Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Pemberian minyak atsiri pada air minum ayam pedaging pada fase starter (usia 8-21 hari)

Bagaimana hasil Pemberian minyak atsiri pada air minum ayam pedaging pada fase starter (usia 8-21 hari), artikel yang ditulis  Dewi Ratih Ayu Daning, S.Pt, M.Sc. di Poultry indonesa Selama 50 tahun terakhir, antibiotik sebagai pemacu pertumbuhan dalam pakan unggas telah digunakan di seluruh dunia. Namun, penggunaan antibiotik pada pakan banyak mendapat perhatian dari masyarakat. Hal ini dikarenakan adanya kekhawatiran terhadap residu produk, sehingga adanya pelarangan di Uni Eropa sejak Januari 2006 (1831/2003 / CEE, Komisi Eropa, 2003). Tak terkecuali di Indonesia dengan adanya aturan UU No. 41 tahun 2014 tentang Peternakan dan Kesehatan.
 

Minyak atsiri mampu memengaruhi ekosistem mikroorganisme gastrointestinal dengan mengurangi jumlah bakteri patogen. Penambahan minyak atsiri dalam pakan dapat menimbulkan efek peningkatan sekresi enzim pencernaan, sehingga dapat meningkatkan kinerja produksi broiler dikarenakan adanya. Menurut Penelitian dengan judul : 

 

Pemberian minyak atsiri pada air minum ayam pedaging pada fase starter (usia 8-21 hari)


Ketumbar (Coriandrum sativum L.) termasuk dalam famili Umbelliferae dan merupakan salah satu tanaman rempah kuno yang telah banyak digunakan sebagai bumbu masakan dan obat herbal. Ketumbar merupakan tanaman penghasil minyak atsiri yang berasal dari wilayah mediterania. Minyak atsiri biji ketumbar mengandung senyawa volatil diantaranya linalool, geraniol, geranil asetat, kamper yang diketahui memiliki peran sebagai antibakteri, antikanker, neuroprotektif, ansiolitik, hipnotis, antikonvulsan, analgesik, anti-inflamasi, antidiabetes, serta sebagai antioksidan.

 Kebutuhan biji ketumbar di Indonesia sangat tinggi dengan pemanfaatannya yang sangat beragam. Di Indonesia biji ketumbar dimanfaatkan sebagai bumbu dapur, obat herbal, bahan baku dibidang farmasi serta industri parfum. Namun demikian produksi biji ketumbar di Indonesia masih sangat rendah, hal ini dikarenakan jika tanaman ketumbar yang dibudidayakan di Indonesia membutuhkan biaya produksi yang besar sehingga kalah saing oleh biji ketumbar impor yang lebih murah. Kondisi ini yang menyebabkan Indonesia harus mengimpor biji ketumbar dari India, Bulgaria dan negara produsen lainnya. 

Umumnya biji ketumbar impor berwarna cokelat gelap dan kotor, permasalahan tersebut menjadi kelemahan yang dapat membuat minat konsumen berkurang. Selama ini para importir di Indonesia terpaksa melakukan perbaikan mutu fisik terutama pada warna biji menggunakan hidrogen peroksida sebagai bahan pemutih. Namun permasalahan dalam proses pemutihan menggunakan hidrogen peroksida antara lain memungkinkan kandungan minyak atsiri akan teroksidasi karena hidrogen peroksida merupakan oksidator reaktif. Setelah pemberian hidrogen peroksida, kadar air biji akan meningkat sehingga perlu dilakukan proses pengeringan. 

Penelitian ini merupakan penelitian gabungan, dimana satu penelitian fokus pada keamanan pangan dan penelitian ini fokus pada mutu minyak atsiri sebagai obat herbal yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan hidrogen peroksida dan metode pengeringan terhadap komposisi dan rendemen dalam minyak atsiri biji ketumbar. Penelitian terdiri dari beberapa tahapan yaitu pemesanan bahan baku biji ketumbar impor, pemutihan biji, pengeringan biji, ekstraksi minyak atsiri dan analisis komposisi senyawa minyak atsiri. Pemesanan bahan baku berupa biji ketumbar yang diimpor dari Bulgaria. Selanjutnya dilakukan proses pemutihan biji ketumbar dengan hidrogen peroksida, namun sebelum itu diukur terlebih dahulu kadar air awal biji sebagai perbandingan. 

Proses pemutihan biji berlangsung selama lima menit sambil diaduk dengan spatula agar tercampur merata, sementara pengukuran suhu reaksi saat pengadukan diukur dengan termometer setiap 30 detik. Setelah pemberian hidrogen peroksida biji dikeringakan hingga mencapai KA 7% dan selajutnya dikemas dalam plastik polypropilen (PP). Untuk memperoleh minyak atsiri selanjutnya biji diekstraksi dengan metode distilasi uap. Proses distilasi dilakukan dengan cara memasukkan biji ke dalam ketel disitilasi yang sudah berisi air, ketel dipanaskan hingga titik didih air yaitu 100℃ selama enam jam. 

Penelitian lain

Berdasarkan hasil penelitian tersebut "Hasil penelitian menunjukkan bahwa semua perlakuan dengan suplementasi minyak atsiri biji ketumbar (BK1, BK2, BK3) serta perlakuan kontrol positif berupa antibiotik (AB) dapat mempengaruhi performa ayam pedaging fase starter. Disimpulkan bahwa suplementasi minyak atsiri biji ketumbar dapat meningkatkan performa ayam pedaging fase starter yang meliputi konsumsi pakan, konsumsi air minum, pertambahan bobot badan, konversi pakan, bobot badan akhir, dan indeks performa."

 

Apa saja hal yang dapat di teliti megenai Pemberian minyak atsiri pada air minum ayam pedaging pada fase starter (usia 8-21 hari)

Pemberian minyak atsiri biji ketumbar yang dapat diteliti antara lain sebagai berikut ini. Pemberian minyak atsiri pada air minum ayam pedaging pada fase starter (usia 8-21 hari) dapat mempengaruhi beberapa parameter performa ayam, antara lain:

  1. Konsumsi pakan: Pemberian minyak atsiri biji ketumbar pada air minum ayam pedaging dapat mempengaruhi konsumsi pakan ayam. Jika efeknya positif, maka ayam akan mengonsumsi lebih banyak pakan dan sebaliknya jika efeknya negatif maka ayam akan mengonsumsi pakan lebih sedikit.

  2. Feed Conversion Ratio (FCR): FCR adalah perbandingan antara jumlah pakan yang dikonsumsi oleh ayam dengan pertambahan bobot badan ayam. Pemberian minyak atsiri biji ketumbar pada air minum ayam pedaging dapat mempengaruhi FCR, yaitu jika efeknya positif, maka FCR akan menjadi lebih baik (lebih rendah) dan sebaliknya jika efeknya negatif maka FCR akan menjadi lebih buruk (lebih tinggi).

  3. Pertambahan bobot badan: Pemberian minyak atsiri biji ketumbar pada air minum ayam pedaging dapat mempengaruhi pertambahan bobot badan ayam. Jika efeknya positif, maka pertambahan bobot badan ayam akan lebih baik dan sebaliknya jika efeknya negatif maka pertambahan bobot badan ayam akan lebih buruk.

  4. Bobot badan akhir: Pemberian minyak atsiri biji ketumbar pada air minum ayam pedaging dapat mempengaruhi bobot badan akhir ayam. Jika efeknya positif, maka bobot badan akhir ayam akan lebih tinggi dan sebaliknya jika efeknya negatif maka bobot badan akhir ayam akan lebih rendah.

  5. Index performance: Index performance adalah parameter yang menggambarkan performa keseluruhan ayam pedaging. Pemberian minyak atsiri biji ketumbar pada air minum ayam pedaging dapat mempengaruhi index performance ayam, yaitu jika efeknya positif, maka index performance akan lebih baik dan sebaliknya jika efeknya negatif maka index performance akan lebih buruk.

  6. Konsumsi air minum: Pemberian minyak atsiri biji ketumbar pada air minum ayam pedaging dapat mempengaruhi konsumsi air minum ayam. Jika efeknya positif, maka ayam akan mengonsumsi lebih banyak air minum dan sebaliknya jika efeknya negatif maka ayam akan mengonsumsi air minum lebih sedikit.

Namun, efek dari pemberian minyak atsiri biji ketumbar pada performa ayam akan tergantung pada dosis dan durasi pemberian yang tepat. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui efek optimal dari pemberian minyak atsiri biji ketumbar pada performa ayam.

Post a Comment for "Pemberian minyak atsiri pada air minum ayam pedaging pada fase starter (usia 8-21 hari)"