Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

LAPORAN PRAKTIKUMINDUSTRI TERNAK POTONG

LAPORAN PRAKTIKUM

INDUSTRI TERNAK POTONG


 


 



 


 

Disusun oleh:

Janu herjanto

12/331833/PT/06287

Kelompok XV


 


 

Asisten Pendamping: Amien Fahrianto Adi


 


 


 


 


 

LABORATORIUM TERNAK POTONG, KERJA, DAN KESAYANGAN

FAKULTAS PETERNAKAN

UNIVERSITAS GADJAH MADA

YOGYAKARTA

2014


 


 


 


 


 

HALAMAN PENGESAHAN


 

    Laporan Praktikum Industri Ternak Potong disusun guna memenuhi salah satu syarat dalam menempuh mata kuliah Industri Ternak Potong di Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.

Laporan Praktikum Industri Ternak Potong telah disahkan oleh asisten pendamping pada tanggal Juni 2014.


 


 


 

                         Yogyakarta, Juni 2014

 

Asisten Pendamping


 


 


 


 


 


 


 


 


 

Amien Fahrianto Adi
NIM 11/317622/PT/06124


 


 

KATA PENGANTAR


 

Puji syukur penyusun panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan laporan praktikum Industri Ternak Potong. Laporan ini disusun sebagai salah satu syarat dalam mengikuti responsi akhir dalam mata kuliah Industri Ternak Potong yang diselenggarakan oleh Laboratorium Ternak Potong Kerja dan Kesayangan Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada tahun 2014. Penyusun mengucapkan terima kasih kepada:

  1. Prof. Dr. Ir. Ali Agus., DAA.,DEA. selaku dekan Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada

  1. Prof. Dr. Ir. Endang Baliarti, SU., Prof. Dr. Ir. Nono Ngadiyono, MS., Ir. Gatot Murdjito, M.S., Ir. I Gede Suparta Budisatria, M.Sc. Ph.D., Panjono S.Pt. M.P. Ph.D., Trisatya Mastuti Widi, S.Pt. MP. M.Sc., dan Muhammad Danang Eko Yulianto, S.Pt. M.Si selaku dosen pengampu mata kuliah Praktikum Manajemen Ternak Potong Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada.
  2. Segenap Asisten Laboratorium Ternak Potong, Kerja dan Kesayangan yang telah membimbing dan mengarahkan pelaksanaan praktikum Industri Ternak Potong.
  3. Semua pihak yang telah membantu sehingga terselesaikannya laporan ini.

Penyusun menyadari bahwa isi laporan ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu penyusun sangat mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun. Semoga laporan ini dapat memberikan manfaat dan dapat digunakan sebagaimana mestinya.


 

Yogyakarta, Juni 2014

Penyusun    

DAFTAR ISI


 

Halaman

HALAMAN JUDUL      i

HALAMAN PENGESAHAN      ii

KATA PENGANTAR      iii

DAFTAR ISI      iv

DAFTAR TABEL      viii

DAFTAR GAMBAR      ix

DAFTAR LAMPIRAN      x

BREEDING

ACARA I. KOMODITAS SAPI

BAB I. PENDAHULUAN      1

Latar Belakang      1

Tujuan Praktikum      2

Manfaat Praktikum      2

BAB II. KEGIATAN PRAKTIKUM      3

Manajemen Perkandangan      3

Lokasi      3

Layout Kandang      3

Karakteristik Kandang      6

Perlengkapan dan Peralatan Kandang      9

Suhu dan Kelembaban      10

Seleksi dan Pengadaan Bibit      10

Komposisi Ternak      10

Pemilihan Bibit      11

Transportasi      12

Penanganan Ternak Sebelum Program Pembibitan      13

Penilaian Ternak      14

Penilaian Sapi Jantan      14

Penilaian Sapi Betina      14

Pakan      15

Bahan Pakan      15

Metode Pemberian      16

Reproduksi      17

Deteksi Birahi      17

Perkawinan      18

Deteksi Kebuntingan      19

Penanganan Kelahiran      20

Perawatan dan Pengamatan Biologis      21

Pencegahan dan Pengendalian Penyakit      21

Pemantauan dan Penanganan Ternak Sakit      22

Penyakit yang sering muncul     22

Pengobatan Ternak Sakit      24

Penanganan Limbah      26

Macam Limbah yang Dihasilkan      26

Penanganan dan Pengolahan Limbah      26

BAB III. PERMASALAHAN DAN SOLUSI      28

BAB IV. KESIMPULAN DAN SARAN      29

DAFTAR PUSTAKA      30

LAMPIRAN      31

ACARA II. KOMODITAS KAMBING DOMBA

BAB I. PENDAHULUAN      34

Latar Belakang      34

Tujuan Praktikum      35

Manfaat Praktikum      35

BAB II. KEGIATAN PRAKTIKUM      36

Manajemen Perkandangan      36

Lokasi      36

Layout Kandang      38

Karakteristik Kandang      40

Fasilitas Pendukung dan Peralatan Kandang      43

Suhu dan Kelembaban      45

Seleksi dan Pengadaan Bibit      46

Komposisi Ternak      46

Pemilihan Bibit      47

Transportasi      48

Penanganan Ternak Sebelum Program Pembibitan      49

Penilaian Ternak      50

Penilaian Kambing Domba Jantan      51

Penilaian Kambing Domba Betina      52

Pakan      53

Bahan Pakan      53

Metode Pemberian      54

Reproduksi      55

Deteksi Birahi      55

Perkawinan      56

Deteksi Kebuntingan      57

Penanganan Kelahiran      58

Perawatan dan Pengamatan Biologis      59

Pencegahan dan Pengendalian Penyakit      59

Pemantauan Ternak Sakit      60

Penyakit yang Sering Muncul      61

Pengobatan Ternak Sakit dan Obat      61

Penanganan Limbah      63

Macam Limbah yang Dihasilkan      63

Penanganan dan Pengolahan Limbah      63

BAB III. PERMASALAHAN DAN SOLUSI      64

BAB IV. KESIMPULAN DAN SARAN      65

DAFTAR PUSTAKA      66

LAMPIRAN      68

FATTENING

ACARA I. KOMODITAS KAMBING DOMBA

BAB I. PENDAHULUAN      69

Latar Belakang      69

Tujuan Praktikum      70

Manfaat Praktikum      70

BAB II. KEGIATAN PRAKTIKUM      71

Profil Perusahaan      71

Komposisi Ternak      71

Manajemen Pemilihan Bakalan      72

Asal Ternak      72

Lalu Lintas Ternak      72

Retribusi      72

Proses penaikan dan penurunan ternak dari kendaraan      73

Transportasi dari pasar ke perusahaan      73

Pemilihan Bakalan      74

Kriteria bakalan bagi perusahaan      74

Bobot Badan dan Harga      75

Proses Transaksi yang Dilakukan Perusahaan      76

Manajemen Pemeliharaan      76

Manajemen Perkandangan      76

Lokasi kandang      76

Layout kandang      78

Jenis kandang      88

Fasilitas pendukung      91

Perlengkapan kandang      92

Lingkungan kandang      92

Manajemen Pakan      93

Bahan pakan yang digunakan      93

Metode pemberian pakan      94

Pengelolaan sisa pakan      95

Manajemen Pencegahan dan Perawatan Ternak Sakit      95

Sanitasi kandang      95

Sanitasi ternak      95

Sanitasi tempat pakan dan minum      96

Pencegahan penyakit      96

Penyakit yang sering terjadi      97

Penanganan yang sakit      97

Manajemen Penanganan Limbah      98

Metode pengolahan limbah      98

Analisis Usaha Feedlot      99

Manajemen Penanganan Pasca Panen      100

Proses Pemasaran Produk      100

Produk yang dihasilkan      100

Metode pemasaran produk      100

BAB III. PERMASALAHAN DAN SOLUSI      101

BAB IV. KESIMPULAN DAN SARAN      102

DAFTAR PUSTAKA      103

LAMPIRAN      104

KARTU PRAKTIKUM      105


 

DAFTAR TABEL


 

Tabel     Halaman

Tabel 1. Karakteristik kandang sapi    6

Tabel 2. Fasilitas Pendukung Kandang sapi    9

Tabel 3. Peralatan pendunkung Kandang Sapi    9

Tabel 4. Komposisi ternak sapi    10

Tabel 5. Bahan pakan yang diberikan pada sapi    15

Tabel 6. Karakteristik Kandang Kambing dan Domba    40

Tabel 7. Fasilitas pendukung Kandang kambing dan domba    43

Tabel 8. Peralatan pendukung Kandang kambing dan domba    44

Tabel 9. Komposisi Ternak Kambing dan Domba    46

Tabel 10. Penilaian Kambing dan Domba Jantan    51

Tabel 11. Penilaian Kambing dan Domba Betina    52

Tabel 12. Pemberian Pakan kambing dan domba    53

Tabel 13. Metode pemberian pakan    54

Tabel 14. Komposisi Ternak     71

Tabel 15. Bobot Badan dan Harga ternak di bhumi nararya farm    76

Tabel 16. Data pengukuran kandang     88

Tabel 17. Fasilitas Pendukung kandang    91

Tabel 18. perlengkapan pendukung Kandang    92

Tabel 18. perlengkapan pendukung Kandang    92

Tabel 19. Bahan pakan dan harga    93


 


 

DAFTAR GAMBAR

Gambar     Halaman

Gambar 1. Layout kandang sapi    4

Gambar 2. Layout kandang Kambing dan Domba     38

Gambar 3. Layout Bhumi Nararya Farm    78


 


 

DAFTAR LAMPIRAN


 

Lampiran    Halaman

Lampiran Foto Praktikum Breeding sapi      31

Lampiran Foto Praktikum Breeding Kambing Domba      68

Lampiran Foto Fattening Kambing Domba.      104


 

 

PENDAHULUAN


 

Latar Belakang

Ternak potong merupakan suatu komoditi ternak yang diarahkan untuk tujuan produksi. Pengembangan terhadap ternak potong harus memperhatikan karakteristik setiap individu atau komoditi ternak, sehingga input teknologi yang diimplementasikan dalam setiap usaha ternak potong perlu disesuaikan dengan sifat reproduksi, pertumbuhan dan kemampuan adaptasi dari ternaknya. Pengenalan terhadap sifat karakteristik bangsa penting untuk dapat mengetahui ternak tersebut secara genetik masih murni ataukah sudah merupakan hasil persilangan. Kemurnian ternak terkait dengan potensi genetik. Produksi ternak potong pada perlakuan budidaya yang sama akan menampilkan kinerja yang berbeda pula apabila indikator bangsa dan kemurniannya berbeda.

Sapi merupakan hewan ternak yang menjadi salah satu komoditas utama masyarakat. Masyarakat dari kalangan bawah yang memelihara dalam jumlah kecil sampai kalangan tinggi yakni dalam bentuk industri. Sapi potong di Indonesia merupakan hasil persilangan dari negara lain. Pembibitan sapi potong merupakan sumber utama sapi bakalan bagi usaha penggemukan sapi potong di Indonesia. Selain itu, sapi asal impor dari Australia juga merupakan sumber sapi bakalan yang makin penting bagi usaha penggemukan.

Usaha ternak breeding memerlukan manajemen yang baik untuk mendapatkan hasil yang optimal. Manajemen meliputi perkandangan, seleksi dan pengadaan bibit, pakan serta sanitasi yang dilakukan. Manajemen yang dilakukan disesuaikan dengan tujuan yang diinginkan, sehingga perlakuan dapat berbeda-beda sesuai dengan hasil yang diinginkan dapat tercapai. Praktikum acara Komoditas Sapi ini diharapkan praktikan dapat memanajemen pengelolaan sapi potong skala industri dengan baik. Hal ini meliputi seleksi dan pengadaan bibit, pakan, reproduksi, perawatan dan pengamanan biologis ternak, dan pengolahan limbah.


 

Tujuan Praktikum

Praktikum breeding komoditas sapi ini bertujuan untuk mengetahui manajemen pemeliharaan ternak ruminansia meliputi manajemen pakan, manajemen perkandangan, manajemen perawatan, sanitasi sampai ke pencegahan penyakit dengan tujuan pemeliharaan untuk pembibitan (breeding).


 

Manfaat Praktikum

    Manfaat dari praktikum breeding sapi adalah praktikan dapat mengetahui pemeliharaan ternak potong khususnya komoditas sapi serta mengetahui berbagai masalah dalam industri ternak potong tersebut serta member solusi terhadap permasalahan yang ada.


 


 

KEGIATAN PRAKTIKUM


 

Manajemen Perkandangan

Lokasi

    Lokasi peternakan pada saat praktikum dilakukan yaitu di kandang laboratorium ilmu dan industri ternak potong fakultas peternakan, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Lokasi peternakan beralamat di karang malang depok, Sleman Yogyakarta Berada di pinggir jalan dan dekat dengan perumahan warga. Sumber air dipeternakan ini dicukupi dari air bahwa tanah melalui sumur selain itu juga didekatnya terdapat sumber air berupa selokan mataram.

    Menurut Anonim (2013) Lokasi yang ideal untuk membangun kandang adalah daerah yang letaknya cukup jauh dari pemukiman penduduk tetapi mudah dicapai oleh kendaraan. Kandang harus terpisah dari rumah tinggal dengan jarak minimal 10 meter dan sinar matahari harus dapat menembus pelataran kandang serta dekat dengan lahan pertanian. Pembuatannya dapat dilakukan secara berkelompok di tengah sawah atau ladang.

    Berdasarkan hal tersebut lokasi di Kandang peternakan laboratorium illmu dan industri ternak potong belum ideal karena dekat dengan pemukiman warga. Mengingat bahwa kondisi peternakan yang memiliki peranan penting dan tidak dapat dipindahkan maka, hal yang sebaiknya dilakukan adalah menjaga kebersihan lingkungan dan penanganan limbah secara tepat sehingga tidak mengakibatkan pencemaran lingkungan yang berakibat dapat ditutupnya usaha peternakan.

Layout kandang

    Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan di kandang ternak potong, laboratium ilmu dan industri ternak potong diketahui layout peternakan dengan cara mengitari lokasi peternakan kemudian diperoleh layout sebagai berikut:

Gambar 1. Layout kandang sapi

Keterangan

  1. Kandang kelinci
  2. Kandang Kuda
  3. Kandang kuda
  4. Kadang Reproduksi
  5. Kandang panggung
  6. Kandang domba
  7. Kandang DET
  8. Dapur
  9. Gudang pakan
  10. Gudang
  11. Ruang Assisten
  12. Ruang diskusi
  13. Kandang sapi dara
  14. Tempat chopping
  15. Kamar mandi
  16. Umbaran sapi
  17. Kandang sapi induk
  18. Kandang kambing
  19. Garasi
  20. Kandang domba menyusui
  21. Gudang jerami
  22. Kandang kambing
  23. Ladang Hijauan

 

    Berdasarkan hasil pengamatan pada saat praktikum diketahui bahwa layout peternakan didapat dengan cara berkeliling dan melihat sekitar kemudian digambar. Ada beberapa fasilitas yang dimiliki oleh peternakan ini meliputi dapur, gudang pakan, gudang, ruang assisten, ruang diskusi, kandang sapi dara, tempat chopping, kamar mandi, umbaran sapi, kandang sapi induk, kandang kambing, garasi, kandang domba menyusui, gudang jerami,kandang kambing, ladang hijauan. Berdasarkan pengamatan kondisi peternakan sudah cukup baik, namun masih kurang kebersihan dari lingkungan karena kondisi alat-alat tidak ditempatkan pada tempatnya.

    Fungsi layout utamanya adalah mengetahui tempat-tempat yang dituju dengan mudah tanpa harus mengitari seluruh area peternakan. Layout sangat penting bagi pengembangan peternakan dimasa depan. Melihat kondisi sekitar peternakan yang lahanya terbatas maka layout dapat digunakan untuk memaksimalkan lahan yang ada di area peternakan tersebut. Menurut Safitri (2011), tata letak bangunan diatur dengan berdasarkan fungsinya dan jarak antar bangunan dalam peternakan yang berdekatan juga diatur agar tidak menambah resiko terjadinya perpindahan penyakit antar peternakan, membuat kandang dengan luas yang layak sesuai jumlah ternak dan ventilasi yang baik, membuat kandang isolasi bagi ternak yang sakit dan kandang karantina bagi ternak yang sehat. Mengisolasi kandang dari ganguan hama dan serangga, merancang kandang agar mudah dibersihkan dan mengunakan bahan bangunan yang aman. Akses keluar masuk peternakan dirancang agar orang yang tidak berkepentingan tidak sembarangan masuk ke areal peternakan. Dibandingkan dengan literatur diketahui bahwa kondisi peternakan sudah cukup baik.

Karakteristik Kandang

Praktikum komoditas sapi dilakukan di kandang laboratorium ternak potong, kerja, dan kesayangan Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada. Kandang sapi milik laboratorium ternak potong, kerja, dan kesayangan ini memiliki 2 jenis kandang yaitu kandang individu dan kandang kelompok. Menurut Anonim (2006) bahwa kandang individu yaitu kandang yang hanya diisi satu ekor ternak pada setiap petak (kecil), sedangkan kandang kelompok yaitu kandang yang diisi oleh lebih dari satu ternak sejenis pada setiap petak.

Tabel 1. Karakteristik Kandang Sapi

Parameter

Kandang

1

2

3

4

Jenis kandang

kelompok

individu

kelompok

Individu

Atap

genteng

genteng

genteng

Genteng

Dinding

bambu

bambu

bambu

Bamboo

Lantai

kayu

tanah

kayu

Tanah

Luas Lokal Kandang

37,5 m2

2,7 m2

21 m2

122,8 m2

Luas Area Kandang

109,2 m2

21,25 m2

1267,5 m2

882 m2

Vol. Tempat Pakan

0,142 L

0,021 L

0,04 L

0,0675 L

Vol. Tempat Minum

0,021 L

0,021 L

0,021 L

0,021 L

Kemiringan Selokan

5%

5%

2%

0,5%

Hasil pengamatan layout kandang yang terdapat di kandang ternak potong, perkandangan beberapa hewan seperti sapi, kambing, dan domba secara berdekatan walaupun berbeda kandang. Kandang umbaran memiliki luas area 24,7 x 6,5 M dengan alas konblok, dinding besi dan tanpa atap, ada bagian tempat pakan dengan atap dari bahan asbes dengan voume 80x40x60 cm dan tempat minum 60x40x60 cm, kemiringan kandang dan selokan 0%. Kandang individu berdekatan dengan kandang umbaran memiliki bentuk atap monitor dari bahan asbes, dinding dan alas beton, luas local 3,7x3,1 m luas area 24,7 x 3,7 dengan volume tempat pakan 45x80x50cm dan volume tempat minum 100x40x60, kemiringan kandang 2% dan kemiringan selokan 1%. Kandang individu kedua dengan model headtohead berdekatan dengan kandang umbaran memiliki bentuk atap monitor dari bahan asbes, dinding dan alas beton, luas local 2,8x3,75 m luas area 15,2 x11,8 dengan volume tempat pakan 85x70x35cm dan volume tempat minum 70x30x40, kemiringan kandang 0% dan kemiringan selokan 1%. Kandang beranak memiliki bentuk atap gable dari bahan asbes, dinding dari besi dan alas beton, luas area 17 x 7,6 dengan volume tempat pakan 180x45x15cm dan volume tempat minum 100x80x20, kemiringan kandang 0% dan kemiringan selokan 0%.

Berdasarkan praktkum diketahui kemiringan masing-masing selokan adalah 5%, 2%, dan 0.5% dengan jarak ukur tiap 1 meter, hal ini berarti angka kemiringan yang diketahui berdasarkan jarak yang diketahui telah mewakili total jarak sesungguhnya. Menurut Rasyid dan Hartatik (2007), Lantai kandang harus selalu terjaga drainasenya, sehingga untuk lantai kandang non litter dibuat miring kebelakang untuk memudahkan pembuangan kotoran dan menjaga kondisi lantai tetap kering. Kemiringan lantai berkisar antara 2 sampai 5 %, artinya setiap panjang lantai 1 meter maka ketinggian lantai bagian belakang menurun sebesar 2 sampai 5 cm.

Menurut Direktorat Jenderal Peternakan (1985) dalam Syafitri (2011) menyatakan bahwa kandang bagi ternak sapi potong merupakan sarana yang mutlak harus ada. Kandang merupakan tempat berlindung ternak dari hujan, terik matahari, pengamanan ternak terhadap binatang buas, pencuri, dan sarana untuk menjaga kesehatan. Persyaratan teknis kandang meliputi, konstruksi kandang harus kuat. Terbuat dari bahan yang ekonomis dan mudah diperoleh. Sirkulasi udara dan sinar matahari cukup. Drainase dan saluran pembuangan limbah baik, serta mudah dibersihkan . Lantai rata, tidak licin, tidak kasar, mudah kering, dan tahan injak. Luas kandang memenuhi persyaratan daya tampung. Kandang isolasi dibuat terpisah.

Floorspace merupakan luas area ternak dapat hidup dan bergerak dalam sebuah kandang. Floorspace berhubungan dengan daya tamping kandang. Kandang yang ideal memiliki luas area dengan syarat minimal ternak dapat berputas 180o. Pemilihan kandang yang ideal untuk peternakan breeding adalah dengan kandang kelompok dan memiliki area kandang umbaran. Kandang kelompok akan memudahkan proses perkawinan, serta kandang umbaran akan memberikan kesempatan ternak untuk exercise dan melakukan gerak sehingga perototan baik saat melahirkan. Jenis atap dan bahan baku yang baik untuk perusahaan adalah yang tahan terhadap cuaca serta ekonomis. Arah kandang yang baik adalah menghadap utara karena cahaya matahari dapat masuk pada pagi dan sore hari, mengakibatkan kandang menjadi nyaman untuk ternak (Safitri,2011).

    Kekurangan dikandang ternak potong, kerja, dan kesayangan tidak memiliki kandang karantina, tetapi sifatnya hanya incidental. Apabila terdapat sapi yang akan beranak atau sapi baru datang, maka sapi tersebut dipisahkan ke kandang individu saja. Selain itu juga Syarat bangunan peternakan harus dirancang untuk memfasilitasi kenyamanan, kesehatan, dan produktivitas ternak. Ventilasi yang baik, tersedianya pakan dan air dengan kualitas yang baik, serta penerangan dan kenyamanan ternak harus diperhatikan untuk meningkatkan performan ternak (Ensminger dan Taylor, 2006) dalam (Safitri,2011).


 

Perlengkapan dan peralatan kandang

    Tabel 2. Fasilitas pendukung kandang Sapi

No.

Fasilitas

Jumlah

Fungsi

1.

Ruang asisten

1

Untuk diskusi asisten

2.

Gudang pakan

1

Untuk menyimpan pakan (konsentrat)

3.

WC

1

Untuk MCK

4.

Ruang karyawan

1

Untuk Istirahat karyawan

5.

Dapur

1

Untuk memasak

6.

Ruang chopper

1

Untuk memotong hijauan

7.

Ruang diskusi

1

Untuk diskusi

Fasilitas pendukung yang ada di peternakan meliputi ruang assisten untuk diskusi assiten dan rapat. Dapur untuk memasak, gudang pakan untuk menyimpan pakan, WC untuk MCK, ruang chopper untuk memotong pakan, gudang untuk menyimpan peralatan, garasi untuk parkir kendaraan. Kondisi fasilitas pendukung di peternakan sudah cukup baik namun fasilitas penanganan limbah belum memadai. Sebaiknya limbah dapat dimanfaatkan dan diolah dengan lebih baik lagi. Manfaat fasilitas yang ada yaitu membantu peternak dalam melaksanakan fungsi kerja peternakan.

Tabel 3. Perlengkapan pendukung kandang sapi

No.

Perlengkapan

Jumlah

Fungsi

1.

Timbangan

2

Untuk menimbang ternak

2.

Sapu

3

Untuk membersihkan kandang

3.

Gunting

2

Untuk memotong rambut ternak

4.

Catut

1

Untuk memotong kuku

5.

Ember

6

Untuk tempat membawa pakan

6.

Troley

2

Untuk membawa feses dan hijauan

7.

Garu

3

Untuk mengambil feses

8.

Sekop

2

Untuk mengambil feses

9.

Selang

 

Untuk mengalirkan air

10.

Thermohygrometer

 

Untuk mengetahui kelembaban kandang

11.

Meteran

 

Untuk mengukur ternak dan kandang

Peralatan kandang yang terdapat di kandang laboratorium ternak potong, kerja, dan kesayangan diantaranya yaitu troli, meteran, timbangan, chopper, sapu lidi, selang air, sekop, tang pemotong kuku, ear tag tang, pisau, dan sikat. Peralatan-peralatan tersebut baik untuk mendukung sanitasi, recording, dan kemudahan dalam penan ganan ternak. Manfaat peralatan yang ada bermanfaat bagi terlaksanakan tugas-tugas dipeternakan. Peralatan akan memudahkan proses pekerjaan. Kondisi peralatan di peternakan sudah cukup lengkap namun kondisinya harus selalu dijaga dan diperbarui agar pekerjaan berlangsung dengan baik.

Suhu dan Kelembaban

Berdasarkan pengamatan diketahui bahwa suhu pada siang hari yaitu 33.3oc dengan kelembaban sebesar 59%. Pada sore hari suhu mencapai 31.3 oc dengan kelembaban sebesar 70%. Iklim merupakan manifestasi dari berbagai unsur, seperti suhu, curah hujan, kelembaban, gerakan udara, tekanan udara, kondisi cahaya, dan pengionan. Suhu dan curah hujan merupakan faktor lingkungan yang paling penting.

    Kondisi suhu dan kelembaban di peternakan masih terlalu tinggi menurut Williamson dan Payne (1993) dalam Safitri (2011), suhu untuk sapi antara 18 sampai 26oC, walaupun banyak daerah yang memiliki iklim yang cocok untuk peternakan, baik untuk bangsa-bangsa sapi lokal (tropis) maupun sapi impor dari luar negeri. Faktor iklim yakni suhu lingkungan yang tinggi dapat menurunkan feed intake dan sebaliknya akan menaikkan konsumsi air minum. Bila hal ini terus terjadi, akan mempengaruhi produktivitas yang diukur dari pertumbuhan dan produksi ususnya serta dapat langsung mempengaruhi reproduksi dari sapi


 

Seleksi dan Pengadaan Bibit

Komposisi Ternak

Komposisi ternak merupakan jumlah ternak yang ada di peternakan dikelompokan dalam bangsa dan umur ternak. Hasil pengamatan dicatat dalam lembar pengamatan. Berdasarkan hasil pengamatan pada praktikum komoditas sapi, didapatkan data komposisi ternak sebagai berikut :

Tabel 4. Komposisi ternak Sapi

Bangsa

Pedet

Lepas sapih

Dewasa

Jantan

Betina

jantan

Betina

jantan

Betina

PO

Jawa

1

1

1

-

-

-

1

1

-

-

6

4

    Berdasarkan hasil pengamatan dapat diketahui terdapat 2 jenis sapi dengan total berjumlah 15 ekor yang terdapat pada kandang Laboratorium Ternak Potong, Kerja, dan Kesayangan yaitu sapi PO dan jawa. PO berjumlah sebanyak 1 ekor pedet jantan, 1 ekor pedet betina, 1 ekor betina lepas sapi, dan 3 ekor betina dewasa. Sapi jawa berjumlah sebanyak 1 ekor pedet jantan, 1 ekor betina lepas sapih, dan 4 ekor betina dewasa. Komposisi ternak disini mayoritas betina karena tujuan pemeliharaan sapi disini adalah untuk pembibitan (breeding).

    Parakkasi (1999) dalam Safitri (2011), menyatakan bahwa usaha peternakan ruminansia besar penghasil daging dapat dikelompokkan ke dalam beberapa program produksi sapi yang masing-masing memiliki kekhususan dalam pengelolaannya. Program tersebut antara lain produksi anak (cow
calf), pembesaran anak sapi sapihan (stocker), dan penggemukan (finisher). Program Cow Calf (CC) bertujuan untuk menghasilkan anak, batas program ini dengan program lain atau program selanjutnya ialah pada waktu anak yang dihasilkan, disapih. Program ini merupakan dasar semua program yang ada dalam industri beef, anak yang dihasilkan dalam program ini merupakan materi untuk program lain. Program stocker atau pembesaran anak dapat dimulai dari awal pemanfaatan anak yang disapih dari program CC sampai anak tersebut akan digemukkan atau untuk replacement
stock. Produk program ini adalah feeder untuk digemukkan ataupun untuk replacement
stock. Gabungan berbagai program bukanlah suatu hal yang tidak mungkin apabila beberapa program bergabung bersama jika kondisi yang memungkinkana atau mengharuskan. Dilihat dari jumlah populasi ternak merupakan program cow
calf atau program untuk mendapatkan anak.

Pemilihan bibit

    Pemilihan bibit perlu dilakukan untuk memperoleh tercapainya tujuan dari pemeliharaan ternak tersebut. Kriteria bibit yang digunakan untuk induk yaitu pinggul lebar bertujuan agar pada mudah saat melahirkan, ambing simetris sebagai indicator kemampuan memproduksi susu setelah melahirkan baik, organ reproduksi normal, sifat keibuan baik, siklus estrus teratur agar memudahkan proses perkawinan dan yang paling penting ternak tersebut merupakan ternak sehat karena dapat menurunkan sifat kepada anaknya.

Kriteria bibit yang digunakan untuk pejantan diantaranya yaitu memiliki postur tubuh tegap, testis simetris menunjukan kondisi alat vital yang baik, kaki belakang kuat sehingga saat mengawini tidak jatuh dan dapat menopang dengan baik, libido tinggi , kemampuan mengawini tinggi, sehat, dan ciri bangsanya jelas karena akan menurunkan sifat yang diinginkan dan memudahkan rekording. Cara lain untuk memilih bibit ternak adalah dengan melihat catatan silsilah atau pedigree. Dilihat catatan mengenai prestasi tetuanya meliputi berat lahir, berat sapih, ADG, berat umur 1 tahun, dan sebagainya. Penilaian terhadap bentuk luar (dengan judging), dalam judging, ada bagian-bagian tubuh ternak yang mendapat penilaian lebih tinggi sesuai dengan tujuan. Kriteria bibit yang ada sudah sesuai dengan literatur (Kusumawardana,2010).

Transportasi

    Transportasi yang digunakan untuk mengangkut hewan dari tempat pembelian menuju kandang ternak potong yaitu menggunakan mobil pick up. Menurut Rianto et al., (2010) ada beberapa hal yang perlu diperhattikan dalam pengangkutan yaitu alat angkut, volume angkutan, dan waktu pengangkutan. Menurut Safitri (2011), alat transportasi harus memenuhi syarat pada kasus pengiriman ternak dengan menggunakan truk yaitu bak truk harus cukup tinggi, kokoh, beralas sawdust (serbuk gergaji) yang cukup tebal (+/- 20 cm), persiapan pakan hijauan segar dan air minum, sebaiknya setiap beberapa saat pengawal sapi harus mengontrol kondisi sapi, pengiriman sebaiknya pada sore/malam hari, kecepatan kendaraan yang digunakan stabil, serta pada proses penurunan, sapi harus diturunkan pada tangga turun yang berdekatan dengan kandang. Sapi yang baru tiba diberi obat anti stres (suntikan atau via air minum). Agar ternak tidak stress selama proses pengangkutan sebaiknya sebelum diangkut ternak diberi vitamin tambahan. Pemberian obat stres (contra stress ATP plus) sampai dengan timbang awal dengan dosis 100 gram per 200 L air minum. Vitamin ini berfungsi untuk mengatasi stres transportasi, meningkatkan daya tahan tubuh, nafsu makan, dan meningkatkan pertumbuhan.

Penanganan ternak sebelum program pembibitan

Sebelum program pembibitan dilakukan, dilakukan identifikasi ternak dan recording ternak. Hal itu dilakukan agar ternak tersebut terdata dengan baik sehingga dapat diketahui dengan jelas produktivitas ternak tersebut. Selain itu dilakukan pemilihan pejantan atau straw yang akan digunakan untuk perkawinan. Hal tersebut dilakukan agar tidak terjadi inbreeding, kemudian dilakukan manajemen pakan yang baik agar ternak tidak terlalu kurus dan tidak terlalu gemuk. Jika terlalu kurus akan kesulitan beranak dan jika terlalu gemuk akan sulit untuk dilakukan inseminasi buatan. Rianto et al., (2010), sapi betina yang terlalu kurus umumnya akan menghasilkan anak yang kondisinya lemah karena kekurangan nutrisi. Sementara induk yang terlalu gemuk akan mengalami kesulitan ketika melahirkan. Disamping itu pemberian vitamin dan pengadaptasian ternak juga faktor penting untuk penanganan ternak sebelum program pembibitan dilaksanakan.

Bakalan yang baru hendaknya dikarantina pada suatu kandang terpisah, dengan tujuan untuk memonitor adanya gejala penyakit tertentu yang tidak diketahui pada saat proses pembelian. Disamping itu juga untuk adaptasi sapi terhadap lingkungan yang baru. Pada waktu sapi dikarantina, sebaiknya diberi obat cacing karena berdasarkan penelitian sebagian besar sapi di Indonesia (terutama sapi rakyat) mengalami cacingan (Anonim, 2011).

Penanganan ternak yang sebaiknya dilakukan pada bibit ternak yang baru dibeli dari luar peternakan adalah dengan cara dimasukan kedalam kandang karantina. Fungsi kandang karantina menurut Anonim (2011) bahwa sapi bakalan yang baru hendaknya dikarantina pada suatu kandang terpisah, dengan tujuan untuk memonitor adanya gejala penyakit tertentu yang tidak diketahui pada saat proses pembelian. Disamping itu juga untuk adaptasi sapi terhadap lingkungan yang baru. Pada waktu sapi dikarantina, sebaiknya diberi obat cacing karena berdasarkan penelitian sebagian besar sapi di Indonesia (terutama sapi rakyat) mengalami cacingan. Penyakit ini memang tidak mematikan, tetapi akan mengurangi kecepatan pertambahan berat badan ketika digemukkan. Waktu mengkarantina sapi adalah satu minggu untuk sapi yang sehat dan pada sapi yang sakit baru dikeluarkan setelah sapi sehat. Kandang karantina selain untuk sapi baru juga digunakan untuk memisahkan sapi lama yang menderita sakit agar tidak menular kepada sapi lain yang sehat.

Penilaian ternak

    Penilaian sapi jantan. Berdasarkan pengamatan tidak ada pejantan di peternakan. Secara umum calon Pejantan memiliki bobot sapih terkoreksi terhadap umur 205 hari umur induk dan musim kelahiran di atas rata-rata. Bobot badan umur 365 hari di atas rata- rata. Pertambahan bobot badan antara umur 1-1,5 tahun di atas rata-rata. Bobot badan umur 2 tahun di atas rata- rata. Libido dan kualitas spermanya baik. Penampilan fenotipe sesuai dengan rumpunnya. Dibandingkan dengan keadaan dipeternakan sudah cukup baik dibandingkan dengan literatur (Safitri,2011).

    Penilaian sapi betina. Berdasarkan pengamatan diketahui bahwa sapi di peternakan memiliki BCS rata-rata 3 dengan ciri-ciri pinggul lebar, panggal ekor dan tulang rusuk tidak terlihat, dada lebar dan padat. Menurut Safitri (2011), sapi bibit secara umum harus sehat dan bebas dari segala cacat fisik seperti cacat mata (kebutaan) karena cacat fisik dapat diturunkan ke anak, tanduk patah, pincang, lumpuh mengakibatkan ternak tidak produktif dan tidak dapat menyulitkan kelahiran, kaki dan kuku abnormal, serta tidak terdapat kelainan tulang punggung atau cacat tubuh lainnya karena dapat diturunkan ke anak sehingga anak yang dihasilkan menjadi tidak baik (Kusumawardana,2010).

    Kondisi tubuh yang baik untuk breeding adalah bentuk tubuh ideal, tidak terlalu gemuk atau terlalu kurus. Kondisi kaki seimbang agar kuat saat melahirkan. Semua sapi bibit betina harus bebas dari cacat alat reproduksi, abnormal ambing serta tidak menunjukkan gejala kemandulan. Ambing harus baik karena kemampuan untuk memproduksi kolostrum dan susu untuk pedet sapi. Sapi induk harus dapat menghasilkan anak secara teratur, anak jantan maupun betina tidak cacat dan mempunai rasio bobot sapih umur 205 hari (weaning weight ratio) di atas rata-rata (Kusumawardana, 2010).


 

Pakan

Bahan Pakan

Pakan merupakan salah satu faktor terpenting bagi produktivitas ternak karena biaya yang digunakan dapat mencapai 70 % dari total biaya produksi, sehingga diperlukan manajemen yang tepat dan efisien agar tidak rugi. Pakan dibagi menjadi dua yaitu pakan hijauan dan pakan konsentrat. Bahan pakan yang diberikan pada ternak sapi di kandang ternak potong diantaranya yaitu :

        Tabel 5. Bahan pakan yang diberikan pada sapi    

Bahan Pakan

Bentuk

Jumlah Pemberian (kg)

Pengadaan Pakan

Sapi

Pagi

Sore

Konsentrat

Rumput gajah

Jerami kering

Mash

Chopped

kering

5


 

-

1

3

Boyolali

Lahan pasture

Kulon progo

Bahan pakan konsentrat yang digunakan yaitu dalam bentuk mesh atau butiran kecil/halus, konsentrat yang diberikan merupakan konsentrat yang berasal dari campuran beberapa bahan pakan, kleci dan nutrifid. Hijauan yang diberikan dalam bentuk chopped dari jenis rumput gajah, hal ini dilakukan agar ternak mudah memakan dan mencernanya sehingga kecernaannya menjadi lebih baik. Bahan pakan adalah segala sesuatu yang dapat dimakan, dapat dicerna sebagian atau seluruhnya, tanpa mengganggu kesehatan pemakannya (Utomo et al., 2008).

Pakan ternak sapi potong merupakan salah satu unsur yang sangat penting untuk menunjang kesehatan, pertumbuhan, dan reproduksi ternak. Bahan pakan ternak dapat dikelompokkan menjadi dua jenis, yaitu hijauan dan konsentrat. Hijauan ditandai dengan jumlah serat kasar yang relatif banyak daripada berat keringnya, yaitu lebih besar dari 18%. Konsentrat mengandung serat kasar lebih sedikit daripada hijauan yaitu kurang dari 18% dan mengandung karbohidrat, protein, dan lemak yang relatif banyak namun jumlahnya bervariasi dengan jumlah air yang relatif sedikit (Williamson dan Payne, 1993) dalam (Safitri,2011).

    Bahan pakan yang digunakan dipeternakan salah satunya adalah jerami. Jerami merupakan bahan pakan yang sering digunakan pada ternak, tetapi bahan pakan ini umumnya memiliki nilai nutrisi yang rendah (Williamson dan Payne, 1993) dalam (Safitri, 2011). Jerami padi memiliki palatabitas yang cukup baik, tetapi apabila diberikan terlalu banyak dalam pakan sapi akan menyebabkan kebutuhan hidup pokoknya tidak terpenuhi karena kandung nutriennya rendah (Panjono et al., 2000) dalam (Safitri, 2011). Tingkat konsumsi ransum sapi berbeda-beda bergantung pada status fisiologinya. Sapi dewasa dapat mengkonsumsi bahan kering minimal 1,4% bobot badan/hari, sedangkan sapi kebiri umur 1 tahun dengan hijauan berkualitas baik dapat mengkonsumsi 3% dari bobot badan (Parakkasi, 1999) dalam (Safitri, 2011). Dibandingkan dengan literatur jenis bahan yang digunakan dipeternakan sudah seuai. Hal yang perlu diperhatikan adalah pemberian konsentrat sebaiknya memperhitungkan nilai ekonomis serta ketersediaan bahan.

Metode Pemberian

Pemberian pakan konsentrat hanya dilakukan pada pagi hari pukul 07.30 WIB dan sebelum ternak diberikan pakan hijauan. Hal ini dilakukan agar tenak belum kenyang, sehingga dapat menghabiskan konsentrat yang diberikan, total konsentrat yang diberikan ke ternak yaitu sebesar 5 kg.

Pemberian pakan sore diberikan sekitar pukul 14.00 WIB. Pemberian pakan sore hanya diberikan hijauan saja sebanyak 4 kg berupa jerami 3kg dan rumput gajah 1kg. Faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah dan metode pemberian pakan yaitu bangsa, jenis kelamin, populasi ternak, umur, status reproduksi, jenis tempat pakan, dan kondisi kesehatan ternak.

Keadaan di peternakan sudah sesuai menurut Safitri (2011), setiap usaha pembibitan sapi potong harus menyediakan pakan yang cukup bagi ternaknya, baik yang berasal dari pakan hijauan, maupun pakan konsentrat. Pakan hijauan dapat berasal dari rumput, leguminosa, sisa hasil pertanian dan dedaunan yang mempunyai kadar serat yang relatif tinggi dan kadar energi rendah. Pakan konsentrat yaitu pakan dengan kadar serat rendah dan kadar energi tinggi, tidak terkontaminasi mikroba, penyakit, stimulan pertumbuhan, hormon, bahan kimia, obat-obatan, mycotoxin melebihi tingkat yang dapat diterima oleh negara pengimpor. Air minum disediakan ad libitum.


 

Reproduksi

Deteksi birahi

Deteksi birahi dilakukan untuk mengetahui kapan saat mengawinkan yang tepat bagi ternak agar persentase keberhasilan atau menjadi bunting tinggi. Menurut Sarwono (1993) dalam (Safitri, 2011), tanda-tanda ternak birahi yaitu sering mengembik-ngembik tanpa sebab, menggosok-gosokkan badan pada dinding atau kayu, gelisah, nafsu makan berkurang, ekor dikibas-kibaskan, sering berkemih, bibir kemaluan agak membengkak, selaput bagian dalam agak kemerah-merahan, dan keluar lendir yang jernih. Masa birahi pada sapi berlangsung sekitar 16 sampai 20 jam setiap kalinya dan terus berulang setiap 3 minggu (21 hari).

Tanda-tanda visual sapi betina menjelang birahi adalah pembengkakan dan vulva yang menjadi merah serta keadaan gelisah yang menunjukkan keinginan untuk kawin, tetapi perilaku yang amat menonjol adalah mengusir atau diusir oleh temannya. Kunci untuk menentukan yang mana di antara sapi-sapi itu yang sedang birahi adalah sapi betina yang akan tetap diam apabila dinaiki (Blakely dan Bade, 1991) dalam (Safitri, 2011). Menurut Frandson (1993) dalam (Safitri, 2011), konsepsi masih dapat terjadi pada sapi yang dikawinkan mulai dari 34 jam sebelum ovulasi sampai 14 jam setelah ovulasi. Spermatozoa dari pejantan harus hadir sekurang-kurangnya 6 jam di dalam uterus atau oviduk betina sebelum mampu membuahi sebuah ovum.

Saat prakktikum tidak ditemukan betina yang sedang birahi karena tidak terlihat ciri-ciri birahi seperti yang disebutkan diatas. Faktor-faktor yang mempengaruhi birahi pada ternak yaitu bangsa, berat badan, dewasa kelamin, pakan, iklim, kelembaban udara, temperatur lingkungan, dan kondisi kesehatan ternak.

Perkawinan

Perkawinan yang dilakukan di kandang ternak potong yaitu dengan cara inseminasi buatan dan alami. Inseminasi buatan dilakukan diakhiir estrus diawal metestrus. Bila tanda-tanda birahi terjadi di sore hari, maka paginya adalah waktu yang tepat untuk dikawinkan. Umur pertama kali yang paling ideal untuk mengawinkan sapi betina yaitu pada umur 1,5 sampai 2 tahun, karena pada umur tersebut sudah tercapainya dewasa kelamin dan dewasa tubuhnya. Pada sapi jantan umur yang ideal untuk dikawinkan yaitu pada umur 1 sampai 2 tahun.

Inseminasi buatan (IB) adalah usaha manusia memasukkan sperma ke dalam saluran reproduksi betina dengan menggunakan peralatan khusus yang dibuat oleh manusia. IB dilakukan pada saat ovulasi yaitu 12 jam sebelum masa birahi berakhir dan sperma ditempatkan ke dalam uterus dengan melintasi cervix (Blakely dan bade, 1998) dalam (Safitri, 2011).Pendapat lain mengatakan bahwa Inseminasi yang tepat sebaiknya dilakukan pada saat mulai pertengahan estrus sampai 6 jam sesudah puncak berahi (Salisbury dan Vandemark, 1985) dalam safitri (2011). Sapi betina hanya akan menerima pejantan selama periode estrus yang lamanya rata-rata 16 jam, dan jika tidak terjadi perkawinan maka kondisi ini akan berulang setiap 21 hari (Blakely dan Bade, 1991) dalam (Safitri, 2011). Periode estrus ini menurut Frandson (1993) dalam (Safitri, 2011) ditentukan oleh tingkat sirkulasi esterogen. Arthur et al. (1989) dalam (Safitri, 2011) mengatakan bahwa lama estrus ini berkisar 12-30 jam dengan rata-rata 20 jam, sedangkan ovulasi setelah estrus rata-rata 31 jam atau antara 18 sampai 48 jam.

Deteksi kebuntingan

Deteksi kebuntingan yaitu cara untuk mengetahui kebuntingan ternak. Menurut Agus (1993) dalam Kusumawardana (2010), tanda-tanda ternak bunting yaitu tidak timbulnya estrus, ternak menjadi lebih tenang, perut membesar, ambing berkembang, berat badan naik, dan jika sudah beberapa bulan bunting terlihat gerakan fetus dari perut pada induk yang kurus.

Di kandang ternak potong, menurut pengamatan terdapat beberapa sapi yang sedang bunting diantaranya nomor sapi . Pembuahan atau konsepsi atau fertilisasi merupakan awal dari periode kebuntingan (Salisbury dan Vandemark, 1985) dalam (Safitri, 2011). Menurut Frandson (1993) dalam (Safitri, 2011), periode kebuntingan dimulai dari saat pembuahan (fertilisasi) ovum sampai anak lahir. Periode kebuntingan yang normal berkisar antara 240-330 hari atau rata-rata 283 hari.

    Pemeriksaan kebuntingan (PKB) pada sapi IB yang tidak mengalami berahi kembali dilakukan dengan cara palpasi rektal. Sapi yang akan diperiksa ditempatkan di dalam kandang jepit yang berukuran 160 cm x 70 cm x 170 cm untuk mencegah bahaya bagi pemeriksa terhadap tendangan, pergerakan ke depan dan ke samping oleh ternak yang diperiksa. Sapi yang terkejut dapat menendang ke belakang dan biasanya tendangan terjadi menjelang atau pada saat tangan dimasukkan ke dalam rektum (Toelihere, 2006) dalam (Safitri, 2011). Prinsip palpasi rektal adalah memasukkan tangan dan lengan ke dalam rektum seekor sapi betina dan dari dinding rektum dirasakan adanya tanda-tanda kebuntingan (Blakely dan Bade, 1991) dalam (Safitri, 2011). yang menyatakan bahwa diagnosis menggunakan metode ini dapat dilakukan paling cepat 35 hari setelah inseminasi dan ketepatan di atas 95% dapat diperoleh sesudah 60 hari kebuntingan. (Toelihere, 2006) dalam (Safitri,2011).


 

Penanganan Kelahiran

    Penanganan ternak melahirkan terdiri dari 3 fase yaitu sebelum , saat dan sesudah melahirkan. Ternak pada dasarnya memiliki kemampuan melihirkan sendiri tanpa bantuan manusia. Penanganan kelahiran dilakukan agar menurunkan tingkat kegagalan kelahiran dan kematian pedet setelah lahir. Induk sapi yang dapat melahirkan normal hanya diamati oleh petugas kandang, namun bila terjadi kesulitan beranak sapi tersebut akan digiring ke unit kesehatan untuk dibantu proses beranaknya. Presentasi fetus yang normal adalah kaki depan terlebih dahulu, dengan kepala berada di antaranya. Kontraksi uterus menyebabkan kaki mendorong plasenta lalu terlepaslah cairan amnion yang berperan sebagai pelumas untuk lewatnya fetus. Waktu kelahiran yang normal variasinya besar, rata-rata sekitar 30 menit tanpa pertolongan (Blakely dan Bade, 1991) dalam (Safitri,2011).

    Membantu ternak dalam melahirkan dapat dilakukan dengan cara Induk yang melahirkan normal atau eutokia diberi antibiotik (Limoxin LA) sebanyak 15 ml, hormon oxytocin sebanyak 5 ml dan vitamin A, D, E (Vitol) sebanyak 7 ml. Pedet yang baru lahir umumnya akan dijilati oleh induknya. Apabila hal tersebut tidak dilakukan oleh induk guna membantu pernafasan pedet, peternak haruslah yakin bahwa tidak ada selaput-selaput yang menutupi mulut dan lubang hidung. Pemotongan tali pusat (disisakan ±5 cm dari pangkal) dilakukan setelah pedet lahir, lalu tali pusat diberi desinfektan dan anti lalat. Pemberian yodium pada pusar pedet yang baru lahir sangat dianjurkan untuk mencegah timbulnya tetanus atau penyakit lain (Blakely dan Bade, 1991) dalam (Safitri,2011).

    Penimbangan/pencatatan berat lahir dilakukan paling lambat 24 jam setelah kelahiran dan dicatat ear tag induknya. Bobot badan pedet yang baru lahir rata-rata 20 sampai 25 kg. Pedet dipastikan mendapat kolostrum. Kolostrum yang merupakan susu khusus yang dihasilkan selama 3 hari pertama sesudah kelahiran, diperlukan oleh pedet yang baru lahir itu untuk kehidupannya. Kolostrum itu tidak saja mengandung banyak energi, mineral dan vitamin yang dibutuhkan untuk memulai kehidupan bagi pedet yang bersangkutan, tetapi juga mengandung antibodi yang merupakan pelindung terhadap kemungkinan adanya infeksi dan penyakit (Blakely dan Bade, 1991) dalam (Safitri,2011).

    Menurut Blakely dan Bade (1991), apabila kelahiran tidak juga terjadi dalam waktu sekitar 2 jam sejak permulaan munculnya "labor pain" atau tanda melahirkan, seorang dokter hewan hendaknya mulai mengamati apakah ada masalah persentasi yang tidak normal. Kasus yang umum dialami oleh induk saat melahirkan yaitu distokia. Menurut Toelihere (2006) dalam Safitri (2011), kesulitan melahirkan atau distokia merupakan salah satu kondisi kebidanan yang harus ditangani oleh dokter hewan atau bidan ternak. Penyebab distokia diantaranya sebab herediter,


 

Perawatan dan Pengamatan Biologis

Pencegahan dan pengendalian penyakit

Kesehatan ternak potong harus diperhatikan dengan baik. Kesehatan pada ternak merupakan salah satu kunci keberhasilan dalam pemeliharaan ternak sapi potong. Sapi yang sakit tidak mampu memberikan hasil yang maksimal dan sapi yang terjangkit penyakit menular produksi dagingnya tidak dapat dipasarkan karena dapat membahayakan kesehatan manusia (Sugeng, 2005) dalam (Kusumawardana,2010). Kegiatan yang dilakukan di kandang ternak potong untuk mencegah penyakit dan pengendalian penyakit diantaranya yaitu dengan sanitasi yang teratur seperti pembersihan kandang, tempat pakan, tempat minum, dan ternaknya itu sendiri. Kesehatan ternak merupakan faktor yang sangat menentukan keberhasilan usaha peternakan. Maka usaha menjaga kesehatan ternak harus menjadi salah satu prioritas utama disamping kualitas makanan dan tatalaksana yang memadai.

Menurut Agus (1993), tindakan pencegahan penyakit yang baik yaitu ternak yang dimasukan ke dalam areal peternakan harus sehat dan bebas dari penyakit, kandang harus bebas dari genangan air, vaksinasi secara teratur, sanitasi kandang, masuknya cahaya matahari ke kandang, ventilasi kandang yang baik, pemberian pakan yang baik, dan penggembalaan ternak sangat dianjurkan agar ternak dapat berolahraga dan mengendurkan oto-otot sehingga ternak menjadi sehat dan bugar.

Pemantauan dan Penanganan Ternak Sakit

    Pemantauan ternak sakit meliputi pemantauan terhadap kondisi ternak melalui pengamatan. Kondisi ternak sakit memiliki tanda berbeda-beda tergantung dari penyakit yang diderita. Misalnya penyakit diare dapat dilihat dari kondisi feses yang lembek dan cair. Penyelesaian masalah penyakit dilihat dari kondisi dan jumlah ternak yang sakit. Apabila semua ternak mengalami diare maka yang perlu dicheck adalah pakan, sanitasi dan minum. Sedangkan apabila hanya satu ternak yang sakit maka yang perlu diceck adalah ternak tersebut dan segera diberi penanganan obat.

Penyakit yang sering muncul

Penyakit yang sering muncul di kandang ternak potong diantaranya yaitu mencret, cascado, abses, scabies, cacingan, dan kembung. Gejala kembung dapat disebabkan karena pakan hijauan yang diberikan masih terlalu muda. Pada kegiatan praktikum, yang paling banyakn ditemui adalah penyakit Cascado.

Penyakit pada ternak ada yang menular dan ada yang tidak menular. Penyakit menular banyak sekali macamnya, diantaranya adalah Brucellosis (penyakit gugur kandungan menular), Tubercolosis, radang limpa atau antrax, penyakit mulut dan kuku, radang kulit karena gigitan lalat, caplak, tungau, dan cacing (parasit dalam). Penyakit tidak menular biasanya disebabkan oleh gangguan mekanis, misalnya luka-luka, gangguan kimiawi misalnya keracunan zat-zat tertentu, dan gangguan karena kelainan alat-alat tubuh (Sarwono, 1993) dalam (Safitri, 2011).

Penyakit dapat menimbulkan kerugian yang tidak sedikit bagi peternak, karena ternak bisa mati mendadak, daya produksi menurun, dan mutu hasil daging dan kulitnya menjadi rendah. Selain itu ternak yang terjangkit penyakit dapat menjadi sumber penularan terhadap ternak lain yang sehat. Sehingga dapat menyebabkan kerugian yang berlipat-lipat.

Penyakit-penyakit pada sapi antara lain anaplasmosis, anthrax, black
leg, bloat (kembung), brucelosis (penyakit bang), diare (white
scour), difteri (soremouth), penyakit mulut dan kuku, foot rot, founder, goiter (gondok), tetani rumput, penyakit Johne, ketosis, leptospirosis, lumpy
jaw, edema
malignan, mastitis, demam susu, pink
eye, pneumania, penyakit red water dan vibriosis. Penyebab penyakit anthrax adalah mikroorganisme yang disebut Bacillus
anthracis. Telah diketahui bahwa bacillus itu mampu hidup di dalam tanah sampai selama 60 tahun. Program pencegahan berupa vaksinasi tahunan yang merupakan perlindungan yang cukup baik terhadap penyakit ini (Blakely dan Bade, 1993) dalam (Safitri, 2011).

Penyakit yang sering terjangkit pada ternak yaitu diare. Diare merupakan penyakit yang disebabkan oleh bakteri Eschericia coli. Penyakit ini dapat menular apabila kebersihan kandang dan pengelolaan lingkungan yang kurang baik. Gejala klinis yang sering tampak adalah diare, dehidrasi, lesu yang dalam beberapa hari dapat mengakibatkan kematian pada pedet. Sapi yang terserang penyakit ini akan mengeluarkan feses yang banyak dan encer, bila tidak segera ditangani dapat mengakibatkan kematian. Bila pedet terserang diare akan ambruk dalam waktu 12- 24 jam. (Blakely dan Bade, 1993) dalam (Safitri, 2011).

Demam merupakan penyakit yang disebabkan adanya pengaruh perubahan suhu seperti suhu pada siang hari yang terlalu panas dan pada malam hari yang terlalu dingin. Gejala klinis penyakit yang tampak adalah suhu meningkat, nafas terlihat berat, nafas makin berkurang, keluar cairan dari mulut dan hidung dan leher sering direbahkan

Kembung (bloat) Kembung merupakan keadaan rumen (perut pertama) yang mengembang, membesar akibat kelebihan gas yang tidak bisa cepat keluar (Soedarmono dan Sugeng, 2008). Gejala yang tampak adalah lambung sebelah kiri atas membesar dan terasa kencang, pada bagian itu bila dipukul dengan jari berbunyi seperti drum akibat rentangan perut yang begitu kencang, pernafasan berat dan kontraksi rumen sangat kuat sehingga hewan sering terhuyung- huyung atau sebentar bentar berbaring dan berdiri.

Luka atau lecet Luka atau lecet merupakan penyakit yang disebabkan apabila ternak sapi terjatuh, terpeleset, terbentur benda keras ataupun terjerat tali sehingga membuat robeknya lapisan kulit. Luka atau lecet bukanlah penyakit yang berbahaya namun bila tidak segera ditangani dapat menyebabkan luka atau lecet tersebut akan membusuk dan mengeluarkan bau yang tidak sedap dan dalam jangka panjang dapat menyebabkan timbulnya parasit seperti belatung

Pengobatan ternak sakit

Penanganan yang dilakukan apabila sapi tersebut terdeteksi sakit, langkah pertama adalah memberikan obat sesuai dengan penyakit yang dideritanya. Obat-obatan yang digunakan diantaranya Vermiprazol dan valbendasol untuk obat cacing
dengan kandungannya berupa albendazole. Carbasum dan injeksi subkutan ivervet untuk obat skabies dengan kandungannya berupa carbonat sulfonamit. Norit dan diambung dengan kandungan karbon aktif dapat menyembuhkan diare dan kembung. Neokaolana dan aquaprim dengan kandungan kaolin pectin dan trimeoprom dapat mengoobati penyakit diare. B complek dan multivitamin injection merupakan vitamin ternak yang mengandung vitamin B6 B12 B1. Gusanex
dan invermektin. Novalden untuk obat analgesik, gusanex yang mengandung diclofention untuk obat anti serangga. Pada sapi kembung terdapat penanganan tersendiri. Jika sapi tersebut kembung bloat, maka menggunakan selang untuk mengeluarkan gasnya, akan tetapi apabila sapi tersebut kembung timpani, maka cukup dengan hanya ditusuk bagian perut yang kembungnya agar gasnya dapat keluar. Penanganan ternak sakit harus tanggap dan segera dilakukan, agar ternak yang sakit tersebut dapat disembuhkan dan tidak menular ke ternak lainnya yang sehat (Kusumawardana,2010).

Diare dicegah dengan cara menjaga kebersihan kandang dan lingkungan sekitar, serta dengan memberikan pakan yang baik untuk sapi. Pengobatan kasus diare ini dengan menggunakan antibiotik berupa amphoprim. Amphoprim ini berbentuk tablet dengan dosis pemberiannya tiap 30 kg bobot badan pedet diberi satu tablet tiap hari (Kusumawardana,2010).

Pencegahan penyakit demam dengan pemberian pakan yang bergizi. Pengobatannya dilakukan dengan memberikan antibiotik berupa teroxyvet dengan dosis 5-10 cc. penyakit kembung dapat dilakukan pencegahan dengan pelayuan atau penjemuran hijauan, menghindarkan pemberian pakan yang berasal dari jenis leguminosa yang terlalu banyak dan diusahakan penggembalaan ternak tidak terlalu pagi karena rumput masih basah akibat embun atau air hujan. Pengobatan dilakukan dengan menggunakan penicillin untuk membasmi bakteri penghasil gas. Jika keadaan penderita sudah parah maka dilakukan menusuk perut sebelah kiri dengan trocar dan cannula. (Kusumawardana,2010).

Luka dapat dicegah dengan mengusahakan lantai tidak licin dan pengelolaan lingkungan yang baik. Pengobatan penyakit dengan menyemprotkan antibiotik berupa gusanex atau furanex. Antibiotik tersebut juga dapat mencegah adanya lalat sekaligus untuk mengeringkan dan menandai luka atau lecet (Kusumawardana,2010).


 


 

Penanganan Limbah

Macam limbah yang dihasilkan

    Limbah yang dihasilkan di kandang milik laboratorium ternak potong, kerja, dan kesayangan ini yaitu sisa pakan, feses, dan urin. Menurut Rianto et al (2010), kotoran ternak terdiri dari feses dan sisa pakan yang tidak habis dimakan oleh sapi. Limbah khususnya di bidang peternakan dapat menimbulkan pencemaran lingkungan. Limbah yang berupa kotoran sapi (feses dan urine) dan sisa pakan ternak merupakan media penyebarluasan mikroorganisme pathogen seperti jamur, bakteri, parasit dan bibit tanaman liar yang dapat merugikan manusia maupun ternak itu sendiri. Untuk menyelesaikan masalah tersebut maka perlu diadakan penanganan dan pengolahan limbah ternak menjadi pupuk organik baik padat maupun cair. Pengolahan limbah tersebut selain untuk mengurangi atau membersihkan mikroorganisme juga dapat menjadi sumber pendapatan tambahan dari penjualan pupuk tersebut.

Penanganan dan pengolahan limbah

Penanganan limbah di kandang ternak potong tidak ada pengolahan lebih lanjut. Kotoran hanya ditampung dan dikeringkan yang kemudian nantinya akan dijual. Menurut Rianto et al (2010), setidaknya kotoran ternak bisa dimanfaatkan menjadi tiga produk bernilai, yaitu pupuk kandang, biogas, dan bioarang.

Pengolahan limbah di kandang ternak potong belum ada, karena kotoran hanya di keringkan kemudian langsung dijual. limbah dari ternak dapat dimanfaatkan menjadi beberapa produk antara lain pupuk kandang atau kompos, biogas, dan bioarang. Produk pertama, pupuk kandang, merupakan campuran dari kotoran sapi, urin, sisa pakan yang diendapkan pada suatu tempat tertentu selama beberapa waktu. Menurut Kompos merupakan hasil fermentasi atau dekomposisi dari bahan- bahan organik seperti tanaman, hewan, atau limbah organik lainnya. Kompos yang digunakan sebagai pupuk disebut pula pupuk organik karena penyusunnya terdiri dari bahan-bahan organik (Indriani, 1999) dalam (Kusumawardana, 2010).


 

PERMASALAHAN DAN SOLUSI


 

    Permasalah yang terjadi di peternakan adalah kurangnya penanganan limbah yang ada. Limbah berupa feses dan urin serta sisa pakan hanya dibuang dan beberapa dijual. Limbah peternakan dalam jumlah banyak dapat menimbulkan permasalahan lingkungan dan kesehatan ternak.Limbah dapat diolah menjadi pupuk sehingga mendapatkan nilai tambah dan mendapatkan keuntungan.


 


 


 

KESIMPULAN DAN SARAN


 

Kesimpulan

Peternakan di kandang laboratorium ilmu dan industri ternak potong tergolong peternakan breeding. Memiliki populasi ternak sebanyak 15 ekor. Kondisi BCS pada peternakan rata-rata BCS 3 dan sudah sesuai baik. Kondisi kandang terdiri dari kandang individual, kelompok serta kandang umbaran. Fasilitas sudah memenuhi persyaratan peternakan. Pemilihan bibit dan indukan telah dilakukan dengan baik. Proses perkawinan tidak menggunakan IB (inseminasi buatan). Proses IB dilakukan pada saat estrus (birahi). Tanda-tanda ternak birahi yaitu sering mengembik-ngembik tanpa sebab, menggosok-gosokkan badan pada dinding atau kayu, gelisah, nafsu makan berkurang, ekor dikibas-kibaskan, sering berkemih, bibir kemaluan agak membengkak, selaput bagian dalam agak kemerah-merahan, dan keluar lendir yang jernih.


 

                Saran

Peternakan sudah cukup baik beberapa hal yang mungkin perlu diperaiki adalah kerapian kandang terutama kondisi peralatan dan kebersihan kandang perlu dijaga. Perlu pengadaan penanganan limbah agar tidak menimbulkan pencemaran lingkungan yang dapat berakibat fatal peternakan ditutup.

                     DAFTAR PUSTAKA


 

Agus, Bambang Murdjito. 1993. Memelihara Domba. Penerbit Kanisius.Yogyakarta.

Anonim, 2013. Syarat Lokasi Peternakan. Diakses di http://epetani.deptan.go.id/budidaya/budidaya-ternak-sapi-potong-7907 pada kamis 24 April 2014.

Anonim. 2006. Modul Perkandangan. Fakultas Peternakan. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.

Blakely, James., Bade, D. H. 1991. Ilmu Peternakan. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Kusumawarana, C. 2010. Manajemen Breeding Sapi Potong Di Dinas Peternakan Dan Perikanan Kabupaten Sragen. Universitas sebelas maret.Surakarta.

Rasyid, Ainur dan Hartati. 2007. Petunjuk Teknis Perkandangan Sapi Potong. Grati Loka Penelitian Sapi Potong. Pusat Penelitian Dan Pengembangan Peternakan Badan Penelitian Dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian

Rianto, E., dan Endang, P. 2010. Panduan Lengkap Sapi Potong. Penebar Swadaya. Jakarta.

Safitri, T. 2011. Penerapan Good Breeding Practices Sapi Potong Di Pt Lembu Jantan Perkasa Serang – Banten. Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Sarwono, B. 1993. Beternak Kambing Unggul. Penebar Swadaya. Jakarta.

Siregar, B. S. 2008. Penggemukan Sapi. Penebar Swadaya. Jakarta.

Utomo, R., S.P.S. Budhi, A. Agus, C.T. Noviandi. 2008. Bahan Pakan dan Formulasi Ransum. Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.

    
 


 


 


 


 


 


 

LAMPIRAN

  1. Perkandangan


 


Foto Bangsa sapi Jawa


 


Foto Kandang Umbaran


 


Foto Sapi di Kandang Umbaran

  1. Pelengkapan dan Peralatan kandang

Foto Alat Ukur                Foto Kamar Mandi

     Foto Gudang Pakan             Foto Chooper


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 

  1. Obat – obatan


 



 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 

Foto Aquaprim                                   Foto Multivitamin

    


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 

Foto Vitamin B Kompleks         Foto Limoxin-200


 


 


 


 

PENDAHULUAN


 

Latar Belakang

    Ternak potong merupakan salah satu penghasil daging yang memiliki nilai gizi serta nilai ekonomi yang tinggi. Sejalan dengan meningkatnya jumlah penduduk, kebutuhan akan konsumsi daging di Indonesia terus meningkat setiap tahunnya. Oleh karena itu diperlukan suatu usaha yang dapat mengimbangi meningkatnya kebutuhan daging. Salah satunya adalah dengan penggemukan ternak atau feedlot. Usaha penggemukan kambing dan domba dewasa ini mempunyai kecenderungan semakin berkembang, hal ini ditandai dengan semakin banyaknya masyarakat yang mengusahakan penggemukan kambing dan domba. Prospek usaha penggemukan kambing dan domba sampai saat ini cukup menjanjikan karena laju permintaan akan daging kambing dan domba terus meningkat. Adanya permintaan pasar yang terus meningkat tersebut berpengaruh langsung terhadap pertumbuhan populasi ternak kambing dan domba.

    Di Indonesia kambing atau domba merupakan ternak ruminansia kecil yang sudah lama dikenal masyarakat. Perkembangan domba dapat dikatakan cukup pesat, karena pemeliharaan domba tidak begitu sulit, bahkan dalam skala rumah tangga biasanya kambing atau domba hanya dibiarkan begitu saja. Disamping itu keunggulan domba mempunyai toleransi yang tinggi terhadap berbagai jenis pakan dan mempunyai angka kelahiran lebih dari satu ekor. Penggemukan kambing atau domba adalah suatu aktivitas pemeliharaan kambing atau domba dewasa yang sebelumnya dalam kondisi kurus selanjutnya ditingkatkan barat badannya melalui proses pembesaran daging dalam waktu 3 sampai 5 bulan. Peningkatan berat badan dibutuhkan ditunjang melalui manajemen pemeliharaan serta ekonomi yang baik.

Kambing dan domba merupakan hewan ternak yang menjadi salah satu komoditas utama masyarakat. Masyarakat dari kalangan bawah yang memelihara dalam jumlah kecil sampai kalangan tinggi yakni dalam bentuk industri. Kambing dan domba di Indonesia merupakan hasil persilangan dari negara lain. Masa lalu domba diternakan di daerah tropika Afika dan Asia terutama untuk produksi dagingnya. Fungsi tambahan lainnya adalah untuk produksi wool, kulit, air susu dan pupuk (manure feaces).

    Praktikum acara kambing dan domba diharapkan dapat memanajemen pengelolaan komoditas kambing dan domba skala industri dengan baik. Hal ini meliputi seleksi dan pengadaan bibit, pakan, reproduksi, perawatan dan pengamanan biologis ternak, dan pengolahan limbah


 

Tujuan Praktikum

Praktikum breeding komoditas kambing dan domba bertujuan untuk mengetahui pemeliharaan ternak potong khususnya komoditas kambing dan domba dengan tujuan pemeliharaan untuk pembibitan (breeding).


 

Manfaat Praktikum

Manfaat dari praktikum breeding komoditas kambing dan domba adalah praktikan dapat mengetahui pemeliharaan ternak potong khususnya komoditas kambing dan domba dan mengetahui berbagai masalah dalam industri ternak potong tersebut serta member solusi terhadap permasalahan yang ada.


 


 


 


 


 


 


 


 


 

KEGIATAN PRAKTIKUM


 

Manajemen Perkandangan

Lokasi

Lokasi kandang ternak kambing dan domba potong berada di Kandang Laboratorium Ternak Potong, Kerja dan Kesayangan Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada, Karangmalang, Depok, Sleman. Hasil pengamatan kandang ternak kambing dan domba menunjukan bahwa lokasi kandang kurang tepat. Hal tersebut karena letaknya yang berada di tengah kota, di daerah yang ramai, dekat dengan pemukiman warga, kampus dan jalan raya. Keadaan tersebut menimbulkan suasana berisik bagi ternak.    
    Persyaratan kandang menurut Rianto (2004) adalah yang jauh dari pemukiman dan jauh dari kebisingan. Berdasarkan pengamatan kandang di fakultas peternakan kurang memenuhi standar tersebut yang dapat berakibat seperti timbulnya stress pada ternak dan limbah ternak yang dapat mengaggu penduduk sekitar. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Setiawan dan Arsa, (2005) kandang diusahakan dibangun pada lokasi yang jauh dari lingkungan pemukiman masyarakat. Lokasi sebaiknya tidak terganggu oleh tiupan angin kencang. Tiupan angin kencang akan membuat ternak mudah sakit, lemas, dan kembung.

Lokasi kandang menghadap utara sehingga cahaya matahari dapat masuk kedalam kandang. Lokasi yang berada di sekitar ladang membuat intensitas sinar matahari di kandang menjadi lebih baik. Hal ini menurut Prihatman (2000)
karena salah satu faktor terpenting dalam merancang bangunan perkandangan adalah sinar matahari. Sinar matahari pagi harus dapat dengan leluasa masuk ke dalam kandang karena dapat memberikan pengaruh terhadap tubuh ternak, yaitu memperkuat sistem kekebalan tubuh, meningkatkan produksi melatonin di malam hari, mensintesis vitamin D yang membuat penyerapan kalsium tinggi untuk membanttu tulang tumbuh dengan kuat, memperkuat sistem kardiovaskuler dan membantu proses pengeringan kandang yang lembab.

Dibandingkan dengan literatur kondisi perkandangan di Kandang Fakultas peternakan sudah memenuhi persyaratan. Namun karena kondisi jarak dengan pemukiman menimbulkan resiko ketika pengawasan limbah tidak dijaga dengan baik. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Anonim (2013), Lokasi yang ideal untuk membangun kandang adalah daerah yang letaknya cukup jauh dari pemukiman penduduk tetapi mudah dicapai oleh kendaraan.


 

Layout Kandang

    Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, diperoleh layout kandang sebagai berikut:


Gambar 2. Layout kandang

    Keterangan:

  1.  
  2. Kandang Kelinci
  3. Kandang kuda
  4. Umbaran kuda
  5. Kandang reproduksi
  6. Kandang panggung
  7. Kandang domba
  8. Kandang domba ekor tipis
  9. Dapur
  10. Gudang pakan
  11. Gudang
  12. Ruang asisten
  13. Ruang diskusi
  1. Kandang sapi dara
  2. Tempat chopping
  3. Kamar mandi
  4. Umbaran sapi
  5. Kandang sapi induk
  6. Kandang kambing
  7. Garasi
  8. Kandang domba menyusui
  9. Kandang kambing
  10. Gudang jerami
  11. Kandang kambing
  12. Ladang hijauan

    Berdasarkan hasil pengamatan pada saat praktikum diketahui bahwa layout peternakan didapat dengan cara berkeliling dan melihat sekitar kemudian digambar. Ada beberapa fasilitas yang dimiliki oleh peternakan ini meliputi dapur, gudang pakan, gudang, ruang assisten, ruang diskusi, kandang sapi dara, tempat chopping, kamar mandi, umbaran sapi, kandang sapi induk, kandang kambing, garasi, kandang domba menyusui, gudang jerami,kandang kambing, ladang hijauan.

    Berdasarkan pengamatan kondisi peternakan sudah cukup baik, namun masih kurang kebersihan dari lingkungan karena kondisi alat-alat tidak ditempatkan pada tempatnya. bangunan kandang dan perlengkapan lain disesuaikan dengan kebutuhan ternak dan rencana kedepanya. Ternak yang dibudidayakan bertujuan untuk breeding. Manajemen pemeliharaan terdiri atas kandang individu dan kelompok serta kandang umbaran. Telah tersedia lahan hijauan untuk tempat penanaman hijauan. Sudah ada tempat chopping sehingga memudahkan pencacahan hijauan.

    Fungsi layout utamanya adalah mengetahui tempat-tempat yang dituju dengan mudah tanpa harus mengitari seluruh area peternakan. Layout sangat penting bagi pengembangan peternakan dimasa depan. Melihat kondisi sekitar peternakan yang lahanya terbatas maka layout dapat digunakan untuk memaksimalkan lahan yang ada di area peternakan tersebut serta sebagai perencanaan jangka panjang. Menurut Safitri (2011), tata letak bangunan diatur dengan berdasarkan fungsinya dan jarak antar bangunan dalam peternakan yang berdekatan juga diatur agar tidak menambah resiko terjadinya perpindahan penyakit antar peternakan, membuat kandang dengan luas yang layak sesuai jumlah ternak dan ventilasi yang baik, membuat kandang isolasi bagi ternak yang sakit dan kandang karantina bagi ternak yang sehat. Mengisolasi kandang dari ganguan hama dan serangga, merancang kandang agar mudah dibersihkan dan mengunakan bahan bangunan yang aman. Akses keluar masuk peternakan dirancang agar orang yang tidak berkepentingan tidak sembarangan masuk ke areal peternakan. Dibandingkan dengan literatur diketahui bahwa kondisi peternakan sudah cukup baik

    Karakteristik Kandang

        Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, diketahui bahwa jenis kandang yang digunakan dalam komoditas kambing dan domba merupakan kandang intensif dan semiintensif yang terdiri dari kandang koloni dan kandang panggung. Dinding berasal dari bahan bambu, lantai kandang panggung terbuat dari kayu sedangkan kandang yang biasa menggunakan semen. Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, diperoleh karakteristik kandang sebagai berikut:

    Tabel 6. Karakteristik kandang Kambing dan domba

    Parameter

    Kandang

    1

    2

    3

    4

    Jenis kandang

    kelompok

    individu

    kelompok

    individu

    Atap

    genteng

    genteng

    Genteng

    genteng

    Dinding

    bambu

    bambu

    Bamboo

    bambu

    Lantai

    kayu

    tanah

    Kayu

    tanah

    Luas Lokal Kandang

    37,5 m2

    2,7 m2

    21 m2

    122,8 m2

    Luas Area Kandang

    109,2 m2

    21,25 m2

    1267,5 m2

    882 m2

    Vol. Tempat Pakan

    0,142 L

    0,021 L

    0,04 L

    0,0675 L

    Vol. Tempat Minum

    0,021 L

    0,021 L

    0,021 L

    0,021 L

    Kemiringan Selokan

    5%

    5%

    2%

    0,5%


        Berdasarkan pengukuran diketahui bahwa ukuran kandang kelompok 1 yaitu luas lokal 37,5 m2, luas area kandang 109,2 m2, volume tempat pakan 0,142 L, volume tempat minum 0,021 L, dan kemiringan selokan 5%. Ukuran kandang kelompok 2 dengan jenis kandang individu yaitu luas lokal 21 m2, luas area kandang 1267,5 m2, volume tempat pakan 0,04 L, volume tempat minum 0,021 L, dan kemiringan selokan 2%. Ukuran kandang individu beranak yaitu luas lokal 2,7m2, luas area kandang 21,25 m2, volume tempat pakan 0,021 L, volume tempat minum 0,021 L, dan kemiringan selokan 5%. Ukuran kandang individu yaitu luas lokal 122,8 m2, luas area kandang 882 m2, volume tempat pakan 0,0675 L, volume tempat minum 0,021 L, dan kemiringan selokan 0,5%.    
        Berdasarkan praktkum diketahui kemiringan masing-masing selokan adalah 5%, 5%, 2% dan 0.5% dengan jarak ukur tiap 1 meter, hal ini berarti angka kemiringan yang diketahui berdasarkan jarak yang diketahui telah mewakili total jarak sesungguhnya. Menurut Rasyid dan Hartatik (2007), Lantai kandang harus selalu terjaga drainasenya, sehingga untuk lantai kandang non litter dibuat miring kebelakang untuk memudahkan pembuangan kotoran dan menjaga kondisi lantai tetap kering. Kemiringan lantai berkisar antara 2 sampai 5 %, artinya setiap panjang lantai 1 meter maka ketinggian lantai bagian belakang menurun sebesar 2 sampai 5 cm.

        Menurut Montiel (2005), ukuran kandang berdasarkan status fisiologisnya yaitu untuk kambing dan domba umur kurang 7 bulan adalah 0,5 m2, umur 7 sampai 12 bulan 0,75 m2, umur lebih 12 bulan 1 sampai 1,5 m2 dan induk menyusui 1 m2. Jika dalam suatu unit kandang dipelihara sejumlah ternak dengan status fisiologis yang berbeda-beda, maka harus ditempatkan sesuai status fisiologisnya dengan cara menyekat beberapa ruang kandang. Lantai kandang harus diusahakan tetap bersih guna mencegah timbulnya berbagai penyakit. Kemiringan lantai kandang berbeda-beda tiap jenisnya.

    Menurut Rianto (2004), ukuran tempat pakan kambing biasanya adalah lebar dasar 25 cm, lebar atas 50 cm, tinggi 50 cm, lebar ruji tempat kepala 30 cm, dan tinggi dasar palung dari lantai 25 cm. Kandang biasanya memiliki tempat minum 1 per 3 panjang tempat pakan. Berdasarkan pengamatan tempat minum berbentuk ember. Dibandingkan dengan literatur, kondisi ukuran kandang serta kemiringan kandang sudah memenuhi syarat.

        Menurut Kusmantoro (2008), kandang dalam komoditas kambing dan domba merupakan kandang intensif dan semiintensif. Kandang intensif tersebut terdiri dari kandang domba individu, kandang kambing idividu, dan kandang kambing koloni, sedangkan kandang semiintensif terdiri dari kandang kambing dan domba umbaran. Dibandingkan dengan literatur kandang di fakultas peternakan telah memenuhi syarat sebagai kandang semi intensif dan kandang intensif.

    Floorspace merupakan luas area ternak dapat hidup dan bergerak dalam sebuah kandang. Floorspace berhubungan dengan daya tamping kandang. Kandang yang ideal memiliki luas area dengan syarat minimal ternak dapat berputas 180o. Pemilihan kandang yang ideal untuk peternakan breeding adalah dengan kandang kelompok dan memiliki area kandang umbaran. Kandang kelompok akan memudahkan proses perkawinan, serta kandang umbaran akan memberikan kesempatan ternak untuk exercise dan melakukan gerak sehingga perototan baik saat melahirkan. Jenis atap dan bahan baku yang baik untuk perusahaan adalah yang tahan terhadap cuaca serta ekonomis. Arah kandang yang baik adalah menghadap utara karena cahaya matahari dapat masuk pada pagi dan sore hari, mengakibatkan kandang menjadi nyaman untuk ternak (Safitri,2011).

    Kandang ideal dilihat dari bentuk kandangnya, bangunan kandang di fakultas peternakan berbentuk kandang panggung dan kandang lantai. Menurut Kusmantoro (2008) Model kandang panggung memiliki kelebihan dan kekurangan. Kelebihan dari kandang panggung adalah kandang menjadi lebih bersih karena kotoran jatuh ke bawah, kebersihan ternak lebih terjamin, lantai kandang selalu kering serta kuman, parasit dan jamur dapat ditekan. Beberapa kelemahannya antara lain biaya relatif mahal, resiko terperosok atau jatuh dan kandang memikul beban ternak lebih berat. Kandang umbaran jika tampak atas dapat dilihat bahwa kandang dibagi dua bagian, yaitu kandang yang tertutup oleh atap dan kandang yang tanpa atap. Kandang yang tertutup atap digunakan kambing dan domba untuk istirahat dan makan, sedangkan kandang tanpa atap digunakan ternak untuk exsercise.

    Fasilitas Pendukung dan Peralatan Kandang

    Fasilitas pendukung memiliki peranan penting dalam menjalankan usaha peternakan. Berdasarkan pengamatan pada saat praktikum, diperoleh perlengkapan kandang sebagai berikut:

    Tabel 7. Fasilitas pendukung kandang kambing dan domba

    No.

    Fasilitas

    Jumlah

    Fungsi

    1.

    Ruang asisten

    1

    Untuk diskusi asisten

    2.

    Gudang pakan

    1

    Untuk menyimpan pakan (konsentrat)

    3.

    WC

    1

    Untuk MCK

    4.

    Ruang karyawan

    1

    Untuk Istirahat karyawan

    5.

    Dapur

    1

    Untuk memasak

    6.

    Ruang chopper

    1

    Untuk memotong hijauan

    7.

    Ruang diskusi

    1

    Untuk diskusi

    Fasilitas pendukung yang ada di peternakan meliputi ruang assisten untuk diskusi assiten dan rapat. Dapur untuk memasak, gudang pakan untuk menyimpan pakan, WC untuk MCK, ruang chopper untuk memotong pakan, gudang untuk menyimpan peralatan, garasi untuk parkir kendaraan. Laboratorium ini juga memiliki lahan pastura sebagai sumber pakan hijauan bagi ternak dan gudang pakan yang diperlukan untuk menyimpan persediaan pakan seperti jerami. Kondisi fasilitas pendukung di peternakan sudah cukup baik namun fasilitas penanganan limbah belum memadai. Sebaiknya limbah dapat dimanfaatkan dan diolah dengan lebih baik lagi. Manfaat fasilitas yang ada yaitu membantu peternak dalam melaksanakan fungsi kerja peternakan.    
        Menurut Widi et al., (2008), fasilitas yang harus ada di dalam satu area peternakan meliputi kandang, lahan hijauan, gudang, jembatan timbang, instalasi pengolahan limbah, instalasi air, instalasi listrik, handling yard, kantor dan pos satpam. Peralatan lain yang penting adalah tempat pakan dan tempat minum.

    Perlengkapan kandang juga memiliki peranan penting dalam menyelengarakan usaha peternakan. Perlatan dibutuhkan untuk membantu mempermudah melakukan pekerjaan. Berdasarkan praktikum, diperoleh peralatan kandang sebagai berikut:

    Tabel 8. Perlengkapan pendukung kandang kambing dan domba

    No.

    Perlengkapan

    Jumlah

    Fungsi

    1.

    Timbangan

    2

    Untuk menimbang ternak

    2.

    Sapu

    3

    Untuk membersihkan kandang

    3.

    Gunting

    2

    Untuk memotong rambut ternak

    4.

    Catut

    1

    Untuk memotong kuku

    5.

    Ember

    6

    Untuk tempat membawa pakan

    6.

    Troley

    2

    Untuk membawa feses dan hijauan

    7.

    Garu

    3

    Untuk mengambil feses

    8.

    Sekop

    2

    Untuk mengambil feses

    9.

    Selang

     

    Untuk mengalirkan air

    10.

    Thermohygrometer

     

    Untuk mengetahui kelembaban kandang

    11.

    Meteran

     

    Untuk mengukur ternak dan kandang

    Peralatan kandang yang terdapat di kandang laboratorium Ternak Potong, Kerja dan Kesayangan diantaranya yaitu ember, skop, troli, meteran, timbangan, chopper, sapu lidi, selang air, sekop, tang pemotong kuku, dan thermohygrometer.     Peralatan antara lain sekop yang berfungsi untuk membersihkan kotoran dan mengambil pakan, sapu lidi berfungsi membersihkan kandang dari kotoran-kotoran yang ada, garutan untuk membersihkan lantai, ember untuk mengangkut pakan dan tempat air, troli untuk mobilisasi pakan, selang berfungsi untuk mengairkan air, chopper sebagai alat untuk memotong pakan, gunting untuk memotong bulu dan kuku domba, sikat untuk menyikat bulu agar bersih, timbangan untuk menimbang ternak dan thermohygrometer untuk mengukur kelembaban dan temperatur udara (Widi et al., 2008)

    Menurut Widi et al., (2008), Selain itu perlengkapan kandang yang dibutuhkan seperti tangga untuk mempermudah akses keluar masuk baik ternak maupun peternak dan bak penampungan kotoran di bawah kolong. Dibandingkan dengan literatur di kandang potong Fakultas Peternakan sudah memenuhi syarat peternakan.

    Suhu dan Kelembaban

        Suhu dan kelembaban lingkungan relative kandang diukur pada 2 waktu yang berbeda yaitu siang dan sore. Pengukuran kondisi lingkungan dilakukan menggunakan termohygrometer yang terdapat di dalam kandang. Pengukuran siang dilakukan pada pukul 13.25 WIB untuk pengukuran pada siang hari yaitu suhu 31,4ºC dan kelembaban 70% dan pada pukul 17.30 WIB untuk pengukuran sore hari dengan suhu 26,1ºC dan kelembaban 80%.

        Menurut letak geografis, faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan lokasi pemeliharaan domba dan kambing antara lain suhu lingkungan. Suhu tinggi bisa menyebabkan konsumsi pakan menurun dan berakibat pada menurunnya laju pertumbuhan dan kemampuan reproduksi. Suhu lingkungan yang terlalu dingin, ternak cenderung mengecilkan tubuh dan berdesak-desakan untuk mengurangi luas permukaan tubuh. Umumnya ternak ruminansia dapat tumbuh optimal di daerah dengan suhu ideal yaitu 17 sampai 270C. Tinggi rendahnya curah hujan di suatu lokasi berhubungan erat dengan kondisi temperatur di daerah tersebut. Tingkat kelembaban tinggi (basah) cenderung berhubungan dengan tingginya peluang bagi tumbuh dan berkembangnya parasit dan jamur. Sebaliknya, kelembaban rendah (kering) menyebabkan udara berdebu yang merupakan pembawa penyakit menular, sekaligus menyebabkan gangguan pernafasan. Kelembaban ideal bagi ternak potong adalah 60 sampai 80 % (Abidin, 2006) dalam (Fachrulozi,2008).


     

    Seleksi dan Pengadaan Bibit

    Komposisi Ternak

    Komposisi ternak dihitung berdasarkan pengamatan yang dilakukan pada saat praktikum. Diketahui komposisi ternak kambing dan domba di kandang Laboratorium Ternak Potong, Kerja, dan Kesayangan sebagai berikut:

    Tabel 9. Komposisi ternak Kambing dan domba

    Bangsa

    Cempe

    Lepas sapih

    Dewasa

    Jantan

    Betina

    Jantan

    Betina

    Jantan

    Betina

    Domba ekor tipis

    1

    3

    3

    0

    5

    13

    Domba Garut

    2

    2

    7

    2

    2

    18

    Kejobong

    0

    0

    4

    1

    1

    8

    Kambing kacang

    1

    1

    3

    3

    1

    7

    Peranakan Ettawa

    1

    2

    4

    0

    1

    14

    Komposisi ternak yang terdapat di Laboratorium Ternak Potong, Kerja, dan Kesayangan diperoleh domba ekor tipis cempe jantan 1 ekor, betina 2 ekor, lepas sapih jantan 3 ekor, dan dewasa jantan 5 ekor, betina 13 ekor. Domba garut cempe jantan dan betina masing-masing 2 ekor, lepas sapih jantan 3 ekor, dan dewasa jantan 2 ekor, betina 18 ekor. Kambing kejobong lepas sapih jantan 4 ekor, betina 1 ekor, dan dewasa jantan 1 ekor, betina 8 ekor. Kambing kacang cempe jantan dan betina masing-masing 1 ekor, lepas sapih jantan dan betina masing-masing 3 ekor, dan dewasa jantan 1 ekor, betina 7 ekor. Peranakan ettawa cempe jantan 1 ekor, betina 2 ekor, lepas sapih jantan 4 ekor, dan dewasa jantan 1 ekor, betina 14 ekor. Berdasarkan pengamatan diketahui bahwa ternak dari bangsa domba garut jumlahnya paling banyak.

    Diketahui bahwa kondisi populasi di peternakan sudah baik karena jumlah indukan betina memiliki jumlah yang paling banyak. Hal tersebut sesuai dengan tujuan peternakan sebagai usaha perbibitan atau breeding. Hal yang perlu diperhatikan adalah populasi cempe yang dihasilkan di peternakan yang siap dijual maupun sebagai replacement stock
    sehingga keberlangsungan usaha dipeternakan dapat dipertahankan.

    Pemilihan Bibit

    Berdasarkan praktikum yang dilakukan, diketahui kriteria bibit yang digunakan untuk induk antara lain adalah induk ternak tidak terlalu gemuk karena apabila terlalu gemuk dapat mengakibatkan kesulitan ternak saat melahirkan. Ternak sehat dan tidak cacat karena dapat diturunkan keketurunanya. Ternak berumur antara 1,5 sampai 2 tahun karena ternak sudah mencapai dewasa kelamin, ambing simetris berhubungan dengan kemampuan memproduksi susu dan kolostrum, mothering ability baik, umur tidak terlalu tua dan terlalu muda, bangsanya jelas karena memudahkan untuk rekording, pinggul lebar memudahkan ternak untuk melahirkan, litter size baik dan punggung rata. Kriteria bibit yang digunakan untuk pejantan antara lain adalah umur minimal 1,5 tahun, fertilitas tinggi, sehat dan tidak cacat, libido tinggi. Kondisi tubuh merupakan faktor genetik yang dapat diturunkan ke anaknya, sehingga dipilih induk jantan yang memilik postru tubuh baik. Kondisi dan testes simetris tidak terlalu naik atau turun menunjukan kondisi alat vital yang tumbuh dengan normal sebagai indikasi tidak adanya gangguan reproduksi.     
        Sifat-sifat yang perlu dipertimbangkan sebagai ternak bibit pada domba dan kambing secar umum. Ternak sudah mencapai umur pubertas/akil balig (betina 10 bulan, jantan 12 bulan). Kesuburan (subur) dan jumlah anak sekelahiran sampai disapih (2 ekor). Bobot lahir (2,2 kg), bobot sapih (12 samapai 13 kg), dan bobot badan dewasa (jantan 55 sampai 60 kg, betina 30 sampai 35 kg). Sifat keindukan (mampu menyusui, mengasuh, dan membesarkan anaknya) selain itu juga ternak memiliki bentuk tubuh yang ideal serta tidak ada cacat (Rismayanti,2010).

    Pemilihan induk tanda-tanda umum bentuk luar calon induk. Tanda umum keterangan bentuk tubuh kompak, dada dalam dan lebar, garis punggung dan pinggang lurus, bulu lunak dan mengkilat, tubuh besar tetapi tidak terlalu gemuk. Sifat keindukan penampilan jinak, sorot mata ramah kenormalan kaki kaki lurus dan tumit tinggi keadaan gigi jumlah gigi lengkap, rahang atas dan bawah rata keturunan berasal dari keturunan kembar atau beranak kembar, atau kelahiran tunggal tetapi berasal dari induk muda ambing tidak terlalu menggantung, bentuk simetris, jumlah puting dua buah (Rismayanti,2010).    

    Tanda – tanda ternak domba dan kambing jantan yang baik untuk dijadikan bibit yaitu .Memiliki tubuh besar (sesuai umurnya), sehat, relatif panjang dan tidak cacat. Memiliki dada dalam yang lebar. Memiliki kaki lurus dan kuat. Memiliki tumit yang tinggi. Memiliki penampilan yang gagah. Memiliki napsu kawinnya yang aktif dan besar. Memiliki buah zakar yang normal (2 buah yang sama besar dan kenyal). Memiliki alat kelamin kenyal dan dapat berereksi. Memiliki bulu yang bersih dan mengkilat. Sebaiknya berasal dari keturunan yang kembar. (Anonim,2013). Dibandingkan dengan literatur pemilihan ternak bakalan di kandang fakultas peternakan sudah memenuhi kriteria yang baik.

    Transportasi

        Transportasi merupakan proses pemindahan ternak dari satu tempat ketempat lain menggunakan akomodasi tertentu. Kendaraan yang digunakan untuk mengangkut ternak berupa mobil pickup dengan bak terbuka. Menurut Chambers and Grandin (2001) dalam Fachrulozi (2008), transportasi ternak sangat penting dalam dunia peternakan. Transportasi ternak dilakukan antara lain untuk keperluan pemasaran dalam jumlah yang besar, pengangkutan ke tempat pemotongan, penyediaan bibit ternak ke daerah lain, pengangkutan dari daerah yang kering ke daerah yang memiliki pakan yang bagus, dan karena perubahan kepemilikan.

        Syarat utama dalam transportasi ternak adalah cepat, nyaman dan murah. Ternak merupakan mahluk hidup yang dapat stress karena proses transportasi oleh karena itu harus cepat. Nyaman untuk ternak yaitu ternak tidak tersakiti dan masih dapat bergerak leluasa. Murah karena sebagai pertimbangan ekonomi. Menurut Richardson (2002) dalam
    Fachrulozi (2008) Cara pengangkutan sangat mempengaruhi keseimbangan dan stabilitas kambing di dalam kendaraan pengangkut. Kambing akan menjadi takut dan mengalami stress apabila di dalam kendaraan pengangkut mengalami gangguan tetutama disebabkan oleh kondisi lantai dan kandang dalam kendaraan yang kurang baik.

        Setelah ternak tiba selanjutnya ternak diistirahatkan. Menurut Sutama dan Budiarsana (2010), setelah tiba ternak langsung diistirahatkan beberapa jam. Selanjutnya, ternak diberi makan dan minum. Sangat direkomendasikan agar ternak diberi larutan air gula sebagai sumber energi. Tujuannya untuk memulihkan kondisi ternak.

    Penanganan Ternak Sebelum Program Pembibitan

    Penanganan ternak sebelum program pembibitan adalah mengidentifikasi ternak dan recording ternak. Hal ini bertujuan agar ternak tersebut terdata dengan baik sehingga dapat diketahui dengan jelas produktivitas ternak tersebut. Berdasarkan praktikum, penanganan ternak sebelum program pembibitan dibagi menjadi tiga katergori yaitu penanganan pejantan, penanganan induk, dan penanganan anak. Penanganan pejantan dilakukan dengan pemberian obat cacing setiap 3 bulan sekali, pemberian vitamin B kompleks, penimbangan, dan pemisahan kandan agar tidak terjadi perkawinan yang tidak diinginkan yaitu dengan mempunyai kualitas rendah.

    Penanganan induk adalah dengan mengidentifikasi ternak dan recording ternak, cek kesehatan ternak dengan member vitamin B kompleks dan obat cacing setelah ternak beranak, perawatan secara intensif dan sanitasi kandang yang baik. kemudian dilakukan manajemen pakan yang baik agar ternak tidak terlalu kurus dan tidak terlalu gemuk, apabila terlalu kurus akan kesulitan beranak dan jika terlalu gemuk akan sulit untuk dilakukan inseminasi buatan.

    Menurut Sudono dan Setyawan (2003), ternak betina yang terlalu kurus umumnya akan menghasilkan anak yang kondisinya lemah karena kekurangan nutrisi, sementara induk yang terlalu gemuk akan mengalami kesulitan ketika melahirkan di samping itu pemberian vitamin dan pengadaptasian ternak juga faktor penting untuk penanganan ternak sebelum program pembibitan dilaksanakan. Menurut Wiyono dan Prayogi (2007) ,sebelum program pembibitan ternak jantan dan betina sebaiknya diseleksi kembali. Ternak yang terpilih diamati dan dicatat pertimbangan tampilan yang menjadi dasar criteria seleksi dan data pendukung lainnya, sedangkan yang tidak terpilih akan digemukkan. Tahapan seleksi, yaitu pembentukan kelompok dasar, penjaringan, dan pembentukan kelompok pengembang.

    Penanganan anak dilakukan dengan pemberian obat cacing setiap 3 bulan sekali. Anak yang lahir kemudian dilakukan identifikasi, ditimbang, dan juga diberi vitamin. Penanganan terhadap pejantan, induk, dan anak terdapat sedikit perbedaam namun tujuannya tetap sama yaitu agar dapat menghasilkan bibit yang unggul.

    Penilaian Ternak

    Penilaian ternak dilakukan dengan mengamat BCS (Body Condition Score)
    Menurut Hayati et al,. (2002) body Condition Score (BCS) adalah nilai kondisi tubuh yang didasarkan pada estimasi visual timbunan lemak tubuh dibawah kulit sekitar pangkal ekor, tulang punggung, tulang rusuk dan pinggul. BCS dapat digunakan untuk memprediksi dini status kesenjangan energi sapi perah selama awal laktasi. Penilaian kondisi tubuh ternak, terutama untuk sapi perah di Indonesia masih jarang dilakukan sehingga untuk kondisi peternakan sapi perah rakyat sangat penting.


     


     

    Penilaian kambing dan domba jantan. Berdasarkan hasil pengamatan body condition skor yang dilakukan, diperoleh hasil sebagai berikut:

    Tabel 10. Penilaian kambing dan domba jantan

    Bangsa

    No. Identifikasi

    BCS

    Ciri-ciri

    Domba ekor tipis

    -

    4

    Pinggul besar, rusuk tidak terlihat

    Domba Garut

    -

    4

    Pinggul besar, rusuk tidak terlihat

    Kambing Kejobong

    -

    4

    Pinggul besar, rusuk tidak terlihat

    Kambing Kacang

    -

    4

    Pinggul besar, rusuk tidak terlihat

    Kambing Peranakan Ettawa

    -

    4

    Pinggul besar, rusuk tidak terlihat

    Hasil pengamatan menunjukkan bahwa BCS ternak jantan adalah 4 yakni dengan ciri-ciri pinggul besar, rusuk tidak terlihat, badan gemuk. Sedangkan kondisi ternak yang baik untuk breeding meliputi kondisi tubuh yang tidak terlalu kurus dan terlalu gemuk karena mempengaruhi proses kelahiran anak. Pinggul yang lebar membantu ternak mudah saat melahirkan. Kondisi tubuh ternak induk untuk breeding adalah memiliki kondisi alat reproduksi yang baik meliputi ambing yang simetris serta tanda-tanda estrus yang terlihat serta sesuai waktunya. Hal tersebut sesuai sesuai menurut Prabowo (2010), ciri-ciri ternak dengan BCS 4 yaitu badan terlihat gemuk, terlihat akumulasi lemak di pangkal ekor, rusuk tertutup daging dan membutuhkan tekanan lebih bila ingin meraba rusuk, loin eye tebal. Berdasarkan ciri-ciri yang terlihat dan dibandingkan dengan literatur menunjukkan kesesuaian.


     

    Penilaian kambing dan domba betina. Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan, diperoleh hasil sebagai berikut:

    Tabel 11. Penilaian kambing dan domba betina

    Bangsa

    No. Identifikasi

    BCS

    Ciri-ciri

    Domba ekor tipis

    4

    3

    Pinggul besar, rusuk tidak terlihat

    Domba Garut

    16

    2

    Pinggul kecil, rusuk terlihat

    Kambing Kejobong

    71

    3

    Pinggul besar, rusuk tidak terlihat

    Kambing Kacang

    4

    2

    Pinggul kecil, rusuk terlihat

    Kambing Peranakan Ettawa

    168

    2

    Pinggul kecil, rusuk terlihat

        Hasil pengamatan menunjukkan bahwa kambing dan domba dengan BCS 2 memiliki ciri-ciri pinggul kecil, rusuk terlihat. Ciri-ciri BCS 3 yaitu pinggul besar, rusuk tidak terlihat. Menurut Prabowo (2010), BCS 2 memiliki ciri-ciri kurus, rusuk masih terlihat namun tidak terlalu jelas, bagian loin eye cukup berotot, bagian pinggul terlihat bundar dari samping. BCS 3 memiliki ciri-ciri terlihat sedang, rusuk mulai tidak terlihat dan tertutup kulit dengan rapih, perototan loin penuh dan mulai tertutup lemak, bagian pinggul semakin bundar, hal ini berarti sesuai dengan literatur yang ada.

    Menurut Prabowo (2010), BCS 1 memiliki ciri-ciri tulang rusuk sangat terasa melalui kulit, tidak ada lapisan lemak, loin sangat tipis, dan terlihat sangat kurus. BCS 2 memiliki ciri-ciri kurus, rusuk masih terlihat namun tidak terlalu jelas, bagian loin eye cukup berotot, bagian pinggul terlihat bundar dari samping. BCS 3 memiliki ciri-ciri terlihat sedang, rusuk mulai tidak terlihat dan tertutup kulit dengan rapih, perototan loin penuh dan mulai tertutup lemak, bagian pinggul semakin bundar. BCS 4 terlihat gemuk, terlihat akumulasi lemak di pangkal ekor, rusuk tertutup daging dan membutuhkan tekanan lebih bila ingin meraba rusuk, loin eye tebal. BCS 5 terlihat sangat gemuk, tulang rusuk sulit diraba, loin eye tebal dan tertutup lemak, lemak mulai teras di seluruh tubuh


     

    Pakan

    Bahan Pakan

        Pakan yang diberikan di Kandang Laboratorium Ternak Potong, Kerja dan Kesayangan berupa rumput atau hijauan segar dan konsentrat. Berdasarkan praktikum yang dilakukan, diketahui bahan pakan yang diberikan sebagai berikut:

    Tabel 12. Pemberian pakan kambing dan domba

    Waktu Pemberian

    Bahan Pakan

    Jumlah

    Pagi (pukul 08.00 WIB)

    Konsentrat

    0.5 kg

    Sore (pukul 15.00 WIB)

    Rumput Gajah

    1,23 kg

        Berdasarkan identifikasi ternak diketahui sampel domba garut dengan nomor identifikasi 17 dan bobot 26 kg diberikan konsentrat 0.5 kg pada waktu pagi hari. Konsentrat yang diberikan dibeli sudah dalam bentuk jadi. Selanjutnya diberikan pakan hijauan segar berupa rumput gajah sebesar 1,23 kg per ternak per hari. Menurut Sutama dan Budiarsana (2010), pemberian pakan konsentrat harus dilakukan secara bertahap, lebih lebih pada ternak yang belum pernah diberi pakan konsentrat. Awalnya, pemberian pakan hijauan dapat mencapai 80% kemudian secara bertahap diturunkan.

        Domba merupakan ternak yang memerlukan bahan pakan berupa hijauan dalam jumlah besar, yaitu sekitar 90%. Pakan konsentrat atau pakan penguat hanya sebagai pakan tambahan saja. Hijauan dapat disediakan dengan cara mencari di alam atau dapat pula dibudidayakan.
    Berbagai jenis hijauan yaitu rumput (rumput alam, rumput gajah, setaria, rumput benggala, rumput raja, dan lain-lain). Selain itu hijauan lain yaitu leguminosa (daun lamtoro, turi, glyricidia, kaliandra, dan lain-lain). Hijauan yang berasal dari sisa hasil panen seperti daun ubi, daun nangka, jerami kacang tanah, jerami kacang kedelai, jerami jagung, dan daun pisang juga dapat digunakan sebagai pakan ternak. Pemberian pakan hijauan perlu diperhatikan imbangan antara rumput dan daun leguminosa dikaitkan dengan kondisi fisiologis ternak. (Rismayanti,2010). Dibandingkan dengan bahan pakan yang digunakan dipeternakan sudah sesuai dengan literatur dan sudah baik karena imbangan seperti hijauan dan konsentrat sudah ada.

    Metode Pemberian

        Berdasarkan praktikum yang dilakukan, diketahui metode pemberian pakan yang dilakukan pada kambing dan domba di Kandang Laboratorium Ternak Potong, Kerja dan Kesayangan adalah sebagai berikut:

    Tabel 13. Metode pemberian pakan

    Waktu Pemberian

    Bahan Pakan

    Metode Pemberian

    Pagi (pukul 08.00 WIB)

    Konsentrat

    Kering

    Sore (pukul 15.00 WIB)

    Rumput Gajah

    Chopper

        Pemberian pakan dilakukan 2 kali dalam sehari. Pagi pukul 08.00 WIB berupa konsentrat sebanyak 0,5 kg per ternak yang diberikan dalam bentuk kering, sedangkan pada sore hari pukul 15.00 WIB diberikan hijauan sebanyak 1,23 kg per ternak. Berdasarkan perhitungan kebutuhan pakan yang dilakukan terhadap domba garut dengan nomor identifikasi 17 dan bobot 26 kg, dibutuhkan hijauan sebanyak 3,46 kg. Menurut Sudarmono dan Sugeng (2011), jumlah pakan hijauan yang diberikan pada ternak domba dan kambing dewasa rata-rata 10% dari berat badan atau 4,5 sampai 5 kg per ekor per hari yang disajikan sedikit demi sedikit 2 sampai 3 kali sehari. Menurut Sutama dan Budiarsana (2010), pemberian pakan dilakukan dua kali sehari, yaitu sebagian (50%) yang diberikan di pagi hari dan dan sisanya di sore hari. Jika pemberian hijauan terpisah dengan konsentrat, sebaiknya konsentrat diberikan 1 sampai 2 jam sebelum pemberian hijauan untuk meningkatkan kecernaan pakan.

        Menurut (Rismayanti,2010), pemberian pakan pada ternak dapat dilakukan dengan cara digembalakan dan disediakan. Pemberian pakan dengan cara digembalakan dilakukan dengan melepas ternak untuk mencari pakan sendiri di padang penggembalaan selama 6 sampai 8 jam sehari. Penggembalaan dilakukan sesudah hijauan bebas dari embun dan sore hari sekitar pukul 15.00. Pakan untuk ternak yang dipelihara terus menerus dalam kandang diberikan dengan cara disediakan. Pakan yang diberikan terdiri dari hijauan, pakan penguat, dan garam atau feed supplement. Jumlah pakan hijauan yang diberikan pada domba dewasa rata-rata 10% dari berat badan atau 4,5 sampai 5 kg/ekor/hari yang disajikan sedikit demi sedikit 2-3 kali sehari. Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa jumlah pemberian pakan kambing dan domba di kandang laboratorium berada di bawah kisaran normal.


     

    Reproduksi

    Deteksi Birahi

        Deteksi birahi dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui kapan saat mengawinkan yang tepat bagi ternak sehingga ternak yang sedang birahi dapat langsung dikawinkan. Menurut Ginting (2009) Perkawinan pada induk kambing hanya dapat terjadi dalam masa birahi yang berlangsung selama 12-48 jam, sangat bervariasi antar induk. Ovulasi (pelepasan sel telur) terjadi 12-36 jam setelah birahi muncul, dan saat kawin paling tepat adalah setelah ovulasi berlangsung. Oleh karena itu, pada sistem perkawinan yang dilakukan secara terkontrol yaitu setiap individu induk telah diprogramkan atau ditetapkan untk dikawinkan dengan pejantan terseseleksi tertentu, maka apabila pada seekor induk birahi muncul pada pagi hari sebaiknya induk dikawinkan pada sore harinya, atau bila birahi timbul pada sore hari induk sebaiknya dikawinkan pada keesokan paginya.

        Menurut Ginting (2009) Menjelang masa birahi (pro-estrus) ternak lain sering mencoba menaiki induk, namun biasanya induk menunjukan reaksi penolakan. Namun, bila telah memasuki periode estrus (birahi) reasksi nduk biasanya tidak menolak, bila dinaiki oleh ternak lain dalam kelompoknya. Induk juga biasanya mengeluarkan suara yang khas seolah kelaparan atau kesakitan dan menggerakan ekor secara konsisten. Pada kebanyak induk organ vulva mengalami pembengkakan dan berwarna kemerahan. Beberapa induk sering mengeluarkan cairan dari vulva yang awalnya bening, namun berubah menjadi kental dan berwarna putih pada saat memasuki masa akhir birahi. Frekuensi urinasi (mengeluarkan air seni) akan meningkat dan bermaksud untuk menarik perhatian pejantan.

        Manfaat mengetahui deteksi birahi adalah untuk menentukan waktu yang tepat ternak untuk dikawinkan. Deteksi yang tepat dapat meningkatkan kemungkinan ternak untuk bunting sehingga memperkecil service per conception. Sebagai usaha pembibitan induk ternak diusahakan memiliki nilai s/c yang kecil.

    Perkawinan

        Penentuan saat mengawinkan adalah dengan cara dilihat ternak tersebut sudah birahi atau belum, jika sudah terlihat tanda birahi maka sebaiknya dikawinkan setelah 18 jam ciri-ciri estrus terlihat. Berdasarkan praktikum yang dilakukan, diketahui bahwa metode perkawinan yang digunakan adalah dengan kawin alami yaitu menggunakan pejantan yang ditempatkan dalam 1 kandang.

        Menurut Ginting (2009)
    pola perkawinan dalam produksi kambing dapat dilakukan melalui dua pendekatan yaitu pendekatan perkawian secara individual atau perkawinan dengan pendekatan kelompok. Pada pola perkawinan individual, maka seekor induk dikawinkan satu persatu dengan pejantan terpilih yang telah ditetapkan sebagai pemacek. Pada pola perkawinan individual ini pengamatan masa birahi oleh peternak perlu dilakukan secara cermat untuk memastikan induk akan kawin pada saat yang paling optimal (setelah ovulasi). Tingkat keberhasilan perkawinan induk dalam pola perkawinan individu ini sangat dipengaruhi oleh kemampuan peternak dalam mendeteksi waktu birahi pada induk. Dalam sistem perkawinan baik individual maupun kelompok, rasio pajantan/induk dapat mencapai 1/20-30 apabila kondisi pejantan sangat baik.

        Domba betina mencapai dewasa kelamin pada umur 6 sampai 8 bulan. Domba jantan mulai dapat dikawinkan pada umur 18 sampai 20 bulan. Domba betina mulai dikawinkan pertama kali pada umur 12 sampai 15 bulan .Siklus birahi terjadi rata-rata setiap 17 hari sekali. Lama birahi berlangsung 30 sampai 40 jam atau 1 sampai 2 hari. Saat yang paling tepat untuk mengawinkan domba yang sedang birahi ialah pada hari kedua. Lama bunting berlangsung 5 bulan atau 144 sampai 152 hari (Rismayanti,2010). Menurut Ginting (2009) Direkomendasian bahwa saat yang paling baik untuk pertama kawin adalah pada saat bobot tubuh mencapai 70-75% dari potensi bobot dewasa tubuhnya. Perkawinan pertama kali induk muda pada bobot tubuh dan umur yang tidak optimal berpotensi memiliki jumlah anak sekelahiran yang tunggal selama masa produksinya.

    Domba betina mencapai dewasa kelamin pada umur 6-8 bulan, sebaiknya perkawinan pertama dilakukan pada umur 12- 15 bulan karena telah mencapai dewasa tubuh. Masa birahi ternak domba berlangsung selama 30-40 jam atau 1-2 hari dan domba betina akan melepaskan sel telur (Ovulasi) pada akhir masa birahi. Oleh karena itu, perkawinan yang tepat harus dilakukan pada hari kedua masa birahi. Sebaiknya pejantan harus dimasukkan ke dalam kandang betina minimum 3 kali siklus birahi. Berdasarkan pengamatan diketahui bahwa model perkawinan yang dilakukan telah sesuai dengan literatur.

    Deteksi Kebuntingan

    Deteksi kebuntingan yaitu cara untuk mengetahui kebuntingan ternak. Berdasarkan praktikum yang dilakukan, diketahui ciri-ciri ternak bunting adalah perut kanan besar, hewan tenang, ambing membesar, tidak mengalami birahi, nafsu makan bertambah.Hal tersebut sesuai menurut Ginting (2009), kebuntingan pada seekor induk dapat dianggap terjadi apabila induk tidak menunjukan tanda birahi kurang lebih 3 minggu setelah terjadi perkawinan. Kebuntingan biasanya menyebabkan kapasitas saluran cerna untuk menampung pakan menurun, sehingga secara fisik menekan konsumsi pakan.

    Tanda-tanda awal kebuntingan kurang jelas untuk diamati walaupun dengan cara meraba. Tanda-tanda umum yang tampak adalah birahi berikutnya tidak timbul lagi, ternak lebih tenang, tidak suka dekat dengan pejantan, nafsu makan agak meningkat, kadang menggesekkan badannya ke dinding atau menjilati dinding kandang, pada pertengahan kebuntingan, perut nampak membesar terutama pada perut sebelah kanan dan ambing agak turun posisinya (Rismayanti,2010).

    Metode deteksi kebuntingan bermacam-macam mulai dari secara visual, palpasi rektal dan ultrasonografi. Dari metode yang ada yang paling akurat adalah metode ultrasonografi. Metode tersebut melihat langsung kedalam tubuh ternak sehingga terlihat gambaran kebuntingan dengan jelas. Kekuranganya yaitu biaya yang cukup mahal karena alat yang digunakan relative mahal dan tidak mudah digunakan.

    Penanganan Kelahiran

    Ternak yang lahir di ditangani dalam tiga tahap, yaitu penanganan ternak sebelum kelahiran, penanganan ternak pada saat kelahiran, dan penanganan ternak sesudah kelahiran. Sebelum ternak melahirkan dipindahkan ke kandang khusus beranakan 2 sampai 3 minggu sebelum melahirkan dengan alas yang diberi bedding. Kondisi kandang yang digunakan untuk melahirkan luas, bersih, dan tidak berisik. Menurut Ginting (2009), ternak yang akan melahirkan sebaiknya disiapkan kandang untuk induk-anak atau buat sekat dalam kandang untuk induk-anak. Induk yang akan melahirkan menunjukan tanda tanda seperti gelisah, menggesekan kaki di lantai,sering menoleh kebelakang, mengeluarkan cairan putih yang kental.

    Penanganan saat ternak dilakukan dengan cara peternak berada di kandang untuk memantau jalannya kelahiran agar dapat langsung memberi pertolongan apabila ternak mengalami kesulitan melahirkan. Menurut Ginting (2009), secara normal induk tidak membutuhkan bantuan untuk melahirkan, namun penting memperhatikan apakah ternak membutuhkan bantuan untuk mengeluarkan janin. Ternakn mengalami kesulitan melahirkan dapat diperkirakan terjadi apabila janin atau anak tidak dapat keluar atau dilahirkan setelah 45 sampai 60 menit setelah pecahnya ketuban.

    Penanganan ternak dilakukan dalam 3 fase yaitu sebelum, saat dan sesudah ternak melahirkan. Ternak pada dasarnya memiliki kemampuan untuk melahirkan, namun untuk menjaga agar tidak terjadi kesulitan serta mortalitas pada saat melahirkan perlu adanya penanganan dari petugas. Ada beberapa faktor yang mengakibatkan induk mengalami kesulitan melahirkan. Menurut Ginting (2009) Induk dapat mengalami kesulitan dalam melahirkan akibat posisi janin tidak normal, induk memiliki pinggul yang sempit, bobot janin terlalu besar, janin telah mati sebelum dilahirkan, atau induk dalam kondisi lemah/sakit

    Ternak yang telah lahir dilakukan penanganan khusus yang dilakukan oleh anak kandang. Penanganan dilakukan dengan cara membersihkan lendir cempe, memberi kolostrum, tali pusar dopotong dan diberi iodin, dan mengecek induk mengeluarkan susu atau tidak. Menurut Ginting (2009), penanganan segera setelah melahirkan ialah membiarkan induk menjilat anak untuk membangun hubungan (kontak) induk dan anak, sehingga induk akan mau merawat anak dengan baik dan untuk membersihkan dan mengeringkan tubuh anak dari cairan yang melekat agar dapat bernafas secara normal. Pembersihan dapat dibantu menggunakan kain yang bersih, setelah proses kelahiran berjalan dengan baik, maka tali pusar biasanya terputus pada saat induk berdiri, untuk mencegah infeksi talipusar diolesi larutan iodine. Berdasarkan pengamatan penanganan kelahiran di kandang laboratorium sudah sesuai dengan literatur yang ada.


     

    Perawatan dan Pengamanan Biologis

    Pencegahan dan Pengendalian Penyakit

        Pencegahan dan Pengendalian Penyakit yang dilakukan pada ternak kambing dan domba di Kandang Laboratorium Ternak Potong, Kerja dan Kesayangan yaitu pembersihan kandang, pemberian obat cacing, pengaturan pakan yang baik, memandikan ternak, dan sanitasi serta pencukuran bulu dan kuku. Menurut Rianto dan Endang (2010), pencegahan penyakit dapat dilakukan dengan vaksinasi ternak secara teratur, lakukan sanitasi lingkungan yang baik, lakukan desinfeksi pada kandang dan peralatan kandang, memeriksa keadaan ternak secara teratur, menjauhkan ternak dari penyakit menular.

        Menurut Rismayanti (2010), ada beberapa hal yang dapat dilakukan menjaga kesehatan ternak yaitu pemandian, pemotongan kuku dan pencukuran bulu. Kegiatan tersebut sebaiknya dilakukan teratur sehingga menjaga kesehatan ternak.
    kuku domba harus dipotong secara rutin setiap 3-6 bulan sekali.
    Mencukur bulu sebaiknya dilakukan pada domba yang telah berumur lebih dari 6 bulan dan dilakukan dua kali setahun.
    Domba sebaiknya dimandikan secara rutin seminggu sekali agar tubuhnya tidak kotor dan tidak menjadi sarang penyakit.

        Menurut Ginting (2009) Pencegahan penyakit dapat dilakukan dengan cara Pemberian vaksinasi dapat dilakukan setiap enam bulan sekali vaksinasi dapat dilakukan dengan menyuntikan obat kedalam tubuh ternak. Vaksinasi mulai dilakukan pada anak (cempe) bila telah berusia 1 bulan, selanjutnya diulangi pada usia 2-3 bulan. Vaksinasi yang biasa diberikan adalah jenis vaksin Spora (Max Sterne), Serum anti anthrax, vaksin AE, dan Vaksin SE (Septichaemia Epizootica).

        Dibandingkan dengan literatur penanganan kesehatan ternak telah sesuai namun kebersihan lingkungan kandang kurang diperhatikan. Terlihat feses di bawah kandang panggung dibiarkan menumpuk yang seharusnya di bersihkan secara rutin.

    Pemantauan Ternak Sakit

        Ternak dipantau kesehatanya secara rutin. Pemantauan penyakit meliputi diare, kembung, dan skabies. Dilihat dari ciri-ciri yang Nampak kemudian diberi penanangan. Ciri-ciri yang terlihat pada ternak yang mengalami diare adalah fesesnya yang lembek, cair seperti air. Ciri-ciri ternak yang kembung tersebut adalah perut kiri membesar. Ciri-ciri ternak yang scabies adalah adanya korengan.

        Menurut Ginting (2009), pengelolaan manajemen kesehatan ternak kambing dan domba dapat dilakukan dengan cara mengamati ternak-ternak yang ada. Penyakit skabies adalah gangguan pada permukaan kulit akibat infestasi parasit eksternal (kutu). Ciri-ciri penyakit diare ternak mengeluarkan kotoran terus-menerus. Gejala penyakit ini yaitu kambing tampak lesu, tidak mau menyusu pada induknya, suhu tubuh meninggi, dan mengeluarkan kotoran cair yang berbau busuk. Penyakit kembung, yaitu disebabkan gas didalam tubuh tidak dapat keluar sehingga menganggu proses pencernaan. Gejala penyakit ini yaitu lambung kambing membesar. DIbandingkan dengan literatur penanganan ternak sudah sesuai.

    Penyakit yang Sering Muncul

        Penyakit yang sering muncul di kandang ternak potong diantaranya yaitu diare, scabies, cacingan, dan kembung. Menurut Ginting (2009), penyakit yang sering muncul pada ternak kambing dan domba adalah skabies, diare, kembung, cacingan, dan orf atau keropeng. Penyakit diare, yaitu penyakit akut dan menular dimana ternak akan mengeluarkan kotoran terus-menerus dan apabila tidak ditanggulangi maka dapat menyebabkan ternak mati, karena kehabisan cairan. Gejala penyakit ini yaitu kambing tampak lesu, tidak mau menyusu pada induknya, suhu tubuh meninggi, dan mengeluarkan kotoran cair yang berbau busuk. Gejala infestasi cacing parasit pada ternak kambing ditandai oleh kepucatan pada lingkar putih mata, di bagian dalam mulut, di dalam bagian rectum atau vagina. Penyakit skabies adalah gangguan pada permukaan kulit akibat infestasi parasit eksternal (kutu). Penyakit ini sering juga disebut kudisan karena menyebabkan kerusakan pada permukaan kulit. Skabies sering mewabah pada kambing akibat cekaman misalnya pakan yang kurang baik jumlah maupun kualitas, kelembaban dan kepadatan kandang yang tinggi. Penyakit kembung disebabkan gas didalam tubuh tidak dapat keluar sehingga menganggu proses pencernaan. Gejala penyakit ini yaitu lambung kambing membesar.

    Penanganan Ternak Sakit dan Obat

        Penanganan ternak sakit dan obat di kandang laboratorium TPKK yaitu diberi obat-obatan yang sesuai dengan penyakit yang diderita, diantaranya vermiprazol dan valbendasol untuk obat cacing
    dengan kandungn albendazole. Carbasum dan injeksi subkutan ivervet untuk obat skabies dengan kandungan carbonat sulfonamit. Norit dan diambung dengan kandungan karbon aktif untuk diare dan kembung. Neokaolana dan aquaprim dengan kandungan kaolin pectin dan trimeoprom dapat mengoobati penyakit diare. B complek dan multivitamin injection merupakan vitamin ternak yang mengandung vitamin B1, B2, B6. Gusanex
    dan invermektin yakni obat luar untuk skabies. Novalden untuk obat analgesik.

    Menurut Ginting (2009), obat diare yaitu diberikan obat antibiotic Sulfa. Penyakit kembung diberi gula yang diseduh dengan asam. Pengendalain cacing parasit dapat dilakukan dengan memberikan anti parasit setiap 2-3 bulan sekali. Beberapa obat anti cacing parasit yang beredar dipasar antara laian adalah kalbaze, dan rintal. Penyakit orf diobati dengan cara melepas bintil dari tempatnya lalu dibubuhi larutan iodium pada bekas tuimbulnya bintil. Bintil yang telah dikelupas dapat digiling dan diberikan kepada ternak melalui mulut agar ternak menjadi lebih tahan terhadap serangan penyakit tersebut diwaktu mendatang

    Menurut Rismayanti (2010), penanganan ternak yang kembung adalah dengan pencegahan dihindarkan domba digembalakan di tempat yang rumputnya basah akibat embun pagi, jangan diberi rumput muda. Pengobatan kembung berikan larutan gula merah dan asam jawa, keluarkan gas dengan cara mengurut-urut perut domba. Penyakit cacingan dilakukan pencegahan yaitu kandang dibersihkan secara rutin dan hindari lantai menjadi becek. Domba tidak digembalakan di tempat yang tercemar telur atau larva cacing. Pengobatan ternak cacingan adalah domba diobati dengan obat cacing khusus hewan yang dijual di toko yang menjual kebutuhan peternakan. Diberikan dalam bentuk kapsul atau dalam bentuk serbuk dan dicampur air minum. Dosis pemberian sesuai anjuran.


     


     


     

    Penanganan Limbah

    Macam Limbah yang Dihasilkan

    Ternak yang dipelihara di kandang laboratorium Ternak Potong, Kerja, dan Kesayangan memiliki beberapa macam limbah atau hasil sisa yaitu sisa pakan, feses, urin, rambut dan kuku. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan diketahui belum ada pengolahan lebih lanjut. Penanganan yang dilakukan sebatas penampungan Feses dan dikeringkan yang kemudian nantinya akan dijual sedangkan limbah berupa urin dibuang dengan dialirkan lewat selokan.

    Penampungan dan pengolahan limbah

    Menurut Rianto dan Endang (2010), setidaknya kotoran ternak bisa dimanfaatkan menjadi tiga produk bernilai, yaitu pupuk kandang, biogas, dan bioarang.Pupuk kandang memiliki beberapa manfaat membantu tanah dalam penyerapan air hujan, memperbaiki kemampuan tanah dalam mengikat air, membantu tanah mengurangi erosi, memberikan lingkungan tumbuh yang baik bagi kecambah biji dan akar, merupakan sumber unsur hara bagi tanaman.

    Pengolahan limbah di kandang ternak potong belum ada, karena kotoran hanya di keringkan kemudian langsung dijual.
    limbah dari ternak dapat dimanfaatkan menjadi beberapa produk antara lain pupuk kandang atau kompos, biogas, dan bioarang. Produk pertama, pupuk kandang, merupakan campuran dari kotoran sapi, urin, sisa pakan yang diendapkan pada suatu tempat tertentu selama beberapa waktu.

    Kompos merupakan hasil fermentasi atau dekomposisi dari bahan- bahan organik seperti tanaman, hewan, atau limbah organik lainnya. Kompos yang digunakan sebagai pupuk disebut pula pupuk organik karena penyusunnya terdiri dari bahan-bahan organik (Indriani, 1999) dalam (Kusumawardana,2010).


     


     

    PERMASALAHAN DAN SOLUSI


     

        Permasalahan yang dihadapi di kandang fakultas peternakan adalah kurangnya pengolahan limbah dan hasil sisa ternak seperti feses dan urin. Sebaiknyandibuatan tempat pengolahan limbah feses dan urin untuk dijadikan pupuk karena dapat meningkatkan nilai ekonomi produk.


     


     

    KESIMPULAN DAN SARAN


     

    Kesimpulan

    Berdasarkan hasil praktikum, kandang yang digunakan adalah kandang lantai atau kandang umbaran dan kandang panggung. Umumnya kandang panggung disekat menjadi beberapa bagian sehingga sesuai dengan kebutuhan ternak. Pakan yang diberikan untuk ternak domba dan kambing ada dua macam yaitu hijauan dan konsentrat. Metode perkawinan yang dilakukan melalui kawin secara alami. Perawatan yang dilakukan meliputi perawatan kandang dan perawatan ternak. Perawatan kandang meliputi pebersihan lantai, tempat makan dan minum, sedangkan pembersihan ternak dilakukan dengan cara memandikan, memotong kuku dan pencukuran bulu. Pemeliharaan ternak sudah baik.


     

    Saran

        Praktikum sudah dilaksanakan dengan baik. Penggunaan waktu juga sudah efisien namun diharapkan kegiatan diskusi dilakukan diawal praktikum karena apabila di akhir praktikum kondisi sudah cukup lelah sehingga kurang memperhatikan.


     


     

    DAFTAR PUSTAKA


     

    Anonim, 2013. Cara memilih bibit ternak domba dan kambing yang baik. http://epetani.deptan.go.id/blog/cara-memilih-calon-bibit-ternak-domba-dan-kambing-yang-baik-bag-1-3425 . Diakses Pada minggu 9 Maret 2014.

    Fachrulozi,Alfa. 2008. Pengaruh transportasi berdasarkan jarak dan bobot badan awal terhadap persentase penyusutan bobot badan kambing peranakan etawah. Universitas Brawijaya. Malang.

    Ginting, Simon P. 2009. Pemeliharaan Induk dan Anak Kambing masa Pra-Sapih. Loka Penelitian Kambing Potong. Sumatera Utara.

    Kusmantoro. 2008. Pengembangan Ternak Sapu Potong DIY. Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta

    Kusumawardana, C. 2010. Manajemen Breeding Sapi Potong Di Dinas Peternakan Dan Perikanan Kabupaten Sragen. Universitas sebelas maret.Surakarta.

    Prabowo, 2010. Body Condition Scoring (BCS) dan Status Reproduksi Sapi. Bagian Reproduksi dan Obstetri FKH UGM. Yogyakarta.

    Prihatman, K. 2000. Proyek Pengembangan Ekonomi MasyarakatPedesaan. Bappenas. Jakarta

    Rianto, E., dan Endang, P. 2010. Panduan Lengkap Sapi Potong. Penebar Swadaya. Jakarta.

    Rianto, Edy. 2004. Kandang Kambing. Bahan Penyuluhan UNDIP. Semarang.

    Rismayanti, Y. 2010. Petunjuk Teknis Budidaya Ternak Domba. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Barat. Bptp. Jawa Barat.

    Safitri, T. 2011. Penerapan Good Breeding Practices Sapi Potong Di Pt Lembu Jantan Perkasa Serang – Banten. Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor. Bogor.

    Setiawan, T. dan Arsa, T. 2005. Beternak Kambing Perah Peranakan Ettawa. Penebar Swadaya, Jakarta.

    Sudarmono A.S. dan Sugeng Y.B. 2011. Beternak Domba. Penebar Swadaya. Jakarta

    Sudono, A., R. F. Rosdiana, dan B. S. Setiawan., 2003. Beternak Sapi Perah Secara Intensif. Agromedia Pustaka. Jakarta.

    Sutama I. K dan Budiarsana IGM. 2010. Panduan Lengkap Kambing dan Domba. Penebar Swadaya. Jakarta.

    Widi, Baliarti, Ngadiyono, Murtidjo, Budisatria. 2008. Bahan Ajar Industri Ternak Potong, Kerja, dan Kesayangan. Fakultas Peternakan UGM. Yogyakarta.

    Wiyono, B. D dan Prayogi. 2007. Sistem Pembibitan Sapi Potong. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan. Pasuruan.


     

    LAMPIRAN


     

    Gambar obat-obatan

            

    Foto Vermiprazol                       Foto Gusanex


     

            

    Foto Medoxy-L                   Foto Multivitamin Injection


     

             Foto Diambung                Foto Colibact bolus


     


     


     

    PENDAHULUAN


     

    Latar Belakang

    Usaha ternak kambing dan domba masih menjadi komoditas yang diminati banyak orang. Permintaan pasar terhadap kebutuhan kambing dan domba hidup maupun sudah dipotong cukup tinggi. Pemeliharaan kambing dan domba dilihat dari segi pakan tidak terlalu banyak dibadingkan dengan komoditas sapi. Selain itu juga harga jual kambing dan domba relaif stabil dan cenderung naik, sehingga menjadikan usaha ini memiliki prospek ekonomi yang baik.

    Kambing dan domba memiliki cakupan pasar yang luas meliputi usaha pembibitan atau pengadaan bakalan yang biasa disebut breeding serta usaha penggemukan untuk mendapatkan daging yang disebut fattening. Usaha breeding kambing dan domba masih terbilang sedikit yang menjalankan dibandingkan dengan usaha fattening. Usaha breeding membutuhkan waktu cukup lama karena produk berupa bakalan akan didapat setelah induk melahirkan anak yang telah siap sapih. Walaupun relatif lama usaha breeding memiliki selisih keuntungan yang lebih banyak dibandingkan dengan fattening. Manfaat breeding yaitu dapat meningkatkan populasi ternak, menyediakan bakalan untuk penggemukan serta dapat dikembangkan ke usaha persusuan kambing dan domba.

    Tulisan ini bertujuan untuk mengulas usaha ternak kambing dan domba dengan model peternakan tunggal. Pentingnya pengelolaan untuk mencapai efisiensi usaha yang tinggi, diperlukan pengetahuan mengenai sistem pemeliharaan ternak meliputi manajemen pengadaan bakalan, manajemen pemeliharaan serta manajemen paska panen, sehingga dapat memberikan keuntungan yang layak secara berkelanjutan.


     


     


     


     

    Tujuan Praktikum

    Tujuan dari praktikum fattening adalah untuk mengetahui cara manajemen pengadaan bakalan, manajemenn pemeliharaan, manajemen pakan, manajemen pencegahan dan perawatan ternak sakit, manajemen pengelolaan limbah, analisis usaha feedlot, dan proses pemasaran produk di perusahaan Bhumi Nararya Farm.


     

    Manfaat Praktikum

    Manfaat dari praktikum ini adalah mahasiswa mampu menganalisis kondisi peternakan yang ada, memperoleh wawasan yang lebih luas khususnya di bidang penggemukan kambing dan domba potong, serta menambah pengetahuan dan pengalaman mengenai manajemen-manajemen ternak kambing dan domba di perusahaan.


     


     


     

    KEGIATAN PRAKTIKUM


     

    PROFIL PERUSAHAAN

        Perusahaan peternakan yang digunakan pada saat praktikum bernama Bhumi Nararya Farm. Peternakan ini didirikan sejak tahun 2012 oleh pak didik di daerah Turgo, kemiri kebo, Giri kerto, Turi , Sleman, Yogyakarta. Perusahaan bergerak dalam bidang penggemukan dan pembibitan ternak domba dan kambing. Ternak yang dipelihara berbagai jenis bangsa kambing dan domba total populasi mencapai 624 ekor.

    Komposisi ternak     

        Praktikum manajemen feedlot perusahaan kambing dan domba dilaksanakan di Bhumi Nararya Farm. Menurut Baliarti, Dkk. (2013) dalam Rismayanti (2010), penggemukan ternak secara feedlot merupakan sistem penggemukan yang dilakukan dalam waktu singkat di kandang dengan komponen pakan konsentrat tinggi, yakni 70 hingga 100%. Penggunaan konsentrat yang lebih tinggi dalam ransum penggemukan secara feedlot ini bertujuan untuk mempercepat pertambahan bobot hidup dan menghasilkan konversi pakan yang lebih baik. Berdasarkan hasil praktikum data komposisi ternak di Bhumi Naraya pada berikut

    Tabel 14. Komposisi ternak

    Bangsa

    Jantan

    Betina

    Anakan

    K. Saneen

    2

    1

     

    K Boer

    5

      

    K. PE

    5

    150

     

    K. Jawarandu

    4

    50

     

    K Sapera

      

    25

    Boerja

      

    20

    Merino

    8

    25

     

    Domba Sufolk

    1

      

    Garut

    8

      

    Doper

    2

      

    Local

    200

      

    Garino

      

    50

    Senduro

    32

      

    Sulgar

    35

      

    Total

    302

    226

    95

        Berdasarkan praktikum bangsa kambing dan domba yang ada di Bhumi Naraya bervariasi mulai dari kambing saneen, boer, peranakan etawa, jawarandu, sapera, boerja kemudian domba sufolk, garut doper local, garino, senduro, sulgar . Bangsa kambing yang mendominasi adalah jenis domba local atau ekor tipis dan kambing peranakan etawa. Berdasarkan jenis kelamin didominasi oleh jenis kelamin betina. Total kambing dan sapi berjumlah 624 dengan perincian 302 ekor pejantan, 226 ekor betina dan 95 ekor anakan.

    ADG (Average Daily Gain) kambing dan domba di peternakan ini mencapai 100gr. Dibandingkan dengan kisaran normal menurut Ranjhan (1981) dalam Widi, et al., (2013) yaitu pertambahan bobot hidup harian belum dapat mencapai standar sebesar 120g. Pertambahan bobot dipengaruhi oleh konsumsi pakan, jenis pakan, bangsa serta umur ternak.


     

    Managemen Pengadaan Bakalan

    Asal Ternak

    Berdasarkan interview dengan pemilik peternakan di Bhumi Nararya Farm asal bakalan ternak berasal dari berbagai daerah seperti Tegal, Magelang, Cilacap, Wonosobo, Klaten serta Purworejo. Pembelian ternak berasal dari peternak tunggal maupun dipasar ternak. Peternakan Bhumi Nararya juga memenuhi kebutuhan ternak bakalan melalui breeding yang dilakukan sendiri oleh peternakan tersebut yang dikarenakan semakin sulitnya mendapatkan ternak bakalan untuk penggemukan kambing maupun domba.

    Lalu Lintas Ternak

    Retribusi. Ternak dibeli dari beberapa daerah kemudian dianggkut menggunakan kendaraan berupa mobil pickup. Ada retribusi setiap pembelian ternak dari pasar hewan maupun kesrawan. Biaya retribusi yang biasa dikenakan untuk perizinan pengiriman ternak sejumlah Rp 10.000 hingga 20.000 tiap ternak atau 100.000 tiap melakukan transportasi.
    Retribusi merupakan pajak yang dibayarkan untuk tiap proses transaksi ternak didaerah tertentu. Biaya retribusi berbeda-beda tergantung tempat.

        Proses penaikan dan penurunan ternak dari kendaraan. Proses penaikan dan penurunan ternak dari kendaraan menggunakan papan yang dimiringkan sehingga ternak dapat turun dengan mudah dari kendaraan. Proses penaikan dan penurunan ternak dengan cara tersebut dapat meminimalisir kecelakaan pada ternak ketika akan dimasukan kedalam mobil pickup. Apabila tidak menggunakan alat bantu biasanya dapat mengakibatkan kecelakaan pada ternak. Karena ternak tidak mampu locat dari kenadaraan ke tanah. Seharusnya, untuk menghindari terjadinya cedera pada ternak, proses penaikan maupun penurunan ternak harus menggunakan loading unit.    

        Transportasi dari Pasar ke Perusahaan. Berdasarkan pengamatan diketahui pengangkutan ternak menggunakan mobil pickup dari pasar ke perusahaan menggunakan back terbuka. Proses transportasi ternak dari pasar menuju ke perusahaan di Bhumi Nararya Farm menggunakan mobil pick up bak terbuka. Kondisi bak terbuka ini kurang baik bagi ternak karena dapat mempengarui kondisi ternak menjadi stress. Sebaiknya proses transportasi ternak lebih disesuaikan sehingga ternak menjadi nyaman. Menurut Chambers and Grandin (2001) dalam Fachrulozi (2008) Transportasi ternak sangat penting dalam dunia peternakan. Transportasi ternak dilakukan antara lain untuk keperluan pemasaran dalam jumlah yang besar, pengangkutan ke tempat pemotongan, penyediaan bibit ternak ke daerah lain, pengangkutan dari daerah yang kering ke daerah yang memiliki pakan yang bagus, dan karena perubahan kepemilikan

        Menurut Richardson (2002) dalam
    Fachrulozi (2008) Cara pengangkutan sangat mempengaruhi keseimbangan dan stabilitas kambing di dalam kendaraan pengangkut. Kambing akan menjadi takut dan mengalami stress apabila di dalam kendaraan pengangkut mengalami gangguan tetutama disebabkan oleh kondisi lantai dan kandang dalam kendaraan yang kurang baik.

        Agar ternak tidak mengalami kegelisahan selama transportasi perlu diperhatikan beberapa hal meliputi tubuh kambing dalam kondisi kering tidak basah. Kendaraan harus dilengkapi atap untuk melindungi dari panas, hujan dan menurunkan temperature lingkungan. Kepadatan kandang harus diperhatikan agar kambing tidak berdesak-desakan selama dalam transportasi (Fachrulozi, 2008). Setelah ternak tiba selanjutnya ternak diistirahatkan. Menurut Sutama dan Budiarsana (2010), setelah tiba ternak langsung diistirahatkan beberapa jam. Selanjutnya, ternak diberi makan dan minum. Sangat direkomendasikan agar ternak diberi larutan air gula sebagai sumber energi. Tujuannya untuk memulihkan kondisi ternak

    Pemilihan Bakalan

        Kriteria bakalan bagi perusahaan. Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan diketahui kriteria bakalan bagi perusahaan Bhumi Nararya adalah kepala besar (tidak lancip), dada lebar, kaki V, Mata cerah umur , umur diatas 10 bulan keatas dan jenis kelamin jantan untuk penggemukan. Dada lebar menunjukan kemamupuan ternak untuk memproduksi daging lebih banyak. Kaki V menunjukan bahwa kondisi ternak kaki sejajar dan simetris sehingga pada saat perkawinan secara alami tidak mengalami masalah. Umur 10 bulan keatas dimaksudkan agar kondisi ternak sudah mencapai dewasa kelamin dan memudahkan perawatan dan penggemukan. Ternak jantan dipilih karena kemampuan untuk memiliki berat lebih tinggi dan produksi daging lebih banyak dibanding ternak betina.

        Menurut Anonim (2013) Tanda – tanda ternak domba dan kambing jantan yang baik untuk dijadikan bibit yaitu memiliki tubuh besar (sesuai umurnya), sehat, relatif panjang dan tidak cacat.Memiliki dada dalam yang lebar kaki lurus dan kuat. Memiliki tumit yang tinggi. Memiliki penampilan yang gagah. Memiliki napsu kawinnya yang aktif dan besar. Memiliki buah zakar yang normal (2 buah yang sama besar dan kenyal). Memiliki alat kelamin kenyal dan dapat berereksi. Memiliki bulu yang bersih dan mengkilat. Sebaiknya berasal dari keturunan yang kembar. Berdasarkan literatur diketahui bahwa peternakan Bhumi Nararya Farm telah memililh bakalan yang sesuai.

        Sifat-sifat yang perlu dipertimbangkan sebagai ternak bibit pada domba dan kambing secar umum. Ternak sudah mencapai umur pubertas/akil balig (betina 10 bulan, jantan 12 bulan). Kesuburan (subur) dan jumlah anak sekelahiran sampai disapih (2 ekor). Bobot lahir (2,2 kg), bobot sapih (12 samapai 13 kg), dan bobot badan dewasa (jantan 55 sampai 60 kg, betina 30 sampai 35 kg). Sifat keindukan (mampu menyusui, mengasuh, dan membesarkan anaknya) selain itu juga ternak memiliki bentuk tubuh yang ideal serta tidak ada cacat (Rismayanti,2010).
        Pemilihan induk tanda-tanda umum bentuk luar calon induk. Tanda umum keterangan bentuk tubuh kompak, dada dalam dan lebar, garis punggung dan pinggang lurus, bulu lunak dan mengkilat, tubuh besar tetapi tidak terlalu gemuk. Sifat keindukan penampilan jinak, sorot mata ramah kenormalan kaki kaki lurus dan tumit tinggi keadaan gigi jumlah gigi lengkap, rahang atas dan bawah rata keturunan berasal dari keturunan kembar atau beranak kembar, atau kelahiran tunggal tetapi berasal dari induk muda ambing tidak terlalu menggantung, bentuk simetris, jumlah puting dua buah (Rismayanti,2010).    
        Tanda – tanda ternak domba dan kambing jantan yang baik untuk dijadikan bibit yaitu .Memiliki tubuh besar (sesuai umurnya), sehat, relatif panjang dan tidak cacat. Memiliki dada dalam yang lebar. Memiliki kaki lurus dan kuat. Memiliki tumit yang tinggi. Memiliki penampilan yang gagah. Memiliki napsu kawinnya yang aktif dan besar. Memiliki buah zakar yang normal (2 buah yang sama besar dan kenyal). Memiliki alat kelamin kenyal dan dapat berereksi. Memiliki bulu yang bersih dan mengkilat. Sebaiknya berasal dari keturunan yang kembar (Anonim,2013). Dibandingkan dengan literatur pemilihan ternak bakalan peternakan sudah memenuhi kriteria yang baik.    
    Bobot Badan dan Harga    
        Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan diketahui bahwa peternakan Bhumi Nararya Farm memiliki standar harga kambing dan domba siap jual. Harga jual meliputi factor bangsa bobot serta dijenis kelamin dan kondisi ternak saat penjualan. Harga ternak yang ada di Bhumi Nararya Farm terdapat pada table berikut :

    Tabel 15. Bobot badan dan harga ternak di Bhumi Nararya Farm

    No.

    Bangsa

    Bobot Badan (kg)

    Harga

    Keterangan

    1.

    Boer Jantan

    Boer Betina

    70

    40

    Rp. 15.000.000

    Rp. 2.500.000

    Dijual dewasa

    Dijual cempe

    2.

    Merino Jantan

    Merino Betina

    70-80

    50

    Rp. 3.500.000

    Rp. 2.000.000

    Dijual cempe
    Dijual cempe

    3.

    Peranakan Ettawa Jantan

    Peranakan Ettawa Betina

    50

    35-40

    Rp. 3.000.000

    Rp. 1.5-2 juta

    Dijual cempe
    Dijual cempe

    4.

    Senduro Jantan

    Senduro Betina

    25

    25

    Rp. 2.000.000

    Rp. 2.000.000

    Dijual cempe
    Dijual cempe

    5.

    Saanen Jantan

    Saanen Betina

    60

    20

    Rp. 12.000.000

    Rp. 4.000.000

    Dijual dewasa Dijual cempe

    6.

    Domba Garut

    35

    Rp. 1.500.000

    Dijual indukan

    Proses Transaksi yang Dilakukan Perusahaan

        Proses pembayaran secara langsung atau cash dengan daftar DP setengah kemudian ditransfer apabila dalam jumlah banyak. Jarak waktu pelunasan oleh pembeli disesuaikan dengan kesepakatan. Hal tersebut agar memudahkan proses transaksi dan menghindari hal-hal yang tidak diinginkan.


     

    Manajemen Perkandangan

    Lokasi kandang

        Lokasi Kandang peternakan Bhumi Nararya Farm Berada di desa kemiri kebo, turi sleman, Yogyakarta. Kondisi lingkungan kandang berada jauh dari pemukiman. Keadaan lingkungan terlihat bersih dan memiliki sumber air yang cukup.     
        Menurut Murtidjo (1993) dalam Kusumaningrum (2009), lokasi perkandangan harus memenuhi syarat. Kandang dibuat di daerah yang relatif lebih tinggi dari daerah sekitarnya,tidak lembab, serta jauh dari kebisingan. Aliran udara segar, terhindar dari aliran udara yang kencang . Sinar matahari pagi bebas masuk kandang, tetapi pada siang hari tidak sampai masuk ke dalam kandang. Agak jauh dari pemukiman dan masyarakat tidak merasa terganggu. Lokasi dianjurkan jauh dari sumber air minum yang dipergunakan oleh masyarakat sekitar sehingga kotoran ternak tidak mencemari, baik secara langsung maupun lewat rembesan .Usahakan lokasi kandang jauh dari tempat keramaian seperti jalan raya,

    pasar dan pabrik agar ketenangan ternak dapat terjaga
        Persyaratan kandang menurut Rianto (2004) adalah yang jauh dari pemukiman dan jauh dari kebisingan. Berdasarkan pengamatan kandang di fakultas peternakan kurang memenuhi standar tersebut yang dapat berakibat seperti timbulnya stress pada ternak dan limbah ternak yang dapat mengaggu penduduk sekitar. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Setiawan dan Arsa, (2005) kandang diusahakan dibangun pada lokasi yang jauh dari lingkungan pemukiman masyarakat. Lokasi sebaiknya tidak terganggu oleh tiupan angina kencang. Tiupan angin kencang akan membuat ternak mudah sakit, lemas, dan kembung. Dibandingkan dengan keadaan dipeternakan sudah baik dan memenuhi syarat.


     

    Layout kandang



     


     


     


     


     


     


     


     


     


     


     


     


     


     


     


     

    Gambar 3. Layout Bhumi Nararya Farm


     

     

    Keterangan :

    1. Kandang 1
    2. Kandang 2
    3. Kandang 3
    4. Kandang 4
    5. Kandang 5
    6. Kandang 6
    7. Kandang 7
    8. Kandang 8
    9. Kandang 9
    10. Kandang 10
    11. Kandang 11
    12. Pengolahan pupuk,
    13. kamar mandi,
    14. Gudang pupuk
    15. Pemandian
    16. Pengolahan pakan
    17. Gudang
    18. Ruang serbaguna dan kamar mandi
    19. Kolam ikan
    20. Kandang umbaran
    21. Bak air
    22. Rumah perah
    23. Kantor
    24. Tempat masak dan kamar mandi

        Fungsi layout utamanya adalah mengetahui tempat-tempat yang dituju dengan mudah tanpa harus mengitari seluruh area peternakan. Layout sangat penting bagi pengembangan peternakan dimasa depan. Melihat kondisi sekitar peternakan yang lahanya terbatas maka layout dapat digunakan untuk memaksimalkan lahan yang ada di area peternakan tersebut serta sebagai perencanaan jangka panjang. Menurut Safitri (2011), tata letak bangunan diatur dengan berdasarkan fungsinya dan jarak antar bangunan dalam peternakan yang berdekatan juga diatur agar tidak menambah resiko terjadinya perpindahan penyakit antar peternakan, membuat kandang dengan luas yang layak sesuai jumlah ternak dan ventilasi yang baik, membuat kandang isolasi bagi ternak yang sakit dan kandang karantina bagi ternak yang sehat. Mengisolasi kandang dari ganguan hama dan serangga, merancang kandang agar mudah dibersihkan dan mengunakan bahan bangunan yang aman. Akses keluar masuk peternakan dirancang agar orang yang tidak berkepentingan tidak sembarangan masuk ke areal peternakan. Dibandingkan dengan literatur diketahui bahwa kondisi peternakan sudah cukup baik    .
    Jenis kandang    

    Kandang memiliki peranan penting dalam pertumbuhan ternak. Kondisi kandang berbeda-beda tergantung kebutuhan ternak. Berdasarkan pengamatan pada peternakan Bhumi Nararya Farm diketahui data pengukuran kandang sebagai berikut :

    Tabel 16. Data Hasil Pengukuran Kandang

    Parameter

    Kandang

     

    1

    2

    3

    4

    Jenis kandang

    Kandang betina

    Kandang lepas sapih

    Kandang fattening

    Kandang jantan

    Atap

    Gable asbes

    Gable asbes

    Gable asbes

    Gable asbes

    Dinding

    Kayu setengah Terbuka

    Kayu setengah Terbuka

    Kayu setengah Terbuka

    Kayu setengah Terbuka

    Lantai

    Panggung kayu

    Panggung kayu

    Panggung kayu

    Panggung kayu

    Luas lokal kandang

    7 m2

    7,25 m2

    14,25 m2

    7 m2

    Luas area kandang

    164,5 m2

    164,5 m2

    164,5 m2

    164,5 m2

    Volume Tempat pakan

    0,84 m3

    0,84 m3

    0,84 m3

    0,84 m3

    Volume tempat minum

    0,014 m3

    0,014 m3

    0,014 m3

    0,014 m3

    Kemiringan kandang

    -

    -

    -

    -

    Kemiringan selokan

    32

    32

    30

    32

        Berdasarkan pengamatan pada saat praktikum jenis kandang yang digunakan pada peternakan bhumi nararya farm adalah tipe kandang panggung dengan sistem pengelompokan ternak dalam pan. Beberapa ternak dimasukan dalam satu kandang yang sama. Kandang menggunakan bahan kayu.

        Menurut Rianto (2004) Perkandangan sangat berpengaruh terhadap produktivitas ternak domba dan kambing yang dipelihara. Kandang Berguna untuk melindungi ternak dari gangguan luar misalnya panas, hujan, angina, binatang buas dan lain-lain, memudahkan pemeliharaan dan pengawasan sehari-hari dan memudahkan pengumpulan kotoran. Kandang ada 2 jenis yaitu mode lantai dan model panggung. Kandang model panggung adalah kandang yang kontruksinya panggung yaitu dibawah lantai kandang terdapat kolong. DIbandingkan dengan pengamatan kandang pada peternakan Bhumi Nararya Farm berbentuk Panggung.

    Menurut Montiel (2005), ukuran kandang berdasarkan status fisiologisnya yaitu untuk kambing dan domba umur kurang 7 bulan adalah 0,5 m2, umur 7 sampai 12 bulan 0,75 m2, umur lebih 12 bulan 1 sampai 1,5 m2 dan induk menyusui 1 m2. Jika dalam suatu unit kandang dipelihara sejumlah ternak dengan status fisiologis yang berbeda-beda, maka harus ditempatkan sesuai status fisiologisnya dengan cara menyekat beberapa ruang kandang. Lantai kandang harus diusahakan tetap bersih guna mencegah timbulnya berbagai penyakit. Kemiringan lantai kandang berbeda-beda tiap jenisnya.     
        Ukuran tempat pakan yang dibuat terpisah dapat berada di dalam atau di lluar kandang. Tempat pakan rata-rata tinggi 25cm panjang 50 dan lebar 50cm. Lebar ruji-ruji tempat kela 30cm dan tinggi dasar dari palung lantai adalah 25cm (Rianto, 2004). Berdasarkan praktikum diketahui bahwa ukuran tempat pakan dalam kisaran normal.

        Menurut Setiawan dan Arsa (2005) dalam Kusumaningrum (2009), fungsi kandang antara lain melindungi ternak dari semua gangguan yang dapat diprediksi, mempermudah kambing dalam beraktivitas sehari-hari, mempermudah peternak mengawasi, membuat kambing merasa nyaman dan terlindungi. Kandang berfungsi sebagai tempat tinggal dan istirahat bagi ternak selama dipelihara pemiliknya. Pada kandang pembesaran berfungsi untuk memelihara anak kambing setelah disapih sampai mencapai usia remaja.

        Floorspace merupakan luas area ternak dapat hidup dan bergerak dalam sebuah kandang. Floorspace berhubungan dengan daya tamping kandang. Kandang yang ideal memiliki luas area dengan syarat minimal ternak dapat berputas 180o. Pemilihan kandang yang ideal untuk peternakan breeding adalah dengan kandang kelompok dan memiliki area kandang umbaran. Kandang kelompok akan memudahkan proses perkawinan, serta kandang umbaran akan memberikan kesempatan ternak untuk exercise dan melakukan gerak sehingga perototan baik saat melahirkan. Jenis atap dan bahan baku yang baik untuk perusahaan adalah yang tahan terhadap cuaca serta ekonomis. Arah kandang yang baik adalah menghadap utara karena cahaya matahari dapat masuk pada pagi dan sore hari, mengakibatkan kandang menjadi nyaman untuk ternak (Safitri,2011).
        Kandang ideal dilihat dari bentuk kandangnya, bangunan kandang di fakultas peternakan berbentuk kandang panggung dan kandang lantai. Menurut Kusmantoro (2008) Model kandang panggung memiliki kelebihan dan kekurangan. Kelebihan dari kandang panggung adalah kandang menjadi lebih bersih karena kotoran jatuh ke bawah, kebersihan ternak lebih terjamin, lantai kandang selalu kering serta kuman, parasit dan jamur dapat ditekan. Beberapa kelemahannya antara lain biaya relatif mahal, resiko terperosok atau jatuh dan kandang memikul beban ternak lebih berat. Kandang umbaran jika tampak atas dapat dilihat bahwa kandang dibagi dua bagian, yaitu kandang yang tertutup oleh atap dan kandang yang tanpa atap. Kandang yang tertutup atap digunakan kambing dan domba untuk istirahat dan makan, sedangkan kandang tanpa atap digunakan ternak untuk exsercise


     

    Fasilitas pendukung

        Berdasarkan pengamatan pada saat praktikum diketahui bahwa fasilitas pendukung antara lain :

             Tabel 17. Fasilitas pendukung kandang

    No.

    Fasilitas

    Jumlah

    Fungsi

    1.

    Kantor

    1

    Tempat Administrasi

    2.

    Gudang Pakan

    1

    Untuk menyimpan pakan (konsentrat)

    3.

    WC

    1

    Untuk MCK

    4.

    Ruang karyawan

    1

    Untuk Istirahat karyawan

    5.

    Dapur

    1

    Untuk memasak

    6.

    Ruang chopper

    1

    Untuk memotong hijauan

    7.

    Tempat ibadah

    1

    Untuk sholat dan ibadah

    8.

    Pemandian ternak

    1

    Untuk memandikan ternak

    9.

    Pengolahan limbah

    1

    Pengolahan limbah urin dan feses

        Fasilitas pendukung yang ada di peternakan bhumi nararya farm teridiri atas kantor sebagai tempat administrasi, dan tempat pecatatan keungan serta ruang kantor. Gedung pakan sebagai tempat penyimpanan pakan. Tempat ibadah sebagai tempat ibadah yaitu ruang sholat bagi yang beragama islam. WC sebagai tempat manci cuci dan kakus. Tempat parker sebagai tempat parkir kendaraan. Tempat pengolahan limbah sebagai tempat pengolahan limbah ternak berupa feses dan penampungan urin. Pemandian ternak untuk tempat pemandian ternak.

        Menurut Widi et al., (2008), fasilitas yang harus ada di dalam satu area peternakan meliputi kandang, lahan hijauan, gudang, jembatan timbang, instalasi pengolahan limbah, instalasi air, instalasi listrik, handling yard, kantor dan pos satpam. Peralatan lain yang penting adalah tempat pakan dan tempat minum Dibandingkan dengan literatur kondisi di peternakan sudah baik dan memenuhi persyaratan. Namun untuk pos satpam belum ada namun hal tersebut belum terlalu dibutuhkan karena kondisi peternakan yang jauh dari pemukiman serta jarang orang yang datang.


     

    Perlengkapan kandang

        Berdasarkan pengamatan pada saat praktikum diketahui bahwa perlengkapan pendukung kandang antara lain :    

    Tabel 18. Perlengkapan pendukung kandang

    No.

    Perlengkapan

    Jumlah

    Fungsi

    1.

    Timbangan digital

    1

    Untuk menimbang pakan

    2.

    Ember takar

    15

    Untuk menakar pakan

    3.

    Tempat minum

    60

    Untuk wadah air minum

    4.

    Sapu

    5

    Untuk membersihkan lantai

    5.

    Sekop kotoran

    3

    Untuk mengambil feses

    6.

    Garu

    2

    Untuk mengambil feses

    7.

    Mesin Chooper

    3

    Untuk memotong pakan

    8.

    Gerobak

    4

    Mengangkut pakan

        Perlengkapan kandang terdiri dari gerobak berfungsi untuk mengangkut pakan kekandang. Ember takar untuk takaran pakan dan pengambilan pakan. Tempat minum untuk wadah air minum. Sapu untuk membersihkan lantai kandang dan lingkungan. Sendok kotoran untuk mengambil kotoran serta sekop untuk memudahkan mengambil bahan. Menurut Widi et al., (2008), Selain itu perlengkapan kandang yang dibutuhkan seperti tangga untuk mempermudah akses keluar masuk baik ternak maupun peternak dan bak penampungan kotoran di bawah kolong. Dibandingkan dengan literatur di peternakan sudah memenuhi syarat peternakan

    Lingkungan kandang

        Kondisi lingkungan kandang pada pagi hari 22oC dengan kelembaban 87%. Siang hari kondisi suhu mencapai 27oC dengan kelembaban 77%. Sore hari kondisi suhu 25oC dengan kelembaban 85% Menurut letak geografis, faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan lokasi pemeliharaan domba dan kambing antara lain suhu lingkungan. Suhu tinggi bisa menyebabkan konsumsi pakan menurun dan berakibat pada menurunnya laju pertumbuhan dan kemampuan reproduksi. Suhu lingkungan yang terlalu dingin, ternak cenderung mengecilkan tubuh dan berdesak-desakan untuk mengurangi luas permukaan tubuh. Umumnya ternak ruminansia dapat tumbuh optimal di daerah dengan suhu ideal yaitu 17 sampai 270C. Tinggi rendahnya curah hujan di suatu lokasi berhubungan erat dengan kondisi temperatur di daerah tersebut. Tingkat kelembaban tinggi (basah) cenderung berhubungan dengan tingginya peluang bagi tumbuh dan berkembangnya parasit dan jamur. Sebaliknya, kelembaban rendah (kering) menyebabkan udara berdebu yang merupakan pembawa penyakit menular, sekaligus menyebabkan gangguan pernafasan. Kelembaban ideal bagi ternak potong adalah 60 sampai 80 % (Abidin, 2006).


     

    Manajemen Pakan

    Bahan pakan yang digunakan

        Pakan yang diberikan di bhumi nararya farm berupa rumput atau hijauan segar dan konsentrat. Berdasarkan praktikum yang dilakukan, diketahui bahan pakan yang diberikan sebagai berikut :

    Tabel 19. Bahan pakan dan harga

    No.

    Jenis Bahan Pakan

    Asal

    Harga/Kg

    1.

    Onggok

    Wonogiri

    400

    2.

    Rendeng kangkung

    Malang

    2000

    3.

    Bungkil kacang

    Semarang

    2400

    4.

    Ampas kecap

    Semarang

    2500

    5.

    Ampas bir

    Tanggerang

    750

    6.

    Pollard

    Boyolali

    3000

    7.

    Mineral

    Semarang

    1500

    8.

    Vitamin

    Semarang

    4000

    9.

    Tanaman jagung

    Klaten

    800

    10.

    Kaliandra

    Sleman

    16000/30kg

        Domba merupakan ternak yang memerlukan bahan pakan berupa hijauan dalam jumlah besar, yaitu sekitar 90%. Pakan konsentrat atau pakan penguat hanya sebagai pakan tambahan saja. Hijauan dapat disediakan dengan cara mencari di alam atau dapat pula dibudidayakan.
    Berbagai jenis hijauan yaitu rumput (rumput alam, rumput gajah, setaria, rumput benggala, rumput raja, dan lain-lain). Selain itu hijauan lain yaitu leguminosa (daun lamtoro, turi, glyricidia, kaliandra, dan lain-lain). Hijauan yang berasal dari sisa hasil panen seperti daun ubi, daun nangka, jerami kacang tanah, jerami kacang kedelai, jerami jagung, dan daun pisang juga dapat digunakan sebagai pakan ternak. Pemberian pakan hijauan perlu diperhatikan imbangan antara rumput dan daun leguminosa dikaitkan dengan kondisi fisiologis ternak. (Rismayanti,2010). Dibandingkan dengan bahan pakan yang digunakan di peternakan sudah sesuai dengan literatur dan sudah baik karena imbangan seperti hijauan dan konsentrat sudah ada

    Metode pemberian pakan

        Metode Pemberian pakan disesuaikan dengan kebutuhan ternak. Terdiri atas bahan pakan berbentuk hijauan dan konsentrat. Bahan hijauan yang diberikan berupa kaliandra dan tebon jagung seberat 2 hingga 3 kilogram. Masing-masing diberikan dalam 1 kg segar dan 1 kilogram silase pada pukul 13.00. Bahan konsentrat terdiri dari onggok, ampas bis, bahan campuran dan kangkung. Konsentrat diberikan sejumlah 6 sampai 7 Ons untuk ternak penggemukan, 2 sampai 4 ons untuk ternak indukan dan 1 ons untuk ternak cempe.

        Bahan pakan diberikan dalam bentuk ransum. Di Bhumi Nararya, mereka meransum bahan pakan sendiri. Pencampuran bahan pakan menggunakan mixer horizontal. Bahan pakan diurutkan mulai dari bahan pakan yang memiliki berat jenis dan kerapatan paling tinggi hingga yang paling rendah. Di urutkan mulai dari yang basah ke paling kering. Bahan pakan dimasukan pertama dalah onggok kemudian ampas bir, kemudian kangkung (Rismayanti,2010).

        Menurut (Rismayanti,2010), pemberian pakan pada ternak dapat dilakukan dengan cara digembalakan dan disediakan. Pemberian pakan dengan cara digembalakan dilakukan dengan melepas ternak untuk mencari pakan sendiri di padang penggembalaan selama 6 sampai 8 jam sehari. Penggembalaan dilakukan sesudah hijauan bebas dari embun dan sore hari sekitar pukul 15.00. Pakan untuk ternak yang dipelihara terus menerus dalam kandang diberikan dengan cara disediakan. Pakan yang diberikan terdiri dari hijauan, pakan penguat, dan garam atau feed supplement. Jumlah pakan hijauan yang diberikan pada domba dewasa rata-rata 10% dari berat badan atau 4,5 sampai 5 kg/ekor/hari yang disajikan sedikit demi sedikit 2 sampai 3 kali sehari. Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa jumlah pemberian pakan kambing dan domba di peternakan sudah berada dalam kisaran normal

    Pengelolaan sisa pakan

        Pengelolaan sisa pakan dipeternakan bhumi nararya farm belum dapat dimanfaatkan dengan maksimal. Sisa pakan dikumpulkan dan dibuang. Kondisi tersebut masih kurang baik jika sisa pakan teralu banyak menunjukan bahwa ransum yang diberikan tidak sesuai atau melibihi kebutuhan ternak.


     

    Manajemen Pencegahan dan Perawatan Ternak Sakit

    Sanitasi kandang

        Proses sanitasi kandang di bhumi nararya farm dibersihan setiap bulan serta dilakukan disinfektan untuk membunuh bakteri dan kuman. Sanitasi kandang adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh peternak untuk kebersihan kandang dan lingkungannya. Kegiatan ini penting karena dengan keadaan kandang serta lingkungan yang bersih, maka kesehatan ternak maupun pemiliknya menjadi terjamin. Kebersihan kandang bisa diatur sesuai dengan kebutuhan sehingga lingkungan menjadi sejuk, nyaman, tidak berbau maupun lembab (Anonim,2013)

    Sanitasi ternak

        Sanitasi ternak dengan melakukan pemandian ternak serta pencukuran kuku dan rambut dilakukan secara rutin diseaikan dengan kondisi ternak. Rata-rata dalam jangka waktu 2 hingga 3 bulan.    Kebersihan ternak harus selalu bersih, karena akan berdampak kepada kesehatan ternak itu sendiri. caranya yaitu dengan memandikan ternak minimal 1 bulan sekali. Pemberian pakan dan minuman, agar kondisi ternak terjaga kesehatannya, maka ternak perlu diberikan pakan hijau dan konsentrat yang seimbang dan memenuhi kebutuhan standar gizi,disamping itu, tentu saja air minum dalam jumlah dan kualitas yang cukup (Anonim,2013)

    Sanitasi tempat pakan dan minum

        Sanitasi tempat pakan dan minum hanya dilakukan pembersihan setiap pagi. Tempat makan dibersihkan sebelum ternak diberikan pakan yang baru. Hal tersebut bertujuan agar ternak tidak memakan makanan sisa.

    Pencegahan penyakit

        Pencegahan yang dilakukan di peternakan bhumi nararya farm adalah dengan pemberian vitamin 1 bulan 1x serta pemberian obat cacing. Pencegahan dan Pengendalian Penyakit yang dilakukan pada ternak kambing dan domba di Bhumi Nararya yaitu pembersihan kandang meliputi pembersihan tempat pakan dan minum setiap pagi, pemberian obat cacing pada awal ternak masuk dan rutin 6 bulan sekali, pengaturan pakan yang baik meliputi membuang pakan yang sisa agar tidak menimbulkan penyakit, memandikan ternak, dan sanitasi serta pencukuran bulu dan kuku. Menurut Rianto dan Endang (2010), pencegahan penyakit dapat dilakukan dengan vaksinasi ternak secara teratur, lakukan sanitasi lingkungan yang baik, lakukan desinfeksi pada kandang dan peralatan kandang, memeriksa keadaan ternak secara teratur, menjauhkan ternak dari penyakit menular.

        Menurut Rismayanti (2010), ada beberapa hal yang dapat dilakukan menjaga kesehatan ternak yaitu pemandian, pemotongan kuku dan pencukuran bulu. Kegiatan tersebut sebaiknya dilakukan teratur sehingga menjaga kesehatan ternak.
    kuku domba harus dipotong secara rutin setiap 3-6 bulan sekali.
    Mencukur bulu sebaiknya dilakukan pada domba yang telah berumur lebih dari 6 bulan dan dilakukan dua kali setahun.
    Domba sebaiknya dimandikan secara rutin seminggu sekali agar tubuhnya tidak kotor dan tidak menjadi sarang penyakit.

        Menurut Ginting (2009) Pencegahan penyakit dapat dilakukan dengan cara Pemberian vaksinasi dapat dilakukan setiap enam bulan sekali vaksinasi dapat dilakukan dengan menyuntikan obat kedalam tubuh ternak. Vaksinasi mulai dilakukan pada anak (cempe) bila telah berusia 1 bulan, selanjutnya diulangi pada usia 2-3 bulan. Vaksinasi yang biasa diberikan adalah jenis vaksin Spora (Max Sterne), Serum anti anthrax, vaksin AE, dan Vaksin SE (Septichaemia Epizootica).

        Dibandingkan dengan literatur penanganan kesehatan ternak telah sesuai namun kebersihan lingkungan kandang kurang diperhatikan. Terlihat feses di bawah kandang panggung dibiarkan menumpuk yang seharusnya di bersihkan secara rutin        

    Penyakit yang sering terjadi

        Penyakit yang sering terjadi adalah kembung, cacingan, penyakit mata serta scabies.    Menurut Ginting (2009), penyakit yang sering muncul pada ternak kambing dan domba adalah skabies, diare, kembung, cacingan, dan orf atau keropeng. Penyakit diare, yaitu penyakit akut dan menular dimana ternak akan mengeluarkan kotoran terus-menerus dan apabila tidak ditanggulangi maka dapat menyebabkan ternak mati, karena kehabisan cairan. Gejala penyakit ini yaitu kambing tampak lesu, tidak mau menyusu pada induknya, suhu tubuh meninggi, dan mengeluarkan kotoran cair yang berbau busuk. Gejala infestasi cacing parasit pada ternak kambing ditandai oleh kepucatan pada lingkar putih mata, di bagian dalam mulut, di dalam bagian rectum atau vagina. Penyakit skabies adalah gangguan pada permukaan kulit akibat infestasi parasit eksternal (kutu). Penyakit ini sering juga disebut kudisan karena menyebabkan kerusakan pada permukaan kulit. Skabies sering mewabah pada kambing akibat cekaman misalnya pakan yang kurang baik jumlah maupun kualitas, kelembaban dan kepadatan kandang yang tinggi. Penyakit kembung disebabkan gas didalam tubuh tidak dapat keluar sehingga menganggu proses pencernaan. Gejala penyakit ini yaitu lambung kambing membesar

    Penanganan ternak sakit

        Penanganan ternak sakit adalah dengan diobati oleh dokter hewan namun apabila tidak dapat ditangani kemudian akan dipotong. Menurut Ginting (2009), obat diare yaitu diberikan obat antibiotic Sulfa. Penyakit kembung diberi gula yang diseduh dengan asam. Pengendalain cacing parasit dapat dilakukan dengan memberikan anti parasit setiap 2-3 bulan sekali. Beberapa obat anti cacing parasit yang beredar dipasar antara laian adalah kalbaze, dan rintal. Penyakit orf diobati dengan cara melepas bintil dari tempatnya lalu dibubuhi larutan iodium pada bekas tuimbulnya bintil. Bintil yang telah dikelupas dapat digiling dan diberikan kepada ternak melalui mulut agar ternak menjadi lebih tahan terhadap serangan penyakit tersebut diwaktu mendatang

        Menurut Rismayanti (2010), penanganan ternak yang kembung adalah dengan pencegahan dihindarkan domba digembalakan di tempat yang rumputnya basah akibat embun pagi, jangan diberi rumput muda. Pengobatan kembung berikan larutan gula merah dan asam jawa, keluarkan gas dengan cara mengurut-urut perut domba. Penyakit cacingan dilakukan pencegahan yaitu kandang dibersihkan secara rutin dan hindari lantai menjadi becek. Domba tidak digembalakan di tempat yang tercemar telur atau larva cacing. Pengobatan ternak cacingan adalah domba diobati dengan obat cacing khusus hewan yang dijual di toko yang menjual kebutuhan peternakan. Diberikan dalam bentuk kapsul atau dalam bentuk serbuk dan dicampur air minum. Dosis pemberian sesuai anjuran


     

    Manajemen Penanganan Limbah

    Metode pengolahan limbah

        Metode pengolahan limbah yaitu feses yang djual langsung tidak diolah. Urin ditampung untuk dijual sebagai bahan pupuk cair dan sisa woll dijual kepada yang membutuhkan. Menurut Rianto dan Endang (2010), setidaknya kotoran ternak bisa dimanfaatkan menjadi tiga produk bernilai, yaitu pupuk kandang, biogas, dan bioarang.Pupuk kandang memiliki beberapa manfaat membantu tanah dalam penyerapan air hujan, memperbaiki kemampuan tanah dalam mengikat air, membantu tanah mengurangi erosi, memberikan lingkungan tumbuh yang baik bagi kecambah biji dan akar, merupakan sumber unsur hara bagi tanaman.

        Hal paling utama dalam pengolahan limbah peternakan berupa feses dapat dijadikan pupuk kompos. Kompos merupakan hasil fermentasi atau dekomposisi dari bahan- bahan organik seperti tanaman, hewan, atau limbah organik lainnya. Kompos yang digunakan sebagai pupuk disebut pula pupuk organik karena penyusunnya terdiri dari bahan-bahan organik (Indriani, 1999) dalam (Kusumawardana,2010).


     

    Analisis Usaha Feedlot

        Diketahui berat awal bakalan (Domba) 10 kg dengan harga hidup Rp 40.000/Kg dengan waktu pemeliharaan 5 bulan. Biaya pakan dan tenaga perekor perhari yaitu Rp 1.200. Biaya obat-obatan dan vitamin 23.000/Bulan. ADG Kambing 100 gr, Karkas 55% dengan harga karkas Rp 45.000.     

    Tentukan Output :    

    Berat AKhir = Berat awal + (Lama waktu pemeliharaan) X ADG
        = 10kg + 150 hari X 100 gr
        = 25kg

    Output hidup = Harga Bakalan + Lama Pemelihara x Biaya per Hari
                + Bulan x Biaya Obat
        = 10 x 40.000 + 150 x 1200 + 5 x 23.000
        = 400.000 + 295.000
        = 695.000

    Input Hidup : 25kg x 40.000 = 1.000.000
    Input Potong =Harga Bakalan + 55% x Berat Akhir = 55% x 25 kg
        = 13,75 kg x 45.000
        = Rp 618.750

    Keuntungan ; Input – Output.

    Input hidup = 1.000.000 – 695.000 = 305.000
    Input Potong = 618.750 – 695.000 = -76250

    Jadi, untung dijual hidup dari pada dijual dalam bentuk yang sudah dipotong.


     

    Manajemen Penanganan Pasca Panen

    Proses Pemasaran Produk

    Produk yang dihasilkan. Produk yang dihasilkan di peternakan ini terdiri dari kambing penggemukan dengan harga jual Rp 40.000 hingga Rp 45.000 per kilogram. Anakan cempe lepas sapih dijual dengan harga Rp 700.000 hingga 1 juta rupiah. Produk hasil limbah juga dihargai seperti feses dengan harga tiap karung Rp 20.000 dan urin Rp 500/Liter.

    Metode pemasaran produk. Berdasarkan diskusi bersama pemiliki peternakan diketahui bahwa metode pemasaran produk dilakukan secara langsung melalui direct selling. Pemasaran produk juga menggunakan fasilitas internet seperti website online dan facebook. Pemasaran lain yaitu dalam forum sesama peternak. Penawaran produk kepada peternak lain yang membutuhkan anakan kambing atau cempe dalam jumlah banyak.


     

    PERMASALAHAN DAN SOLUSI


     

        Permasalahan yang dihadapi adalah peningkatan ADG ternak terbilang rendah, serta penanganan kelahiran ternak yang harus lebih diperhatikan. Bahwa ADG (Average Daily Gain) dalam usaha penggemukan atau feedlot memegang peranan penting yaitu terhadap hasil produksi daging. Hal yang dapat dilakukan yaitu dengan pengaturan pakan menggunakan ransum yang seimbang dengan daya cerna bahan pakan yang baik diharapkan dapat menjadi solusi agar peningkatan ADG dapat leih baik. Pemilihan bibit ternak perlu diperhatikan karena ADG dapat dipengaruhi oleh jenis kelamin, umur serta kondisi kesehatan ternak.


     


     

    KESIMPULAN DAN SARAN


     

    Kesimpulan

        Berdasarkan hasil praktikum yang dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa peternakan Bhumi Nararya telah memiliki standar peternakan meliputi lokasi dan perkandangan, manajemen ternak, kesehatan dan reproduksi, penganangan limbah serta pemasaran yang baik. Pengadaan bakalan dilakukan dengan metode breeding dari indukan yang telah terseleksi. Metode pemasaran sudah baik.Pengolaham limbah telah ditangani dengan pengolahan limbah.


     

    Saran

        Praktikum sudah cukup baik dilakukan. Pembagian waktu juga sudah baik. Namun, sebagai praktikan sebaiknya lebih aktif bertanya kepada peternak untuk mendapatkan data dengan valid. Serta, data-data yang masih dihitung sendiri sebaiknya dihitung sendiri dan bertanya sebagai konfirmasi.


     

    DAFTAR PUSTAKA


     

    Anonim, 2013. Cara memilih bibit ternak domba dan kambing yang baik. http://epetani.deptan.go.id/blog/cara-memilih-calon-bibit-ternak-domba-dan-kambing-yang-baik-bag-1-3425 . Diakses Pada minggu 9 Maret 2014.

    Fachrulozi,Alfa. 2008. Pengaruh transportasi berdasarkan jarak dan bobot badan awal terhadap persentase penyusutan bobot badan kambing peranakan etawah. Universitas Brawijaya. Malang.

    Ginting, Simon P. 2009. Pemeliharaan Induk dan Anak Kambing masa Pra-Sapih. Loka Penelitian Kambing Potong. Sumatera Utara.

    Kusumaningrum, B.I., 2009. Kajian Kualitas Ransum Kambing Peranakan Ettawa Di Balai Pembibitan Dan Budidaya Ternak Ruminansia Kendal. Universitas Diponegoro. Semarang

    Kusumawardana, C. 2010. Manajemen Breeding Sapi Potong Di Dinas Peternakan Dan Perikanan Kabupaten Sragen. Universitas sebelas maret.Surakarta

    Rianto, Edi. 2004. Kandang Kambing. Bahan Penyuluhan di kecamatan ungaran kabupaten semarang. Lembaga pengabdian masyarakat. Universitas Diponegoro. Bandung.

    Rismayanti, Y. 2010. Petunjuk Teknis Budidaya Ternak Domba. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Barat. Bptp. Jawa Barat.

    Setiawan, T. dan Arsa, T. 2005. Beternak Kambing Perah Peranakan Ettawa. Penebar Swadaya, Jakarta.

    Sutama I. K dan Budiarsana IGM. 2010. Panduan Lengkap Kambing dan Domba. Penebar Swadaya. Jakarta.

    Widi, Baliarti, Ngadiyono, Murtidjo, Budisatria. 2008. Bahan Ajar Industri Ternak Potong, Kerja, dan Kesayangan. Fakultas Peternakan UGM. Yogyakarta


     


     

    LAMPIRAN


     


    Foto Proses Chopping hijauan


     


     


     



     


     


     


     


     


     


     


     


     


     


     

    Foto Lokasi Bhumi Nararya Farm


     


     


     


    Foto Kandang di Bhumi Nararya Farm


     

    KARTU PRAKTIKUM

Post a Comment for "LAPORAN PRAKTIKUMINDUSTRI TERNAK POTONG"