Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Retensi nitrogen Pada Ayam Kampung dan Ayam Silangan


Kualitas protein dalam ransum harus terukur sesuai standar kebutuhan ayam sehingga protein ransum dapat dimanfaatkan secara efisien. Efisiensi penggunaan protein ransum dapat di ukur melalui konsumsi protein, rasio efisiensi protein dan Retensi Nitrogen (Mahfudz, et al., 2011). Nilai konversi ransum dipengaruhi oleh daya cerna, kualitas serta kandungan nutrient ransum. Kecernaan protein meningkat menyebabkan retensi protein yang dapat dimanfaatkan oleh tubuh juga meningkat (Fanani, et al., 2014). Jumlah nitrogen yang terentensi dalam tubuh berkorelasi positif terhadap efisiensi penggunaan  protein ransum (Marifah, et al.,2013).

Ayam lokal Cina dipelihara dengan 3 fase pemberian ransum berbeda kandungan yaitu fase starter (1-3 minggu) protein 23,11% dan energi 3.059 kcal/kg, Grower (4-6 minggu) protein 21,08% dan energi 3150 kcal/kg serta finisher (5-12 minggu) protein 19% dan energi 3.230 kcal/kg. Ayam dipeliharaa selama 12 minggu menunjukan rasio efisiensi protein masing-masing fase yaitu 2,24, 1,89 dan 1,75 (Zhao et al, 2009).


Ayam kampung super dengan pemberian ransum fase starter (0-6 minggu)  protein 19,46% dan energi 2.821 Kcal/kg dan finisher (6-11 minggu) protein 17,56% dan energi 2872 Kcal/kg. Ayam dipelihara selama 11 minggu menunjukan bobot akhir pemeliharaan mencapai 894,19 g dengan retensi nitrogen 1,23 g/ekor/hari dengan konversi ransum 4,15. (Fanani, et al., 2014). Ayam kampung super dipelihara selama 10 minggu dengan pemberian ransum mengandung protein 19% dan energi 2900 kcal/kg menunjukan konsumsi protein protein ayam kampung super rata-rata 8,69 g/ekor/hari dengan retensi nitrogen 1,1 g/ekor/hari dan konversi ransum 3,69 (Marifah, et al.,2013)

Ayam kampung silangan ayam pelung dipelihara dengan berbeda pemberian ransum fase starter (1-4 minggu) protein 19% dan energi 2700 kcal/kg dan finisher (6-12 minggu) protein 15% dan energi 2700 kcal/kg. Ayam dipelihara selama 12 minggu menunjukan retensi nitrogen rata-rata yaitu 1,53 g/ekor/hari dengan efsiensi penggunaan 71% dari konsumsi nitrogen ransum. Pemberian ransum tersebut lebih baik dibandingkan penggunaan ransum ransum tunggal kandungan protein 19% menunjukan konsumsi protein 1,52 g/ekor/hari dengan efisiensi penggunaan 59% dari konsumsi nitrogen ransum (Iskandar et al, 2001).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa lama pemberian pakan fase starter selama 4 hingga 8 minggu tidak mempengaruhi konsumsi pakan, bobot badan, rerata pertamabahan bobot badan dan konversi pakan. Namun demikian, konsumsi protein ayam pada kelompok P3, P4, dan P5 lebih tinggi (P<0,05) dibandingkan konsumsi pakan ayam kelompok P1 maupun P2. Konsumsi protein pakan pada kelompok P2 1,36% lebih tinggi dibandingkan kelompok P1; kelompok P3 lebih tinggi 3,68% dibandingkan kelompok P1; kelompok P4 lebih tinggi 5,39% dibandingkan kelompok P1; dan kelompok P5 lebih tinggi 6,54% dibandingkan kelompok P1. Tidak terdapat perbedaan pada rerata retensi nitrogen pada umur 12 minggu (3,08; 3,76; 5,09; 4,80; dan 3,50 g/ekor). Dapat disimpulkan bahwa pembedaan lama waktu pemberian pakan berkadar protein tinggi pada masa awal pertumbuhan ayam kampung super tidak memberikan manfaat yang nyata dilihat dari kinerja pertumbuhannya. (Herjanto, Wihandoyo dan Chusnul Hanim, 2017). 

Terlihat bahwa pemberian ransum dengan perbedaan komposisi nutrisi antara fase starter dan finisher pada ayam kampung silangan ayam pelung dapat meningkatkan efisiensi penggunaan nitrogen ransum dan retensi nitrogen.

Dalam penggunaan ransum tunggal dengan kandungan protein 19%, ayam hanya mampu memanfaatkan 59% dari konsumsi nitrogen ransum. Sedangkan pada pemberian ransum dengan perbedaan komposisi nutrisi antara fase starter dan finisher, efisiensi penggunaan nitrogen ransum meningkat menjadi 71%.

Hal ini dapat disebabkan karena ayam memerlukan nutrisi yang berbeda pada setiap fase pertumbuhan. Pada fase starter, ayam membutuhkan protein yang lebih tinggi untuk mendukung pertumbuhan tulang dan otot yang cepat. Sedangkan pada fase finisher, ayam membutuhkan protein yang lebih rendah dan energi yang lebih tinggi untuk menghasilkan daging yang lebih lezat dan empuk.

Dengan demikian, pemberian ransum dengan perbedaan komposisi nutrisi antara fase starter dan finisher dapat membantu meningkatkan efisiensi penggunaan ransum pada ayam kampung silangan ayam pelung.

Daftar pustaka :

PENGARUH LAMA PEMBERIAN PAKAN STARTER DAN FINISHER TERHADAP KINERJA PERTUMBUHAN AYAM KAMPUNG SUPER (JANU HERJANTO, Prof. Dr. Ir. Wihandoyo, MS., Ph.D; Dr. Ir. Chusnul Hanim, M).

 
Kristina, D.G.A.M. dan Wijana, I.W. 2011. Pengaruh penggunaan level
energi-protein ransum terhadap produksi ayam kampung. The
Excellence Research Universitas Udayana 2011. Bali






Post a Comment for "Retensi nitrogen Pada Ayam Kampung dan Ayam Silangan "