LAPORAN PRAKTIKUM BAHAN PAKAN DAN FORMULASI RANSUM Siap Santap
LAPORAN
PRAKTIKUM
BAHAN
PAKAN DAN FORMULASI RANSUM
Disusun oleh
:
Janu Herjanto
11/331833/PT/06287
Kelompok I
Asisten : Fajar Aji Mukti
LABORATORIUM
TEKNOLOGI MAKANAN TERNAK
BAGIAN
NUTRISI DAN MAKANAN TERNAK
FAKULTAS
PETERNAKAN
UNIVERSITAS
GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2014
BAB
I
PENDAHULUAN
Ternak
membutuhkan pakan untuk memenuhi kebutuhan nutrient untuk pertumbuhan, perkembangan, sumber energi serta
untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya. Nutrient didapat dari
mengkonsumsi bahan pakan. Bahan pakan didapat dari tanaman maupun hewan.
Pakan digunakan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi
ternak yang nantinya akan berpengaruh pada produktivitas ternak serta
pertumbuhan dan perkembangan ternak. Pakan yang dibutuhkan harus
memiliki kualitas baik yaitu pakan yang mengandung seluruh nutrien yang
dibutuhkan oleh ternak. Kandungan nutrisi dari suatu bahan pakan dapat
diketahui melalui beberapa analisis bahan pakan salah satunya yaitu analisis
proksimat. Bahan pakan perlu dianalisa kandugan nutrienya. Ada
beberapa metode analisa yang digunakan menentuka kandungan bahan pakan. Metode
yang sering digunakan adalah metode analisis proksimat. Disebut analisis
proksimat karena nilai yang diperoleh mendekati nilai komposisi yang
sebenarnya.
Tujuan dari praktikum bahan
pakan dan formulasi ransum adalah untuk mengetahui kandungan nutrien dari sampel
bahan pakan dengan menggunakan metode analisis proksimat. Manfaat yang
dapat diperoleh dari praktikum bahan
pakan dan formulasi ransum adalah dapat mempraktikkan secara langsung prosedur analisis proksimat untuk mengetahui
kandungan nutrien dari
suatu sampel atau bahan pakan.
BAB
II
TINJUAN
PUSTAKA
Bahan
pakan adalah setiap bahan yang dapat dimakan, disukai, dapat dicerna sebagian
atau seluruhnya, dapat diabsorpsi dan bermanfaat bagi ternak. Oleh karena itu
agar dapat disebut sebagai bahan pakan maka harus memenuhi semua persyaratan
tersebut, sedang yang dimaksud dengan pakan adalah bahan yang dapat dimakan,
dicerna dan diserap baik secara keseluruhan atau sebagian dan tidak menimbulkan
keracunan atau tidak mengganggu kesehatan ternak yang mengkonsumsinya (Kamal,
1998) dalam (Subekti 2009).
Berdasarkan kandungan zat gizinya bahan
pakan dapat dikelompokkan dalam 5
kelompok yaitu. Pakan sumber energi yaitu pakan yang mengandung protein kurang
dari 20%, serat kasar kurang dari 18% dan kandungan dinding sel kurang dari
39%. Pakan sumber protein yaitu pakan
yang mengandung protein lebih dari 20%. Pakan sumber mineral. Pakan Sumber vitamin dan
pakan
tambahan/Feed aditif
(Subekti, 2009).
Analisis proksimat adalah suatu metoda
analisis kimia untuk mengidentifikasi kandungan nutrisi seperti protein,
karbohidrat, lemak dan serat pada suatu zat makanan dari bahan pakan. Menurut
Musfiroh, Dkk. (2013) Analisis proksimat merupakan analisis makronutrien, yaitu
merupakan analisis kasar yang meliputi kadar abu total, air total, lemak total,
protein total dan karbohidrat total.
Kadar air mempunyai peranan yang besar terhadap mutu suatu produk. Mutu
stabilitas suatu produk ditentukan oleh kadar air yang merupakan salah satu
syarat utama pada suatu produk. Syarat tersebut harus dipenuhi karena adanya
kadar air yang melebihi standar akan menyebabkan produk tersebut rentan
ditumbuhi mikroba atau jasad renik lainnya sehingga akan mempengaruhi
kestabilannya. Kandungan air dalam bahan makanan menentukan acceptability, kesegaran, dan sangat
berpengaruh terhadap masa simpan bahan pangan, karena air dapat mempengaruhi
sifat-sifat fisik atau adanya perubahan-perubahan kimia seperti contoh,
kandungan air dalam makanan dapat mempengaruhi tekstur, kenampakan, dan cita
rasa makanan (Winarno, 1997) [U1] dalam [U2] (Musfiroh, dkk 2013).
Bahan pakan yang dianalisa
pada praktikum ini merupakan daun jaranan dengna nama latin Dolichandrone spathacea (l.f.) K.Schum. Menurut
Anonim (2013), tanaman ini tumbuh di habitat dan ekologi di daerah muara hulu atau daerah dekat sungai. Tanaman ini juga tumbuh di daerah curah hujan tinggi dan seluruh zona intertidal. Tanaman ini tergolong
mangrove dan pohon cepat tumbuh. Spesies ini ditemukan di sebagian besar Asia
Tenggara , termasuk Brunei Darussalam , Indonesia, Malaysia , Filipina,
Singapura , India , Sri Lanka , Thailand , Kamboja dan selatan Vietnam. Tanaman ini juga juga ditemukan di ujung timur laut dari Australia dan
Papua Nugini , Kepulauan Solomon dan ke Kaledonia Baru , dan Yap ( Federasi
Mikronesia ) dan Palau.
BAB
III
MATERI
DAN METODE
Materi
Kadar
Air
Alat. Alat yang digunakan untuk menentukan
kadar air suatu bahan pakan adalah gelas silica
disk, desikator, tang penjepit, oven pengering, kertas, dan timbangan
analitik.
Bahan. Bahan yang digunakan untuk
menentukan kadar air suatu bahan pakan adalah cuplikan daun jaranan.
Kadar
Abu
Alat. Alat yang digunakan untuk menentukan
kadar abu suatu bahan pakan adalah silica
disk, desikator, tanur, tang penjepit, oven pengering, kertas, dan
timbangan analitik.
Bahan. Bahan yang digunakan untuk
menentukan kadar abu suatu bahan pakan adalah cuplikan daun jaranan.
Kadar
Serat Kasar
Alat. Alat yang digunakan untuk menentukan
kadar serat kasar suatu bahan pakan adalah beaker glass 600 ml, pemanas,
saringan linen, serat gelas (glass wool),
crucible, oven, gelas arloji, tang
penjepit, desikator, tanur, dan timbangan analitik.
Bahan. Bahan yang digunakan untuk
menentukan kadar serat kasar suatu bahan pakan adalah cuplikan daun daun
jaranan, H2SO4 1,25% (0,255 N), NaOH 1,25% (0,313 N), dan
ethyl alkohol 95%.
Kadar
Protein Kasar
Alat. Alat yang digunakan untuk menentukan
kadar protein kasar suatu bahan pakan adalah labu kjeldahl 650 ml, labu
erlenmeyer 650 ml dan 300 ml, gelas ukur 100 ml, buret, corong, pipet volume
25/50 ml, alat destruksi dan destilasi, serta timbangan analitik.
Bahan. Bahan yang digunakan untuk
menentukan kadar protein kasar suatu bahan pakan adalah cuplikan daun ketela
pohon, H2SO4 pekat, CuSO4 dan K2SO4
¼ tablet, kjeltab, NaOH 50%, HCl 0,1 N, H3BO3 0,1
N, dan indikator mix.
Kadar
Lemak Kasar
Alat. Alat yang digunakan untuk menentukan
kadar lemak kasar suatu bahan pakan adalah seperangkat alat Soxhlet, labu penampung, alat pendingin,
oven pengering, desikator, tang penjepit, timbangan analitik, dan kertas saring
bebas lemak.
Bahan. Bahan yang digunakan untuk
menentukan kadar lemak kasar suatu bahan pakan adalah cuplikan daun ketela
pohon dan petroleum benzen.
Metode
Penetapan
Kadar Air
Gelas timbang yang sudah bersih bersama tutup yang
dilepas dalam oven pengering pada suhu 105 sampai 110oC selama 1
jam. Gelas timbang didinginkan bersama tutup yang dilepas di dalam desikator
selama 1 jam, dan bila sudah dingin ditimbang. Cuplikan bahan ditimbang seberat
sekitar 1 gram, dimasukkan ke dalam gelas timbang dan dikeringkan bersama tutup
yang dilepas di dalam oven pengering selama 8 sampai 24 jam pada suhu 105
sampai 110oC. Gelas timbang dikeluarkan bersama dengan cuplikan
bahan pakan dari dalam oven, lalu didinginkan di dalam desikator dengan tutup
dilepas selama 1 jam. Gelas timbang yang berisi cuplikan ditimbang dalam
keadaan dingin dan tertutup sampai diperoleh bobot yang tetap.
Perhitungan :
Kadar Air
=
Kadar
bahan kering = 100% - kadar air
Keterangan
: x = bobot gelas timbang (silica disk)
y = bobot
cuplikan pakan
z =bobot cuplikan setelah dioven 105 - 110°C
Penetapan
Kadar Abu
Silica
disk yang sudah
bersih dikeringkan di dalam oven pada suhu 105 sampai 110oC selama 1
jam. Silica disk didinginkan di dalam desikator selama 1 jam, kemudian setelah
dingin ditimbang. Cuplikan bahan pakan ditimbang seberat 1 gram, dimasukkan ke
dalam silica disk. Silica disk yang berisi cuplikan bahan
pakan dimasukkan ke dalam tanur. Tanur dinyalakan pada suhu 550 sampai 600oC
selama lebih dari 12 jam hingga cuplikan berwarna putih seluruhnya. Setelah itu
suhunya diturunkan sampai 120oC, lalu dimasukkan ke dalam desikator
selama 1 jam. Sesudah dingin kemudian bahan pakan ditimbang.
Perhitungan :
Kadar Abu =
x
100%
Keterangan : x = bobot silica disk kosong
y = bobot sampel sebelum dibakar dalam
ditanur
z = bobot sampel + silica disk setelah ditanur
Penetapan
Kadar Serat Kasar
Cuplikan bahan pakan
ditimbang sebanyak 1 gram kemudian dimasukkan ke dalam beaker glass 600 ml, ditambahkan
200 ml H2SO4 1,25%, dipanaskan sampai mendidih selama 30
menit. Bahan pakan disaring dengan saringan linen dengan bantuan pompa hampa.
Hasil saringan dimasukkan ke dalam beaker glass, ditambahkan 200 ml NaOH 1,25%
lalu dipanaskan sampai mendidih selama 30 menit. Bahan pakan disaring kembali
dengan menggunakan crucible yang
dilapisi glass wool dengan bantuan
pompa vacum kemudian dicuci dengan beberapa ml air panas dan dengan 15 ml etil
alkohol 95%. Hasil saringan termasuk glass
wool dimasukkan ke dalam alat pengering dengan suhu 105 sampai 110oC
selama 1 jam kemudian didinginkan dalam desikator selama 1 jam. Setelah itu Gooch crucible bersama isinya ditimbang
dan didinginkan pada desikator. Bila sudah dingin kemudian ditimbang.
Perhitungan :
Kadar serat kasar =
Keterangan : x = bobot sampel awal
y = bobot sampel setelah dikeringkan
oven 105°C
z = bobot sisa pembakaran 550 - 600°C
Penetapan
Kadar Protein Kasar
Destruksi.
Cuplikan bahan pakan
ditimbang seberat 0,5 gr. Setelah bahan pakan ditimbang kemudian disiapkan 2
butir batu didih, 20 ml H2SO4 pekat dan ¼ tablet kjeltab.
Cuplikan bahan pakan dimasukkan ke dalam tabung destruksi yang telah bersih dan
kering. Kompor destruksi dihidupkan kemudian tabung-tabung destruksi
ditempatkan pada lubang yang ada pada kompor, lalu pendingin dihidupkan. Skala
pada kompor destruksi di set kecil kurang lebih 1 jam. Destruksi diakhiri bila
larutan berwarna jernih kemudian didinginkan dan dilanjutkan proses destilasi.
Destilasi.
Hasil destruksi
diencerkan dengan air sampel volumenya 300 ml, digojog agar larutan homogen.
Erlenmeyer 650 ml yang berisi 50 ml H3BO3 0,1 N, 100 ml
air, dan 3 tetes indicator mix
disiapkan. Penampung dan labu kjeldahl disiapkan dalam alat destilasi. Air
pendingin dihidupkan dan tombol ditekan hingga menyala hijau. Dispensing
ditekan ke bawah untuk memasukkan NaOH 50% ke dalam tabung. Penambahan NaOH
harus melalui dinding. Handle steam
diturunkan sehingga larutan yang ada dalam tabung mendidih. Destilasi berakhir
setelah desilat mencapai 200 ml kemudian buat blanko dengan menggunakan
cuplikan yang berupa H2O dan di destilasi.
Titrasi. Hasil destilasi dititrasi dengan HCl
0,1 N sampai berubah warna.
Perhitungan :
Kadar protein kasar =
Keterangan
: x = jumlah titrasi sampel (ml)
y = jumlah
titrasi blanko (ml)
N = normalitas
HCl
z = bobot sampel
(gram)
Penetapan
Kadar Ekstrak Eter
Cuplikan
bahan pakan ditimbang sekitar 0,7 gr dan dibungkus dengan kertas saring bebas
lemak, diambil sampel sebanyak 3 bungkus. Masing-masing bungkusan cuplikan
dimasukkan ke dalam oven pengering 105 sampai 110oC selama semalam. Bungkusan
cuplikan bahan pakan ditimbang dalam keadaan panas kemudian dimasukkan ke dalam
alat ekstraksi Soxhlet. Labu penampung diisi dengan petroleum benzene sekitar ½ volume labu penampung, alat ekstraksi
Soxhlet juga diisi sekitar ½ volume dengan petroleum
benzene. Labu penampung dan tabung Soxhlet dipasang, kemudian penangas dan
pendingin dihidupkan. Ekstraksi dilakukan selama sekitar 16 jam atau sampai petroleum benzene dalam alat ekstraksi
berwarna jernih. Pemanas dimatikan kemudian sampel diambil dan dipanaskan dalam
oven pengering selama semalas. Bahan pakan dimasukkan ke dalam desikator selama
1 jam lalu ditimbang.
Perhitungan :
Kadar ekstrak eter =
Keterangan
: x = bobot sampel awal
y
= bobot
sampel + kertas saring bebas lemak setelah oven 105°C (sebelum diekstraksi).
z
= bobot sampel + kertas saring bebas
lemak setelah
oven 105°C (setelah diekstraksi)
BAB
IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengamatan Fisik
Berdasarkan praktikum yang telah
dilakukan, bahan pakan di amati melalui penampilan fisiknya. Hasil
pengamatan fisik pada bahan
pakan yang digunakan maka dapat diketahui pada tabel sebagai berikut :
Tabel 1.
Pengamatan fisik daun jaranan
Parameter
|
Pengamatan
|
Tekstur
|
sedikit kasar
|
Warna
|
Hijau
|
Bau
|
Segar
|
Rasa
|
Hambar
|
Berdasarkan pengamatan diketahui bahwa
bahan pakan yang diamati berwarna hijau, tekstur sedikit kasar dan bau yang
segar. Didapatkan bahwa daun
jaranan dari segi teksturnya kasar, warnanya hijau, dan baunya segar dan rasanya
hambar. Maka, berdasarkan
hasil tersebut dapat diketahui
bahwa sampel bahan pakan yang digunakan untuk praktikum adalah daun Jaranan
Daun jaranan. Daun Jaranan memiliki nama umum Indonesia
yaitu kayu kuda, kajeng kapal, kayu pelok, kayu pelumping, kati-kati, kayu
jaran, ki arak, ki jaran, kuda-kuda, sangi, tomana. Berdasarkan klasifikasinya (Anonim, 2014)[U3]
Kingdom : Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan
biji)
Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas : Ma.gnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
Sub Kelas : Asteridae
Ordo : Scrophulariales
Famili : Bignoniaceae
Genus : Dolichandrone
Spesies : Dolichandrone
spathacea (l.f.) K.Schum.
Berdasarkan kandungan bahan pakan. Komposisi daun
jaranan antara lain bahan kering 35.48%, protein kasar 35.35, lemak kasar 1.338
dan serat kasar 23.53% (Gunawan dkk, 2003)[U4] . Kandungan nutrient daun jaranan sebagai
berikut :
Tabel 2.
Kandungan nutrien daun
jaranan
Parameter
|
Proporsi %
|
|
Bahan kering
|
24.492
|
|
Protein kasar
|
18.459
|
|
Lemak kasar
|
1.338
|
|
Serat Kasar
|
23.53
|
|
Analisis Proksimat
Analisis
proksimat adalah suatu metoda analisis kimia untuk mengidentifikasi kandungan nutrien
seperti protein, karbohidrat, lemak dan serat pada suatu zat makanan dari bahan
pakan atau pangan. Pendapat itu didukung oleh pernyataan Satyaningtyas dan Estiasih (2014), analisis proksimat adalah suatu metode analisis
kimia untuk mengidentifikasi kandungan nutrien seperti protein, karbohidrat, lemak, air dan abu pada suatu zat makanan dari
bahan pangan. Serta, memiliki manfaat sebagai penilaian kualitas bahan pangan
terutama pada standar zat makanan yang seharusnya terkandung di dalamnya. Berikut ini adalah hasil uji analisis
proksimat pada bahan pakan daun jaranan.
Tabel 3. Hasil Analisis proksimat daun jaranan
Parameter
|
Pengamatan
|
||
Kel 7
|
Kel 8
|
Rata-rata
|
|
Kadar Air%
|
35,48
|
35,35
|
35,42
|
Abu%
|
8.76
|
8.87
|
8.81
|
Protein Kasar %
|
41.24
|
41.25
|
41.228
|
Serat Kasar %
|
24,807
|
21.0066
|
22.90
|
Lemak Kasar %
|
15.16
|
15.55
|
15.355
|
ETN %
|
10.006
|
13.32
|
11.69
|
Total %
|
100
|
100
|
100
|
Penetapan kadar air. Penetapan
kadar air menggunakan sampel bahan pakan berupa daun jaranan kelompok tujuh seberat
1,0075 gram dan delapan seberat 1.0090 gram yang dimasukkan kedalam silica disk yang telah dikeringkan
terlebih dahulu pada suhu 1050C sampai 1100C selama satu
jam dan dikeringkan dalam desikator selama satu jam. Fungsi desikator adalah
menyerap uap air, karena didalamnya terdapat silika. Desikator harus ditutup
rapat agar uap air tidak masuk kedalamnya. Bahan pakan dan gelas timbang
kemudian dipanaskan dalam oven pengering selama 8 sampai 24 jam pada suhu 1050C
sampai 1100C, lalu didinginkan dalam desikator selama satu jam.
Gelas timbang yang berisi cuplikan pakan ditimbang setelah dingin hingga
beratnya tidak berubah. Air dalam bahan pakan akan menguap seluruhnya jika
bahan pakan tersebut dipanaskan dalam waktu tertentu pada suhu 1050C
sampai 1100C dengan tekanan udara bebas. Setelah ditimbang diketahui bahan
kering rata-rata kedua kelompok adalah 35.46%. Bahan kering tersebut merupakan
bahan kering setelah pengeringan oven 55oC.
Kadar air adalah persentase kandungan air suatu bahan yang dapat dinyatakan
berdasarkan berat basah (wet basis)
atau berdasarkan berat kering (dry
basis). Kadar air berat basah mempunyai batas maksimum teoritis sebesar 100
persen, sedangkan kadar air berdasarkan berat kering dapat lebih dari 100
persen (Syarif
dan Halid, 1993) [U5] dalam Kaslam (2014).
Penentuan
kadar air dalam analisis proksimat, menggunakan bahan daun jaranan dalam
keadaan kering udara (DW). Mengantisipasi masuknya air dari lingkungan luar, deksikator
tersebut harus ditutup rapat. Dilakukan pengulangan penimbangan sampel setiap
satu jam untuk memperoleh masa sampel yang konstan menunjukan sudah tercapai
bobot bahan kering (Dry Weigth). Penentuan bobot bahan kering sangat penting karena bobot bahan kering
akan digunakan sebagai standar bobot untuk penentuan kadar fraksi lainnya.
Penurunan kadar air ini disebabkan oleh penguapan yang terjadi selama proses
pemanasan dalam oven. Saat pemanasan suhu air meningkat yang mengakibatkan
jumlah molekul air akan menurun dan ikatan hidrogen akan putus dan tekanan uap
air melebihi tekanan atmosfer, akibatnya molekul terlepas dari permukaan dan
menjadi (Winarno, 1997) [U6] dalam [U7] (Musfiroh,dkk., 2013).
Sample
bahan pakan dari daun jaranan memiliki kandungan bahan kering (BK) yang lebih
banyak apabila dibandingkan literatur. Kandungan BK suatu bahan pakan
dipengaruhi oleh kadar air. Semakin tinggi kadar air mengakibatkan kandungan
bahan kering semakin sedikit. Hasil praktikum diketahui kadar air total pada
sampel sebesar 64,52% sehingga bahan kering mencapai 35,48%. Daun jaranan memiliki BK yang lebih banyak dibandingkan literatur yaitu 24.49%. Faktor yang mempengaruhi perbedaan
kadar air tersebut antara lain proses pengeringan, nilai kelembaban dan suhu
yang sering berubah-ubah serta interaksi antara jenis bahan dan faktor lama
penyimpanan menunjukan hal yang mempengaruhi (Rentani, 2009)[U8] .
Penetapan kadar abu.
Praktikum penetapan kadar
abu menggunakan sampel yang sama dengan sampel dalam penetapan kadar air.
Sampel kelompok pertama seberat 1,0075 gram dan kedua 1.0090 gr dimasukkan ke
dalam silica disk yang sebelumnya
telah dioven pada suhu 1050C sampai 1100C selama satu jam
dan telah didinginkan dalam desikator selama satu jam, kemudian ditimbang. Silica disk yang sudah berisi sampel
pakan dimasukkan dalam tanur, kemudian ditanur pada suhu 5500C
sampai 6000C selama 1 jam sampai cuplikan pakan berwarna putih
seluruhnya. Tanur dimatikan kemudian setelah 12 jam kemudian dibuka kemudian silica disk dimasukan kedalam desikator
selama satu jam. Silica disk berisi
bahan pakan ditimbang setelah dingin. Hasil penimbangan kadar abu diketahui kadar
abu dalam BK kelompok tujuh 8.76% dan kelompok delapan 8.87% dengan rata-rata
8.85%.
Penentuan
kadar abu harus menggunakan silica disk
dan tidak dapat menggunakan botol timbang (Vochdoos)
karena botol timbang (Vochdoos) akan
melebur jika ditanur pada suhu 5500C sampai 6000C. Sampel
pakan ditanur bertujuan untuk membakar semua zat organiknya dan kemudian
menghasilkan oksida yang menguap, yaitu berupa CO2, H2O,
dan gas-gas lain, sedangkan yang tidak tertinggal dan tidak menguap adalah
oksida mineral atau yang disebut dengan abu.
Hasil
penetapan kadar abu total dengan menggunakan metode pengabuan kering (dry ashing) Untuk menghindari adanya
berbagai komponen abu yang mengalami dekomposisi atau bahkan menguap pada suhu
tinggi maka suhu pengabuan disesuaikan dengan bahan. Suhu yang disarankan
adalah 5250C sampai 5500C (Sudarmadji. et al., 1996) dalam (Musfiroh, dkk,. 2013)[U9] .
Hasil percobaan yang dilakukan dengan bahan daun jaranan
diperoleh kadar abu yang kelompok 7 adalah 8.78 %
sementara kelompok 8 memperoleh kadar abu nya sebesar 8,87%. Nilai kadar abu mewakili bahan padatan dalam
suatu bahan pakan. Dapat dijelaskan bahwa menurut Satyaningtyas (2014)[U10] ,
dengan semakin tinggi kadar mineral, maka semakin rendah kadar air, menyebabkan
semakin tinggi total padatan dan kadar abu bahan tersebut.
Penetapan kadar serat kasar.
Praktikum penetapan kadar
serat kasar menggunakan sampel bahan pakan keompok 7 sebesar 1.0089 gram dan
kelompok 8 seberat 1.0090 gram yang dimasukkan ke dalam beaker glass 600 ml, kemudian ditambahkan dengan 200 ml H2SO4
1,25%, selanjutnya dipanaskan hingga mendidih selama 30 menit. Disaring dengan
saringan linen dengan bantuan pompa vacum. Hasil saringan (residu) dimasukkan
ke dalam beaker glass, kemudian
ditambahkan dengan 200 ml NaOH 1,25% dan dididihkan kembali selama 30 menit. Menurut
[U11] Sinaga
(2009), tujuan penambahan H2SO4 untuk menguraikan senyawa
N dalam pakan. Penambahan NaOH untuk menguraikan atau penyabunan senyawa lemak
dalam pakan sehingga mudah larut. Sisa dari bahan pakan tidak tercerna setelah
proses perebusan kemudian ditimbang dan diabukan. Perbedaan berat residu
pertama dan berat residu setelah diabukan menunjukan jumlah serat yang terdapat
dalam suatu bahan
Tahap terakhir adalah disaring
kembali menggunakan crusible yang
telah dilapisi glass wool dengan
bantuan pompa vacum, kemudian dicuci dengan air panas dan 15 ml ethyl alkohol 95%. Penambahan ethyl alkohol adalah untuk
menghidrolisis lemak yang mungkin masih terdapat dalam serat kasar. Hasil
saringan kemudian dimasukkan pada alat pengering dengan suhu 1050C
sampai 1100C selama satu malam lalu didinginkan dalam desikator
selama satu jam. Crusible dibakar
beserta isinya dalam tanur pada suhu 5500C sampai 6000C
sampai berwarna putih seluruhnya, lalu dikeluarkan dan didinginkan dalam
desikator. Bobot yang hilang setelah pembakaran 5500C sampai 6000C
adalah serat kasar.
Hasil percobaan yang dilakukan dengan bahan daun jaranan kadar serat kasar (SK) yang diperoleh kelompok 7 adalah 24.08
% sementara kelompok 8 memperoleh kadar serat kasar sebesar 21.006%. Berdasarkan
literatur yang ada diketahui bahwa kadar serat kasar daun jaranan adalah 23.53, hasil yang diperoleh pada saat praktikum
terdapat perbedaan sedikit namun tidak terlalu banyak.
Faktor
yang mempengaruhi perbedaan kadar serat kasar bahan pakan adalah pada proses
perebusan dengan H2SO4 dan NaOH. Faktor
yang mempengaruhi hidrolisis asam adalah konsentrasi asam, lama hidrolisis,
suhu, dan perlakuan pendahuluan. Selanjutnya dikatakan bahwa semakin tinggi
suhu, reaksi hidrolisis akan berjalan semakin cepat. Selama pemasakan akan terjadi
penghancuran dinding sel yang terjadi akibat hidrolisis. Proses penghancuran
dinding sel bertujuan untuk memperluas permukaan bahan sehingga mempermudah proses
pelarutan
(Astawan dan Wahyuni, 1991) dalam [U12] (Sinaga,
2009).
Penetapan kadar protein kasar.
Penetapan kadar protein kasar melalui
tiga tahapan, yaitu destruksi, destilasi dan titrasi. Proses destruksi
menggunakan H2SO4 pekat dan kjeltab sebagai katalisator
yang berfungsi untuk mempercepat reaksi. Kjeltab
berisi CuSO4 dan K2SO4. Menurut Suparjo (2010[U13] ),
proses destruksi (oksidasi) terjadi perubahan N-protein menjadi amonium sulfat
((NH4)2SO4). Sampel dipanaskan dengan asam
sulfat (H2SO4) pekat dan katalisator yang akan
memecah semua ikatan N dalam bahan pakan menjadi amonium sulfat kecuali ikatan
N=N, NO dan NO2.
CO2 dan H2O terus menguap. SO2 yang terbentuk sebagai hasil reduksi
dari sebagian asam sulfat juga menguap. Dalam reaksi ini digunakan katalisator
selenium/Hg/Cu. Destruksi dihentikan jika larutan berwarna hijau jernih.
Zat Organik + H2SO4 --> CO2 + H2O + (NH4)2SO4 + SO2
Setelah larutan menjadi hijau jernih, labu destruksi didinginkan kemudian larutan dipindahkan ke labu destilasi dan diencerkan dengan aquades. Proses selanjutnya adalah destilasi larutan yang telah didestruksi.
Zat Organik + H2SO4 --> CO2 + H2O + (NH4)2SO4 + SO2
Setelah larutan menjadi hijau jernih, labu destruksi didinginkan kemudian larutan dipindahkan ke labu destilasi dan diencerkan dengan aquades. Proses selanjutnya adalah destilasi larutan yang telah didestruksi.
Proses destilasi
dimulai dengan cara larutan
dalam tabung destruksi diencerkan dengan air sampai volume 75 ml digojog agar
larutan homogen, kemudian disiapkan erlenmeyer 650 ml yang berisi 50 ml
H3BO3 0,1 N dan 3 tetes indikator mix, kemudian
erlenmeyer dipasang
sebagai penampung dan tabung
destruksi dalam alat destilasi, dihidupkan air pendingin dan
tombol hingga menyala hijau. Dispensing ditekan ke bawah untuk memasukkan NaOH
50% ke dalam tabung
destruksi. Handle
steam lalu diturunkan ke bawah hingga
larutan yang ada dalam tabung mendidih. Destilasi berakhir setelah destilasi
mencapai 200 ml kemudian dibuat blanko dengan cuplikan H2O. setelah
itu dilakukan proses titrasi dengan menggunakan HCl 0,1 N sampai timbul perubahan
warna menjadi abu-abu (Suparjo,2010).
Proses
titrasi menggunakan HCl 0,1 N. Titrasi dilakukan untuk mengetahui jumlah N yang
terdestilasi. Proses titrasi diakhiri setelah larutan berwarna keperakan. Jika
larutan berwarna merah muda, maka proses titrasi sudah lewat jenuh, jadi
terlalu banyak asam di dalam larutan. (Suparjo,2010).
Hasil percobaan yang dilakukan dengan sample daun jaranan
diketahui kadar protein kasar yang diperoleh
kelompok 7 adalah 41,2% sementara kelompok 8
memperoleh kadar protein kasarnya sebesar 41,25%. Kadar protein kasar pada daun jaranan menurut
literatur berkisar antara 18,489%. Perbedaan tersebut dipengaruhi oleh kadar nitrogen dalam
bahan pakan. Menurut Kamal (1998) dalam Putri (2011), [U14] protein
kasar adalah nilai hasil bagi dari total nitrogen ammonia dengan faktor 16%
(16/100) atau hasil kali dari total nitrogen ammonia dengan faktor 6,25
(100/16). Faktor 16% berasal dari asumsi bahwa protein mengandung nitrogen 16%.
Kenyataannya nitrogen yang terdapat di dalam pakan tidak hanya berasal dari
protein saja tetapi ada juga nitrogen yang berasal dari senyawa bukan protein
atau nitrogen nonprotein (non-protein nitrogen atau NPN). Dengan demikian maka
nilai yang diperoleh dari perhitungan diatas merupakan nilai dari apa yang
disebut protein kasar.
Penetapan
kadar lemak kasar. Lemak
dapat diekstraksi menggunakan ether atau zat pelarut lemak lain menurut Soxhlet, kemudian ether diuapkan dan
lemak dapat diketahui bobotnya. Praktikum penetapan kadar lemak kasar dilakukan
dengan menimbang cuplikan pakan sebesar 0,7011 gram dan 0.7018 gram kemudian
dibungkus dengan kertas saring bebas lemak, sebanyak tiga bungkus.
Masing-masing bungkusan cuplikan dimasukkan dalam oven pengering pada 105
sampai 110oC selama semalam. Daun jaranan ditimbang dalam keadaan
masih panas untuk menjaga agar berat sampel tetap konstan. Sampel pakan
dimasukkan ke dalam Soxhlet untuk
dilakukan ekstraksi. Labu penampung diisi dengan petroleum benzen sekitar
setengah volume labu penampung, alat ekstraksi juga diisi dengan petroleum benzen sekitar setengah volume. Petroleum
benzen berfungsi sebagai pelarut
lemak.
Labu
penampung dan tabung Soxhlet
dipasang, pendingin dan pemanas dihidupkan. Ekstraksi dilakukan selama sekitar
16 jam sampai petroleum benzen dalam alat ekstraksi berwarna jernih. Setelah 16
jam, kemudian sampel diambil dan dipanaskan dalam oven pengering pada suhu 105
sampai 1100C selama semalam. Dimasukkan dalam desikator selama satu
jam lalu ditimbang.
Hasil percobaan
yang dilakukan dengan bahan daun jaranan, kadar lemak kasar yang diperoleh
kelompok 7 rata-rata adalah 15.5 % sementara kelompok 8 memperoleh kadar
lemak kasarnya sebesar 13.3%. Hal
ini menunjukkan bahwa kadar lemak kasar yang diperoleh saat praktikum berada diatas
kisaran yang ada pada literatur yaitu 1.34%. Perbedaan tersebut dipengaruhi oleh jenis bahan
pakan yang dianalisis, menurut Suparjo (2010), istilah lemak kasar
menggambarkan bahwa zat dimaksud bukan hanya mengandung senyawa yang tergolong
ke dalam lemak tetapi termasuk senyawa lain.
Kadar
bahan ekstrak tanpa nitrogen (BETN). Kadar
bahan ekstrak tanpa nitrogen (BETN) dapat dihitung dengan perhitungan 100% -
jumlah dari kelima fraksi yang lain. Dalam keadaan BK, BETN dapat dihitung
dengan 100% - (% Abu + % PK + % SK + % EE). Kandungan BETN suatu bahan pakan
sangat tergantung pada komponen lainnya, seperti abu, protein kasar, serat kasar dan lemak
kasar. Hal ini disebabkan penentuan kandungan BETN hanya berdasarkan
perhitungan dari zat-zat yang tersedia. Bias yang ditemukan pada perhitungan
tergantung pada keragaman hasil yang diperoleh (Suparjo,2010)
Berdasarkan
praktikum yang telah dilakukan, diperoleh kadar ekstrak tanpa nitrogen sebesar 11.69%. Nilai tersebut menggambarkan besaran
kadar ektrak tanpa nitrogen dalam suatu bahan pakan. Bahan ekstrak nitrogen Merupakan
senyawa organik yang termasuk dalam karbohidrat yang mudah larut dalam
perebusan dengan menggunakan larutan asam lemah dan asam basah (Putri,2009).
BAB
V
KESIMPULAN
Bahan pakan yang digunakan dalam praktikum adalah daun
jaranan. Daun jaranan tersebut
bertekstur sedikit kasar,
berwarna hijau, dan berbau segar. Hasil analisis proksimat didapat bahwa dalam daun jaranan komposisi kadar
airnya rata-rata 64,52 %,
abu 8.815 %, serat kasar
22.9 %,
protein kasar 41,22%, dan
lemak kasar sebesar 15.33 %
dan ETN 11,69%. Hasil analisa proksimat bahan pakan
sudah mendekati normal menurut literatur namun, terjadi perbedaan signifikan
terhadap kadar protein kasar dan lemak kasar yang melebihi dari literatur.
Faktor yang mempengaruhi kadar bahan pakan antara lain proses pengeringan bahan
pakan serta kondisi bahan pakan yang digunakan selain itu juga tempat
pengambilan sampel juga berpengaruh terhadap hasil.
DAFTAR PUSTAKA
[U14] Analisis Bahan Pakan Secara Kimiawi, 2010. Suparjo.
Laboratorium Makanan Ternak Fakultas Peternakan Universitas Jambi. Jambi.
Anonim, 2014. Http://Www.Plantamor.Com/Index.Php?Plant=2150
Diakses Pada Minggu 23 Maret 2014.
Gunawan, D.E.
Wahyono, P. W. Prihandini 2003. Strategi Penyusunan Pakan Murah Sapi Potong
Mendukung Agribisnis. Lokakarya Sistem Integrasi Kelapa Sawit-Sapi
Kaslam.2014. Jurnal
Penelitian Program Studi Keteknikan Pertanian Jurusan Teknologi Pertanian
Fakultas Pertanian Universitas Hasanuddin. Makasar.
Musfiroh,I. W.
Indriyati, Muchtaridi, Y. Setiya. 2013. Analisis Proksimat Dan Penetapan Kadar -
Karoten Dalam Selai Lembaran Terung
Belanda (Cyphomandra Betacea Sendtn. )
Dengan Metode Spektrofotometri Sinar Tampak Fakultas Farmasi Universitas
Padjadjaran
Putri, D. S. Haryati,
Zainuddin. 2011. Pengaruh Tingkat Subtitusi Tepung Ikan Dengan Tepung Maggot
Terhadap Komposisi Kimia Pakan Dan Tubuh Ikan Bandeng (Chanos Chanos Forsskal). Universitas Hasanudin. Makasar.
Retnani,Y, W.
Widiarti, I. Amiroh, L. Herawati & K.B. Satoto. 2009. Daya Simpan Dan
Palatabilitas Wafer Ransum Komplit Pucuk Dan Ampas Tebu Untuk Sapi Pedet
Storage Capacity. Jurnal Peternakan
Satyaningtyas, E. Dam
T. Estiasih. 2004. Roti Tawar Laktogenik, Perangsang Asi, Berbasis Kearifan
Lokal Daun Katuk (Sauropus Androgynus (L.) Merr) Jurnal Pangan Dan Agroindustri Vol.2 No.1
P.121-131
Sinaga, F. 2009.
Studi Pembuatan Serat Makanan Dari Tongkol Jagung. Universitas Sumatera Utara,
Medan.
Subekti, E. 2009. Ketahanan
Pakan Ternak Indonesia . Mediagro. Vol 5. No 2, Hal 63 - 71[U14]
LAMPIRAN
Perhitungan hasil analisis proksimat
Sampel
: Daun Jaranan
1. Kadar
Air
Kadar Air
=
Kadar
bahan kering = 100% - kadar air
Keterangan
: x = bobot gelas timbang (Silica disk)
y = bobot cuplikan pakan
z = bobot cuplikan setelah
dioven 105 - 110°C
Kadar Air I II
Bobot
sampel : 1,0075gr 1,0090gr
Nomor silica disk :
D A
Bobot
silica disk : 18.0100gr
21,5634gr
Bobot
silica disk
+ sampel : 19,0175gr 22,5724gr
Bobot
silica disk + sampel (oven 1050C) : 19,0161gr 22, 5698gr
Kadar air
dari oven 1050C :64,52 % 64,56%
Ka1 =
= 64,47%
DW = 100% – 64,47%
= 35,52%
Ka2 =
= 0.1389%
DM DW =
100% - 0.1389%
=
99.86%
Kadar Air total = Ka1 + Ka2 x Dw
= 64,47% + 0,1389% X 35,52/100
= 64,47% + 0.049%
= 64,52%
Bahan Kering =
100 % -
64.52 %
= 35.48 %
2.
Kadar Abu
Kadar Abu =
Keterangan : x = bobot silica disk kosong
y = bobot sampel sebelum dibakar
dalam ditanur
z = bobot sampel + silica disk setelah ditanur
Kadar Abu I II
Bobot silica
disk : 18,0100gr 21,5634gr
Bobot
sampel : 1.0075gr 1,0090gr
Bobot
silica disk + sampel : 19,0161gr 22,0064gr
Bobot
silica disk + sampel (stlh tanur) : 18,0983gr 21.6527gr
Kadar Abu (dalam BK) : 8,776% 8.87%
Kadar Abu =
= 8,776 %
3. Kadar Serat Kasar
Kadar serat kasar =
Keterangan : x = bobot sampel awal
y = bobot
sampel setelah dikeringkan oven 105°C
z = bobot sisa
pembakaran 550 - 600°C
Kadar Serat Kasar I II
Nomor crusible :
D gr
C
Bobot sampel : 1.0089 gr
1.0057
Bobot
sampel+crucible+glasswool (oven1050C) : 21.64848 gr 21,32
Bobot
sampel+crucible+glasswool (tanur5500C) : 21,5596 gr 21,17
Kadar Serat Kasar (dalam BK) : 12,41 gr 14,92
Kadar
Serat Kasar =
= 8.82%
Kadar
Serat Kasar = 100/35.48 X12.41 %
= 24.67%
4. Kadar Protein Kasar
Kadar protein kasar =
Keterangan : x = jumlah titrasi
sampel (ml)
y = jumlah
titrasi blanko (ml)
N = normalitas HCl
z
= bobot sampel (gram)
Kadar Protein
Kasar I II
Bobot sampel : 0,5027 gr 0.5018
Volume titrasi blanko : 0,3 ml 0.3
Volume titrasi sampel : 8,7 ml 9
Kadar Protein
Kasar (dalam BK) :14,62 gr 15,74
Kadar
protein kasar =
= 14,62%
Kadar protein
kasar = 100/35.48 X14.62 %
=
41.20%
5. Kadar Ekstrak
Eter
Kadar ekstrak eter =
Keterangan : x = bobot
sampel awal
y = bobot sampel + kertas
saring bebas lemak setelah oven 105°C
(sebelum diekstraksi).
z = bobot sampel + kertas
saring bebas lemak setelah oven 105°C
(setelah diekstraksi)
Kadar
Ekstrak Eter I II
III
Bobot kertas
saring :
Berat
sampel : 0,7011 gr
0,7018 gr 0,7010 gr
Bobot kertas saring + sampel :
Bobot kertas saring + sampel (oven 1050C) :1,1011 gr 1,0849 gr 1,0933 gr
sebelum ekstraksi
Bobot kertas saring + sampel (oven 1050C): 1,0683 gr 1,043 gr 1,0535gr
setelah ekstraksi
Kadar
Ekstraksi Eter (dalam BK)
: 5,3 %, 5,8 % , 5,56
%
Kadar lemak kasar (I)
=
= 5,3 %
Kadar
lemak kasar (BK) = 100/35.48 X
5.3%
=
14.93%
Kadar lemak kasar (III) =
= 5,98 %
Kadar
lemak kasar (BK) = 100/35.48 X
5.98%
= 16.85%
Kadar lemak kasar (III)
=
= 5,56%
Kadar
lemak kasar (BK) = 100/35.48 X 5.98%
=
15.67%
Kadar Ekstrak eter rata-rata =
=
15.816 %
6. Kadar Ekstrak Tanpa Nitrogen
Kadar ETN (%) =100% - (% abu + % protein kasar + % lemak kasar + % serat
kasar)
ETN = 100%
- (8,76 % + 24.67 % + 41.2% % + 15.816 %)
=
10.42 %
[U1]Musfiroh,I.
W. Indriyati, Muchtaridi, Y. Setiya. 2013. Analisis Proksimat dan Penetapan
Kadar - Karoten dalam Selai Lembaran
Terung Belanda (Cyphomandra betacea Sendtn. )
Dengan Metode Spektrofotometri Sinar Tampak Fakultas Farmasi Universitas
Padjadjaran
[U2]Winarno
F.G. 1997. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta: Penerbit PT. Gramedia Pustaka Utama.
[U4]Gunawan,
D.E. Wahyono, P. W. Prihandini 2003. STRATEGI PENYUSUNAN PAKAN MURAH SAPI
POTONG MENDUKUNG AGRIBISNIS. Lokakarya Sistem Integrasi Kelapa Sawit-Sapi
[U5]Kaslam.2014.
JURNAL PENELITIAN PROGRAM STUDI KETEKNIKAN PERTANIAN JURUSAN TEKNOLOGI
PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS HASANUDDIN. Makasar.
[U6]Analisis
Proksimat dan Penetapan Kadar - Karoten dalam
Selai Lembaran Terung Belanda (Cyphomandra betacea Sendtn. ) Dengan Metode Spektrofotometri Sinar
Tampak
Ida Musfiroh1, Wiwiek Indriyati, Muchtaridi, Yudhi
Setiya Fakultas Farmasi Universitas Padjadjaran
1idamusfiroh@yahoo.com Phone: 08122038317 / (022-91801093)
[U7]Winarno
F.G. 1997. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta: Penerbit PT. Gramedia Pustaka Utama.
[U8] Y.
Retnani*, W. Widiarti, I. Amiroh, L. Herawati & K.B. Satoto. 2009. Daya
Simpan dan Palatabilitas Wafer Ransum Komplit Pucuk dan Ampas Tebu untuk Sapi
Pedet Storage Capacity. Jurnal Peternakan.
[U9]Analisis
Proksimat dan Penetapan Kadar - Karoten dalam
Selai Lembaran Terung Belanda (Cyphomandra betacea Sendtn. ) Dengan Metode Spektrofotometri Sinar Tampak
Ida Musfiroh1, Wiwiek Indriyati, Muchtaridi, Yudhi
Setiya Fakultas Farmasi Universitas Padjadjaran
1idamusfiroh@yahoo.com Phone: 08122038317 / (022-91801093)
[U10]ROTI
TAWAR LAKTOGENIK, PERANGSANG ASI, BERBASIS KEARIFAN LOKAL DAUN KATUK (Sauropus
androgynus (L.) Merr)
Lactogenic White Bread, a Food Product Containing Sweet
Leaves (Sauropus androgynus (L.) Merr) for Stimulating Human Breast Milk Based
on Local Wisdom
Eryna Satyaningtyas1*, Teti Estiasih1
1) Jurusan Teknologi Hasil Pertanian, FTP Universitas
Brawijaya Malang Jl. Veteran, Malang 65145 *Penulis Korespondensi, Email:
erynasatyaningtyas@yahoo.co.id
ABSTRAK
[U11]Sinaga
F studi pembuatan serat
makanan dari tongkol jagung. 2009 universitas sumatera utara, medan.
[U12]Sinaga
F studi pembuatan serat
makanan dari tongkol jagung. 2009 universitas sumatera utara, medan.
[U13]Analisis
bahan pakan secara kimiawi, 2010. Suparjo. Laboratorium makanan ternak fakultas
peternakan universitas jambi. Jambi.
Post a Comment for "LAPORAN PRAKTIKUM BAHAN PAKAN DAN FORMULASI RANSUM Siap Santap"