homogen, kemudian disiapkan erlenmeyer 650 ml yang berisi 50 ml H3BO3 0,1 N dan 3 tetes indikator mix, kemudian erlenmeyer dipasang sebagai penampung dan tabung destruksi dalam alat destilasi, dihidupkan air pendingin dan tombol hingga menyala hijau. Dispensing ditekan ke bawah untuk memasukkan NaOH 50% ke dalam tabung destruksi. Handle steam lalu diturunkan ke bawah hingga larutan yang ada dalam tabung mendidih. Destilasi berakhir setelah destilasi mencapai 200 ml kemudian dibuat blanko dengan cuplikan H2O. setelah itu dilakukan proses titrasi dengan menggunakan HCl 0,1 N sampai timbul perubahan warna menjadi abu-abu (Suparjo,2010).
            Proses titrasi menggunakan HCl 0,1 N. Titrasi dilakukan untuk mengetahui jumlah N yang terdestilasi. Proses titrasi diakhiri setelah larutan berwarna keperakan. Jika larutan berwarna merah muda, maka proses titrasi sudah lewat jenuh, jadi terlalu banyak asam di dalam larutan. (Suparjo,2010).
            Hasil percobaan yang dilakukan dengan sample daun jaranan diketahui kadar protein kasar yang diperoleh kelompok 7 adalah 41,2% sementara kelompok 8 memperoleh kadar protein kasarnya sebesar 41,25%. Kadar protein kasar pada daun jaranan menurut literatur berkisar antara 18,489%. Perbedaan tersebut dipengaruhi oleh kadar nitrogen dalam bahan pakan. Menurut Kamal (1998) dalam Putri (2011), [U14] protein kasar adalah nilai hasil bagi dari total nitrogen ammonia dengan faktor 16% (16/100) atau hasil kali dari total nitrogen ammonia dengan faktor 6,25 (100/16). Faktor 16% berasal dari asumsi bahwa protein mengandung nitrogen 16%. Kenyataannya nitrogen yang terdapat di dalam pakan tidak hanya berasal dari protein saja tetapi ada juga nitrogen yang berasal dari senyawa bukan protein atau nitrogen nonprotein (non-protein nitrogen atau NPN). Dengan demikian maka nilai yang diperoleh dari perhitungan diatas merupakan nilai dari apa yang disebut protein kasar.
            Penetapan kadar lemak kasar. Lemak dapat diekstraksi menggunakan ether atau zat pelarut lemak lain menurut Soxhlet, kemudian ether diuapkan dan lemak dapat diketahui bobotnya. Praktikum penetapan kadar lemak kasar dilakukan dengan menimbang cuplikan pakan sebesar 0,7011 gram dan 0.7018 gram kemudian dibungkus dengan kertas saring bebas lemak, sebanyak tiga bungkus. Masing-masing bungkusan cuplikan dimasukkan dalam oven pengering pada 105 sampai 110oC selama semalam. Daun jaranan ditimbang dalam keadaan masih panas untuk menjaga agar berat sampel tetap konstan. Sampel pakan dimasukkan ke dalam Soxhlet untuk dilakukan ekstraksi. Labu penampung diisi dengan petroleum benzen sekitar setengah volume labu penampung, alat ekstraksi juga diisi dengan petroleum benzen sekitar setengah volume. Petroleum benzen berfungsi sebagai pelarut lemak.
            Labu penampung dan tabung Soxhlet dipasang, pendingin dan pemanas dihidupkan. Ekstraksi dilakukan selama sekitar 16 jam sampai petroleum benzen dalam alat ekstraksi berwarna jernih. Setelah 16 jam, kemudian sampel diambil dan dipanaskan dalam oven pengering pada suhu 105 sampai 1100C selama semalam. Dimasukkan dalam desikator selama satu jam lalu ditimbang.
            Hasil percobaan yang dilakukan dengan bahan daun jaranan, kadar lemak kasar yang diperoleh kelompok 7 rata-rata adalah 15.5 % sementara kelompok 8 memperoleh kadar lemak kasarnya sebesar 13.3%. Hal ini menunjukkan bahwa kadar lemak kasar yang diperoleh saat praktikum berada diatas kisaran yang ada pada literatur yaitu 1.34%. Perbedaan tersebut dipengaruhi oleh jenis bahan pakan yang dianalisis, menurut Suparjo (2010), istilah lemak kasar menggambarkan bahwa zat dimaksud bukan hanya mengandung senyawa yang tergolong ke dalam lemak tetapi termasuk senyawa lain.
            Kadar bahan ekstrak tanpa nitrogen (BETN). Kadar bahan ekstrak tanpa nitrogen (BETN) dapat dihitung dengan perhitungan 100% - jumlah dari kelima fraksi yang lain. Dalam keadaan BK, BETN dapat dihitung dengan 100% - (% Abu + % PK + % SK + % EE). Kandungan BETN suatu bahan pakan sangat tergantung pada komponen lainnya, seperti  abu, protein kasar, serat kasar dan lemak kasar. Hal ini disebabkan penentuan kandungan BETN hanya berdasarkan perhitungan dari zat-zat yang tersedia. Bias yang ditemukan pada perhitungan tergantung pada keragaman hasil yang diperoleh (Suparjo,2010)
            Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, diperoleh kadar ekstrak tanpa nitrogen sebesar 11.69%. Nilai tersebut menggambarkan besaran kadar ektrak tanpa nitrogen dalam suatu bahan pakan. Bahan ekstrak nitrogen Merupakan senyawa organik yang termasuk dalam karbohidrat yang mudah larut dalam perebusan dengan menggunakan larutan asam lemah dan asam basah (Putri,2009).









BAB V
KESIMPULAN

            Bahan pakan yang digunakan dalam praktikum adalah daun jaranan. Daun jaranan tersebut bertekstur sedikit kasar, berwarna hijau, dan berbau segar. Hasil analisis proksimat didapat bahwa dalam daun jaranan komposisi kadar airnya rata-rata 64,52 %, abu 8.815 %, serat kasar 22.9 %, protein kasar 41,22%, dan lemak kasar sebesar 15.33 % dan ETN 11,69%. Hasil analisa proksimat bahan pakan sudah mendekati normal menurut literatur namun, terjadi perbedaan signifikan terhadap kadar protein kasar dan lemak kasar yang melebihi dari literatur. Faktor yang mempengaruhi kadar bahan pakan antara lain proses pengeringan bahan pakan serta kondisi bahan pakan yang digunakan selain itu juga tempat pengambilan sampel juga berpengaruh terhadap hasil.


















DAFTAR PUSTAKA

[U14] Analisis Bahan Pakan Secara Kimiawi, 2010. Suparjo. Laboratorium Makanan Ternak Fakultas Peternakan Universitas Jambi. Jambi.
Anonim, 2014. Http://Www.Plantamor.Com/Index.Php?Plant=2150 Diakses Pada Minggu 23 Maret 2014.
Gunawan, D.E. Wahyono, P. W. Prihandini 2003. Strategi Penyusunan Pakan Murah Sapi Potong Mendukung Agribisnis. Lokakarya Sistem Integrasi Kelapa Sawit-Sapi 
Kaslam.2014. Jurnal Penelitian Program Studi Keteknikan Pertanian Jurusan Teknologi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Hasanuddin. Makasar.
Musfiroh,I. W. Indriyati, Muchtaridi, Y. Setiya. 2013. Analisis Proksimat Dan Penetapan Kadar - Karoten Dalam  Selai Lembaran Terung Belanda (Cyphomandra Betacea Sendtn. )  Dengan Metode Spektrofotometri Sinar Tampak   Fakultas Farmasi Universitas Padjadjaran 
Putri, D. S. Haryati, Zainuddin. 2011. Pengaruh Tingkat Subtitusi Tepung Ikan Dengan Tepung Maggot Terhadap Komposisi Kimia Pakan Dan Tubuh Ikan Bandeng (Chanos Chanos Forsskal). Universitas Hasanudin. Makasar.
Retnani,Y, W. Widiarti, I. Amiroh, L. Herawati & K.B. Satoto. 2009. Daya Simpan Dan Palatabilitas Wafer Ransum Komplit Pucuk Dan Ampas Tebu Untuk Sapi Pedet Storage Capacity. Jurnal Peternakan
Satyaningtyas, E. Dam T. Estiasih. 2004. Roti Tawar Laktogenik, Perangsang Asi, Berbasis Kearifan Lokal Daun Katuk (Sauropus Androgynus (L.) Merr)     Jurnal Pangan Dan Agroindustri Vol.2 No.1 P.121-131
Sinaga, F. 2009. Studi Pembuatan Serat Makanan Dari Tongkol Jagung. Universitas Sumatera Utara, Medan.
Subekti, E. 2009. Ketahanan Pakan Ternak Indonesia . Mediagro. Vol 5. No 2, Hal  63 - 71[U14] 




LAMPIRAN

Perhitungan hasil analisis proksimat
Sampel : Daun Jaranan

1.  Kadar Air 
Kadar Air =
Kadar bahan kering = 100% - kadar air

Keterangan :        x = bobot gelas timbang (Silica disk)
                               y = bobot cuplikan pakan
                               z = bobot cuplikan setelah dioven 105 - 110°C
                                                                                   
     Kadar Air                                                              I                                     II       
Bobot sampel                                                   : 1,0075gr                 1,0090gr
Nomor silica disk                                             : D                                 A
Bobot silica disk                                               : 18.0100gr      21,5634gr
Bobot silica disk + sampel                             : 19,0175gr      22,5724gr
Bobot silica disk + sampel (oven 1050C)     : 19,0161gr              22, 5698gr
Kadar air dari oven 1050C                             :64,52 %           64,56%
Ka1                  =
                         = 64,47%
DW                   = 100% – 64,47%
                         = 35,52%
    Ka2                   =
                         = 0.1389%
DM DW           = 100% - 0.1389%
                         = 99.86%
Kadar Air total = Ka1 + Ka2 x Dw
                          = 64,47% + 0,1389% X 35,52/100
                          = 64,47% + 0.049%
                          = 64,52%
Bahan Kering        =  100 %  - 64.52 %
                                 = 35.48 %

2.  Kadar Abu
Kadar Abu =
Keterangan :        x = bobot silica disk kosong
                               y = bobot sampel sebelum dibakar dalam ditanur
                               z = bobot sampel + silica disk setelah ditanur

  Kadar Abu                                                              I                       II
Bobot  silica disk                                        :  18,0100gr       21,5634gr
Bobot sampel                                             :  1.0075gr           1,0090gr
Bobot silica disk + sampel                        :  19,0161gr         22,0064gr
Bobot silica disk + sampel (stlh tanur)   : 18,0983gr          21.6527gr
Kadar Abu (dalam BK)                              :  8,776%             8.87%
Kadar Abu   =
                      = 8,776 %




3.  Kadar Serat Kasar
Kadar serat kasar =
Keterangan :        x = bobot sampel awal
                               y = bobot sampel setelah dikeringkan oven 105°C
                               z = bobot sisa pembakaran 550 - 600°C

  Kadar Serat Kasar                                                      I                          II         
Nomor crusible                                                            : D                gr  C
Bobot sampel                                                               : 1.0089       gr  1.0057
Bobot sampel+crucible+glasswool (oven1050C)   : 21.64848   gr   21,32
Bobot sampel+crucible+glasswool (tanur5500C)   : 21,5596     gr   21,17
Kadar Serat Kasar (dalam BK)                                  : 12,41         gr    14,92

Kadar Serat Kasar          =
                                               = 8.82%
Kadar Serat Kasar          = 100/35.48 X12.41 %
                                           = 24.67%
   
4. Kadar Protein Kasar
Kadar protein kasar =
Keterangan :        x = jumlah titrasi sampel (ml)
                               y = jumlah titrasi blanko (ml)
                               N = normalitas HCl
                               z = bobot sampel (gram)

Kadar Protein Kasar                                                I                                 II    
    Bobot sampel                                                        : 0,5027      gr             0.5018
Volume titrasi blanko                                          : 0,3             ml            0.3
Volume titrasi sampel                                         : 8,7             ml            9
Kadar Protein Kasar (dalam BK)                      :14,62         gr             15,74

Kadar protein kasar   =
                                      = 14,62%
Kadar protein kasar        = 100/35.48 X14.62 %
                                           = 41.20%


5. Kadar Ekstrak Eter
Kadar ekstrak eter =
Keterangan :   x   =  bobot sampel awal
                     y   =   bobot sampel + kertas saring bebas lemak setelah oven 105°C (sebelum diekstraksi).
                     z   =   bobot sampel + kertas saring bebas lemak setelah oven 105°C (setelah diekstraksi)

      Kadar Ekstrak Eter                                                I                   II       III                     
Bobot kertas saring                                      :           
Berat sampel                                            :    0,7011 gr  0,7018 gr 0,7010 gr      
Bobot kertas saring + sampel                   :          
Bobot kertas saring + sampel (oven 1050C) :1,1011 gr 1,0849 gr 1,0933 gr
sebelum ekstraksi
Bobot kertas saring + sampel (oven 1050C): 1,0683 gr 1,043 gr 1,0535gr
setelah ekstraksi
Kadar Ekstraksi Eter (dalam BK)                   : 5,3 %, 5,8 % , 5,56 %

     Kadar lemak kasar (I)                =
                                                        = 5,3 %
Kadar lemak kasar (BK)             = 100/35.48 X 5.3%
                                                        = 14.93%

Kadar lemak kasar (III)        =
                                                        = 5,98 %
Kadar lemak kasar (BK)             = 100/35.48 X 5.98%
                                                        = 16.85%

Kadar lemak kasar (III)               =
                                                        = 5,56%
Kadar lemak kasar (BK)             = 100/35.48 X 5.98%
                                                       = 15.67%

Kadar Ekstrak eter rata-rata      =
                                                       = 15.816 %

6.  Kadar Ekstrak Tanpa Nitrogen
Kadar ETN (%) =100% - (% abu + % protein kasar + % lemak kasar + % serat kasar)
ETN           = 100% - (8,76 % + 24.67 % + 41.2% % + 15.816 %)
                   =  10.42 %





 [U1]Musfiroh,I. W. Indriyati, Muchtaridi, Y. Setiya. 2013. Analisis Proksimat dan Penetapan Kadar - Karoten dalam  Selai Lembaran Terung Belanda (Cyphomandra betacea Sendtn. )  Dengan Metode Spektrofotometri Sinar Tampak   Fakultas Farmasi Universitas Padjadjaran 
 [U2]Winarno F.G. 1997. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta: Penerbit PT. Gramedia Pustaka Utama.
 [U3]Anonim, 2014. http://www.plantamor.com/index.php?plant=2150 diakses pada minggu 23 maret 2014.
 [U4]Gunawan, D.E. Wahyono, P. W. Prihandini 2003. STRATEGI PENYUSUNAN PAKAN MURAH SAPI POTONG MENDUKUNG AGRIBISNIS. Lokakarya Sistem Integrasi Kelapa Sawit-Sapi 
 [U5]Kaslam.2014. JURNAL PENELITIAN PROGRAM STUDI KETEKNIKAN PERTANIAN JURUSAN TEKNOLOGI PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS HASANUDDIN. Makasar.
 [U6]Analisis Proksimat dan Penetapan Kadar - Karoten dalam  Selai Lembaran Terung Belanda (Cyphomandra betacea Sendtn. )  Dengan Metode Spektrofotometri Sinar Tampak 
Ida Musfiroh1, Wiwiek Indriyati, Muchtaridi, Yudhi Setiya Fakultas Farmasi Universitas Padjadjaran  1idamusfiroh@yahoo.com Phone: 08122038317 / (022-91801093)
 [U7]Winarno F.G. 1997. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta: Penerbit PT. Gramedia Pustaka Utama.
 [U8] Y. Retnani*, W. Widiarti, I. Amiroh, L. Herawati & K.B. Satoto. 2009. Daya Simpan dan Palatabilitas Wafer Ransum Komplit Pucuk dan Ampas Tebu untuk Sapi Pedet Storage Capacity. Jurnal Peternakan.
 [U9]Analisis Proksimat dan Penetapan Kadar - Karoten dalam  Selai Lembaran Terung Belanda (Cyphomandra betacea Sendtn. )  Dengan Metode Spektrofotometri Sinar Tampak 
Ida Musfiroh1, Wiwiek Indriyati, Muchtaridi, Yudhi Setiya Fakultas Farmasi Universitas Padjadjaran  1idamusfiroh@yahoo.com Phone: 08122038317 / (022-91801093)

 [U10]ROTI TAWAR LAKTOGENIK, PERANGSANG ASI, BERBASIS KEARIFAN LOKAL DAUN KATUK (Sauropus androgynus (L.) Merr)  
Lactogenic White Bread, a Food Product Containing Sweet Leaves (Sauropus androgynus (L.) Merr) for Stimulating Human Breast Milk Based on Local Wisdom  
Eryna Satyaningtyas1*, Teti Estiasih1 
1) Jurusan Teknologi Hasil Pertanian, FTP Universitas Brawijaya Malang Jl. Veteran, Malang 65145 *Penulis Korespondensi, Email: erynasatyaningtyas@yahoo.co.id 
ABSTRAK
 [U11]Sinaga F                studi pembuatan serat makanan dari tongkol jagung. 2009 universitas sumatera utara, medan.
 [U12]Sinaga F                studi pembuatan serat makanan dari tongkol jagung. 2009 universitas sumatera utara, medan.
 [U13]Analisis bahan pakan secara kimiawi, 2010. Suparjo. Laboratorium makanan ternak fakultas peternakan universitas jambi. Jambi.

 [U14]Putri, D. S. Haryati, Zainuddin. 2011. PENGARUH TINGKAT SUBTITUSI TEPUNG IKAN DENGAN TEPUNG MAGGOT TERHADAP KOMPOSISI KIMIA PAKAN DAN TUBUH IKAN BANDENG (Chanos chanos Forsskal). Universitas Hasanudin. Makasar.


Post a Comment for "LAPORAN PRAKTIKUM BAHAN PAKAN DAN FORMULASI RANSUM Siap Santap"