Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

LAPORAN PRAKTIKUMILMU HIJAUAN DAN MAKANAN TERNAKGERMINASI SIAP JEMUR

LAPORAN PRAKTIKUM

ILMU HIJAUAN DAN MAKANAN TERNAK

GERMINASI


 


 



 


 

Disusun oleh :

Kelompok
IV

Tutik Fitriana            PT/05992

Gangga Murcita W.        PT/06196

Yahya Muhaimin        PT/06006

Erlinawati Rismatul S.        PT/05989    

Muhammad Taufiq        PT/05923


 

Asisten : Absharina Nur Sabila


 


 

LABORATORIUM HIJAUAN MAKANAN TERNAK DAN PASTURA BAGIAN NUTRISI DAN MAKANAN TERNAK

FAKULTAS PETERNAKAN

UNIVERSITAS GADJAH MADA

YOGYAKARTA

2013


 

PENDAHULUAN


 

Tumbuhan atau tanaman termasuk tanaman pakan memiliki beberapa cara untuk berkembang biak, yaitu secara vegetatif dan generatif. Secara vegetatif misalnya dengan cara stek batang, stek daun, rizhoma. Sedangkan secara generatif tumbuhan berkembang melalui bunga sebagai alat kelamin yang akan melakukan penyerbukan untuk mengahsilkan buah dan biji. Perkembangan melalui biji pun harus mendapatkan kondisi yang tepat agar biji dapat tumbuh dengan baik.

Indonesia sebagai negara tropis memiliki curah hujan dan kelembaban yang cukup tinggi. Hal ini sangat cocok untuk pertumbuhan atau perkecambahan biji Sehingga tidak terlalu susah untuk menumbuhkan tanaman di tempat ini. Perkembangan tanaman melalui biji ini cukup membantu peternak dalam menyediakan pakan hijauan yang sangat dibutuhkan oleh ternak. Terutama di Indonesia, sebagai daerah tropis memiliki rumput jenis C4 karena intensitas sinar matahari yang lebih banyak apabila dibandingkan dengan daerah subtropis, yaitu rumput C3. Rumput C4 tidak memiliki cukup protein seperti pada rumput C3, sehingga ternak di Indonesia membutuhkan asupan nutrisi lebih untuk menambah protein. Salah satunya adalah dengan penambahan legum pada pakan hijuan. Legum adalah tanaman kacang-kacangan dengan hasil utama adalah biji yang dapat dikembangkan secara generatif yang dimulai dari germinasi atau perkecambahan biji.

legum adalah karena mengingat kebutuhan ternak yang cukup tinggi. Jumlah ternak di Indonesia dari tahun ke tahun mengalami peningkatan akibat permintaan pasar yang terus naik. Kualitas biji yang baik tentunya akan mempengaruhi kualitas tanaman yang tumbuh. Sehingga dapat diperoleh hijauan dengan kualitas yang baik dalam jumlah yang diharapkan.

    Germinasi sangat penting bagi pertumbuhan dan perkembangan pakan khususnya di Indonesia. lahan yang sempit diharapkan mampu menghasilkan pakan yang cukup.


 


 


 


 

ACARA

GERMINASI

    

Tinjauan Pustaka

Germinasi

Perkecambahan (germination) merupakan tahap awal perkembangan suatu tumbuhan, khususnya tumbuhan berbiji. Dalam tahap ini, embrio di dalam biji yang semula berada pada kondisi dorman mengalami sejumlah perubahan fisiologis yang menyebabkan ia berkembang menjadi tumbuhan muda. Tumbuhan muda ini dikenal sebagai kecambah. Kecambah adalah tumbuhan (sporofit) muda yang baru saja berkembang dari tahap embrionik di dalam biji. Tahap perkembangan ini disebut perkecambahan dan merupakan satu tahap kritis dalam kehidupan tumbuhan. (Amaturrahim dan Aisyah,2013).

Germinasi atau pertunasan biji adalah suatu proses yang melibatkan metabolisme, respirasi, dan hormonal. Mula-mula, biji kering menyerap air untuk memulai pemecahan enzimatis cadangan metabolit. Selama germinasi, cadangan makanan (protein, lemak dan minyak) dimetabolisme untuk memperoleh energi (ATP), juga DNA dan RNA. RNA dibutuhkan untuk produksi enzim hidrolitik tertentu seperti amilase, protease dan lipase. Hasil dari proses biokimia dan enzimatik ini adalah produksi sel baru dan pembentukan jaringan baru yang mengawali pertumbuhan dan perkembangan embrio menjadi kecambah (Su'i,2010).

Perkecambahan biji terjadi dalam lima tahap. Tahap pertama dimulai dengan penyerapan air oleh biji. Biji mulai lunak dan terjadi hidrasi dari protoplasma. Tahap kedua dimulai dengan kegiatan-kegiatan sel dan enzim-enzim serta naiknya tingkat respirasi biji. Tahap ketiga adalah tahap penguraian bahan-bahan seperti karbohidrat, lemak, dan protein menjadi bentuk-bentuk terlarut dan ditranslokasikan ke titik tumbuh. Tahap keempat merupakan asimilasi dari bahan-bahan yang telah diuraikan tadi ke daerah meristematik untuk menghasilkan energi untuk pembentukan komponen dan pertumbuhan sel-sel baru. Tahap kelima dalah proses pembelahan, pembesaran, dan pembagian sel-sel pada titik tumbuh, tahap ini merupakan tahap pertumbuhan dan perkecambahan terakhir (Sutopo, 1993).

Dormansi adalah masa istirahat, artinya kemampuan biji untuk menangguhkan perkecambahannya sampai pada saat dan tempat yang mengguntungkan baginya untuk tumbuh.Hal yang menyebabkan terjadinya dormansi yaitu adanya rudimentary embryo. Di dalam keadaan seperti ini, embrio belum mencapai tahap kematangan (immature
embryo) sehingga memerlukan waktu untuk siap berkecambah. (Amaturrahim dan Aisyah,2013).

Faktor lain yang cukup menentukan terhadap keberhasilan perkecambahan adalah faktor kematangan biji (seed maturity). Adapun faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap proses perkecambahan yaitu air, udara, temperatur, cahaya, dan zat kimia yang mendukung pada proses perkecambahan.Air adalah salah satu faktor lingkungan yang sangat diperlukan dalam perkecambahan. Adanya air sangat penting untuk aktivitas enzim dan penguraiannya, translokasi dan untuk keperluan fisiologis lainnya. (Amaturrahim dan Aisyah,2013).

Kelembapan harus memadai yang secara relatif dibutuhkan sebagai tahap awal dari perkecambahan. Air membantu lapisan biji dan memfasilitasi pergerakan oksigen ke dalam biji sehingga air merupakan media dimana material berpindah dari satu bagian biji ke bagian lainnya yang dibutuhkan tumbuhan seperti pencernaan makanan dan pernafasan. Jika kecukupan kuantitas oksigen tidak terpenuhi, respirasi akan dikurangi dan energi yang diperlukan untuk menumbuhkan embrio berkurang. Jarak temperatur untuk perkecambahan bervariasi, namun perkecambahan biji yang terbaik terjadi pada suhu 650 F sampai 830 F. (Johnson,W.H., 1995) dalam (Amaturrahim dan Aisyah,2013).

Metode germinasi

Imbibisi air merupakan proses awal perkecambahan. Air yang masuk diserap oleh biji berguna untuk melunakkan kulit biji dan menyebabkan pengembangan embrio dan endosperm. Kuantitas (tingkat energi), kualitas (warna atau panjang gelombang) dan lamanya penyinaran (fotoperiode) dalam daur harian atau musiman mempunyai pengaruh nyata terhadap perkecambahan. Umumnya cahaya, untuk merangsang pertumbuhan mempunyai tingkat energi yang rendah. Proses perkecambahan sangat responsif terhadap temperatur. Bermacam-macam biji mempunyai tiga titik-titik kardinal, yaitu temperatur minimum, temperatur optimum, dan temperatur maksimum. Pada pertumbuhan vegetatif yang normal terjadi pada temperatur kardinal. Perkecambahan menurunkan tingkatan oksigen yang tinggi kecuali bila respirasi yang berhubungan dengan fermentasi. Penurunan kandungan oksigen udara dibawah 20 % akan menurunkan kegiatan perkecambahan (Kamal, 1994).

Perlakuan-perlakuan yang dilakukan untuk meningkatkan daya berkecambah dari benih yang keras, yaitu mempergunakan asam. Asam yang digunakan adalah asam sulfat H2SO4 95%. Caranya biji dimasukkan ke dalam saringan tembaga, kemudian celupkan biji ke dalam asam sulfat sampai basah selama 15 sampai 20 menit. Cuci biji dengan air mengalir pada saringan selama 5 sampai 10 menit dan terus dikeringkan, kecuali kalau akan disebar dalam keadaan basah (Lakitan, 1996).

    Pengikisan kulit biji atau skarifikasi dapat dilakukan dengan menggunakan pasir, batu kerikil atau kertas amplas. Pencelupan air panas merupakan salah satu perlakuan pada germinasi. Biji dicelupkan dalam air panas yang mendidih dan didinginkan 4 sampai 5 kali dengan air dingin selanjutnya direndam selama kira-kira 12 jam (Lakitan, 1996).

Proses fisiologis perkecambahan

Proses perkecambahan benih merupakan suatu rangkaian kompleks dari perubahan-perubahan morfologi, fisiologi dan biokimia. Tahap pertama suatu perkecambahan benih dimulai dengan proses penyerapan air oleh benih, melunaknya kulit benih dan hidrasi dari protoplasma. Tahap kedua dimulai dengan kegiatan-kegiatan sel dan enzim-enzim serta naiknya tingkat respirasi benih. Tahap ketiga merupakan tahap dimana terjadi penguraian bahan-bahan seperti karbohidrat, lemak dan protein menjadi bentuk-bentuk yang melarut dan ditranslokasikan ke titik tumbuh. Tahap keempat adalah asimilasi dari bahan-bahan yang telah diuraikan tadi di daerah yang mudah menggandakan atau membelah diri (meristematik) untuk menghasilkan energi bagi pembentukan komponen dan pertumbuhan sel-sel baru. Tahap kelima adalah pertumbuhan dari kecambah melalui proses pembelahan, pembesaran dan pembagian sel-sel pada titik tumbuh. Sementara, daun belum dapat berfungsi sebagai organ untuk fotosintesa maka pertumbuhan kecambah sangat tergantung pada persediaan makanan yang ada dalam biji (Sutopo, 2000).

Penyerapan air oleh benih yang terjadi pada tahap pertama, biasanya berlangsung 67% sampai 150% atas dasar berat kering, dan akan meningkat lagi pada saat munculnya radicle (akar-akar yang baru muncul dari suatu perkecambahan) sampai jaringan penyimpanan dan kecambah yang sedang tumbuh mempunyai kandungan air 70% sampai 90% (Salisburry, 1995). Jaringan penyimpanan pada benih dapat menyimpan 80% protein yang berbentuk kristal, sedang sisanya terbagi dalam nuclei (inti), mitochondria (lokasisintesis ATP), protoplastid (unsur pembentuk sel hidup), microsome (butiran kecil yang terdapat dalam poliplasma) dan dalam cytosol (cairan dalam sitoplasma) (Rukmana, 2005).

Faktor yang mempengaruhi perkecambahan benih adalah faktor dari dalam dan luar. Faktor dari dalam meliputi tingkat kemasakan benih, ukuran benih, dormansi dan penghambat perkecambahan, sedangkan faktor dari luar adalah air, temperatur, oksigen, cahaya dan media yang digunakan. Dormansi benih berhubungan dengan usaha benih untuk menunda perkecambahannya, hingga waktu dan kondisi lingkungan memungkinkan untuk melangsungkan proses tersebut. Dormansi dapat terjadi pada kulit biji maupun pada embrio. Biji yang telah masak dan siap untuk berkecambah membutuhkan kondisi klimatik dan tempat tumbuh yang sesuai untuk dapat mematahkan dormansi dan memulai proses perkecambahannya. Pretreatment skarifikasi digunakan untuk mematahkan dormansi kulit biji, sedangkan stratifikasi digunakan untuk mengatasi dormansi embrio. Dormansi diklasifikasikan menjadi bermacam-macam kategori berdasarkan faktor penyebab, mekanisme dan bentuknya (Sadjad, 1994).

Syarat perkecambahan biji adalah air yaitu bagian biji yang mengatur masuknya air yaitu kulit dengan cara imbibisi (perembesan) dan mikro raphae hilum dengan cara difusi (perpindahan substansi karena perbedaan konsentrasi) dari kadar air tinggi ke rendah atau konsentrasi larutan rendah ke tinggi. Suhu air yaitu jika suhu air tinggi energi meningkat, difusi air meningkat sehingga kecepatan penyerapan tinggi. Tekanan hidrostatik yaitu ketika volume air dalam membran biji telah sampai pada batas tertentu akan timbul tekanan  hidrostatik yang mendorong keluar biji sehingga kecepatan penyerapan air menurun. Luas permukaan biji yang kontak dengan air berhubungan dengan kedalaman penanaman biji dan berbanding lurus dengan kecepatan penyerapan air. Daya intermolekuler merupakan tenaga listrik pada molekul-molekul tanah atau media tumbuh. Makin rapat molekulnya, makin sulit air diserap oleh biji. Berbanding terbalik dengan kecepatan penyerapan air. Spesies dan varietas berhubungan dengan faktor genetik yang menentukan susunan kulit biji. Tingkat kemasakan berhubungan dengan kandungan air dalam biji, biji makin masak, kandungan air berkurang, kecepatan penyerapan air meningkat. Komposisi kimia yaitu biji tersusun atas karbohidrat, protein, lemak. Kecepatan penyerapan air, protein lebih besar dari karbohidrat,lebih besar dari lemak. Umur berhubungan dengan lama penyimpanan makin lama disimpan, makin sulit menyerap air. Suhu yaitu suhu minimum adalah batas suhu terendah dimana tidak dapat terjadi lagi perkecambahan biji (Kuswanto, 1997).

Daya kecambah benih memberikan informasi kepada pemakai benih akan kemampuan benih tumbuh normal menjadi tanaman yang berproduksi wajar dalam lingkungan yang optimum.  Kriteria kecambah normal adalah kecambah memiliki perkembangan sistem perakaran yang baik, terutama akar primer dan akar seminal paling sedikit dua, perkembangan hipokotil baik dan sempurna tanpa ada kerusakan pada jaringan, pertumbuhan plumula sempurna dengan daun hijau tumbuh baik.  Epikotil tumbuh sempurna dengan kuncup normal, memiliki satu kotiledon untuk kecambah dari monokotil dan dua bagi dikotil. Kriteria kecambah abnormal adalah kecambah rusak tanpa kotiledon, embrio pecah, dan akar primer pendek, bentuk kecambah cacat, perkembangan bagian-bagian penting lemah dan kurang seimbang, plumula terputar, hipokotil, epikotil, kotiledon membengkok, akar pendek, kecambah kerdil, dan kecambah tidak membentuk klorofil (Salomao, 2002).

Jagung. Perkecambahan benih jagung terjadi ketika radikula muncul dari kulit biji. Benih jagung akan berkecambah jika kadar air benih pada saat di dalam tanah meningkat lebih dari 30% (McWilliams et al, 1999). Proses perkecambahan benih jagung, mula-mula benih menyerap air melalui proses imbibisi dan benih membengkak yang diikuti oleh kenaikan aktivitas enzim dan respirasi yang tinggi. Perubahan awal sebagian besar adalah katabolisme pati, lemak, dan protein yang tersimpan dihidrolisis menjadi zat-zat yang mobil, gula, asam-asam lemak, dan asam amino yang dapat diangkut ke bagian embrio yang tumbuh aktif. Awal perkecambahan, koleoriza memanjang menembus pericarp, kemudian radikel menembus koleoriza.

Kacang tunggak. diduga kuat berasal dari Afrika Tengah dan Afrika Barat. Di Afrika Barat, tepatnya di Nigeria terdapat sejumlah besar spesies liar dan belukar. Tanaman kacang tunggak termasuk famili Leguminoceae. Klasifikasi tanaman kacang tunggak yaitu dari Divisi Spermatophyta, subdivisi Angiospermae, kelas Dicotyledoneae, ordo Rosales, Familia Leguminoceae, subfamilia Papilionidae, genus Vigna, spesies Vigna unguiculata. Nama lain kacang tunggak adalah kacang tolo, southern pea, bean, lubia, coupe, niebe, dan frijole. Ada dua jenis kacang tunggak yang paling sering dibudidayakan yakni kacang tunggak yang buahnya berkulit hijau atau berbiji persegei dan kacang tunggak yang buahnya berujung merah dan berbiji bulat. Terdapat tiga tipe pertumbuhan kacang tunggak yaitu ke atas (erect), ke semi atas (semi erect), dan mendatar. Tipe tumbuh ke atas bunga dan buah dibentuk secara luas pada tunas primer dan pembungaan terjadi dalam jangka waktu yang singkat. Tipe semi atas bunga dan buah akan terbentuk secara luas pada cabang sekunder dan jangka waktu berbunga cepat (Fachrudin, 2000).


 


 

MATERI DAN METODE


 

     Materi    

    Alat. Alat-alat yang digunakan dalam praktikum germinasi adalah cawan petri, amplas, dan oven.

    Bahan. Bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah biji jagung, biji kacang tunggak, kapas, air (aquades), H2SO4, dan air hangat.


 

Metode

    Biji jagung dibagi menjadi 3 yaitu dilukai,direndam ke dalam H2SO4, dan dimasukkan ke dalam air hangat. Biji kacang tunggak dibagi menjadi 3 perlakuan yaitu diamplas,direndam air hangat dan dipanaskan dalam oven pada suhu 55oC. Kemudian biji diletakkan ke dalam cawan petri yang telah diisi kapas dan dibasahi. Masing-masing cawan diisi 3 buah biji. Biji diamati pertumbuhannya selama 14 hari.


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 

Hasil dan Pembahasan


 

Biji jagung

Berdasarkan praktikum yang dilakukan, metode yang digunakan pada biji jagung meliputi beberapa perlakuan yaitu dilukai, direndam dengan H2SO4 dan di oven 55oC. Pengamatan yang dilakukan pada biji jagung meliputi hari berkecambah dan keluarnya daun, tinggi tanaman, serta jumlah daun. Hasil pengamatan hari berkecambah dan keluarnya daun pertama pada biji jagung dan kacang panjang sebagai berikut.

Tabel 1. Perkembangan Biji Jagung (Zea mays)

Perlakuan

Berkecambah (hari ke-)

Keluarnya daun (hari ke-)

Dilukai

4

0

Direndam H2SO4

0

0

di oven 55oC

0

0

Berdasarkan hasil pengamatan, biji jagung (Zea mays) yang diberi perlakuan dengan cara dilukai mulai berkecambah pada hari ketiga dan memiliki daun pada hari keempat, pada biji jangung yang diberi perlakuan dengan cara direndam H2SO4 mulai berkecambah pada hari keempat dan keluar daun pada hari kelima, pada biji jagung yang diberi perlakuan dengan cara direndam air hangat mulai berkecambah pada hari kelima dan keluar daun pada hari kedelapan. Faktor yang mempengaruhi perkecambahan benih adalah faktor dari dalam dan luar. Faktor dari dalam meliputi tingkat kemasakan benih, jenis benih, ukuran benih, dormansi dan penghambat perkecambahan, sedangkan faktor dari luar adalah air, temperatur, oksigen, cahaya dan media yang digunakan. Kemampuan benih untuk tumbuh normal pada keadaan lingkungan yang kurang menguntungkan disebut vigor benih. kenormalan benih ditentukan berdasar ketegaran struktur tumbuh yang terdiri dari akar primer, akar seminal sekunder, hipokotil, kotiledon, dan daun pertama yang tumbuh pada kotiledon atau koleoptil dan daun pertama yang tumbuh didalamnya (Sadjad, 1994).

Kriteria kecambah yang normal adalah kecambah yang mempunyai akar primer dan minimal mempunyai 2 akar seminal, hipokotil berkembang dengan baik tanpa ada kerusakan, pertumbuhan plumula sempurna, memiliki 2 kotiledon bagi tanaman dikotil. Kriteria kecambah yang abnormal adalah kecambah yang tidak mempunyai akar primer, jaringan hipokotil banyak yang rusak sehingga mengganggu pertumbuhan, tidak mempunyai kotiledon bagi tanaman dikotil, plumula berputar dan hipokotil membengkok (Sutopo, 1993).

Setiap biji memiliki struktur yang berbeda-beda, khususnya mengenai kulit biji. Kulit biji merupakan struktur biji yang berkembang dari jaringan metabolisme yang semula melindungi bakal biji. Semakin masak, semakin tipis kulit biji, maka tingkat kedewasaan dari biji mempengaruhi perkecambahan dan siap untuk dijadikan benih. Biji yang dewasa memiliki tingkat perkecambahan dengan persentase yang lebih besar dibandingkan dengan biji yang masih muda. Secara fisiologi, proses perkecambahan berlangsung dalam beberapa tahapan penting yaitu etabol air, etabolism pemecahan materi cadangan makanan, transport materi hasil pemecahan dari endosperm ke embrio yang aktif bertumbuh, proses-proses pembentukan kembali materi-materi baru, respirasi, dan pertumbuhan (Wahyu , 1991).

Menurut Kapoor (2011), germinasi dengan perlakuan kimia memiliki respon tinggi terhadap perkecambahan. Merendam biji dalam larutan asam sulfat pekat (H2SO4) bertujuan untuk membuat kulit biji mengalami degradasi sehingga perkecambahan akan lebih cepat. Namun perendaman di dalam asam sulfat pekat (H2SO4) apabila terlalu lama maka akan menyebabkan biji menjadi mati. Menurut Lakitan (1996), perendaman biji secara kimia yang tergolong asam akan mempengaruhi dinding sel dari biji. Dinding sel yang terkena asam kemudian akan menjadi lunak sehingga proses imbibisi berjalan secara cepat. Bahan kimia lain yang sering digunakan diantaranya potassium
hydroxide, asam hidrochlorit, potassium
nitrat dan thiourea.

Benih yang dilukai bertujuan untuk mempercepat air untuk masuk ke dalam benih atau disebut dengan imbibisi. Cara kerja imbibisi yaitu air yang ada pada lingkungan akan masuk kedalam benih melalui kullit biji yaitu melalui membran permiabel. Setelah air masuk kedalam benih air tersebut akan mengaktifkan enzim-enzim agar laju metabolisme dalam benih dapat berjalan lancar. Setelah metabolisme dalam biji aktif maka proses perkecambahan pun akan terjadi. Perendaman dilakukan bertujuan untuk mengetahui proses masuknya air ke dalam benih. Perendaman untuk mengetahui laju imbibisi dari benih (Harjadi, 2002).

Tujuan dari pengamplasan biji jagung adalah untuk mempertipis kulit biji agar air dan oksigen bisa masuk ke dalamnya. Hal ini terbukti bahwa pada biji jagung yang diamplas menunjukkan adanya proses perkecambahan yang baik. Hal ini juga membuktikan bahwa proses perkecambahan pada biji kulit tebal seperti biji jagung lebih lambat jika dibandingkan dengan biji berkulit tipis seperti kacang hijau sehingga diperlukan pengamplasan untuk mempercepat pematahan masa dormansi biji agar bisa berkecambah. Faktor genetik biji juga sangat berperan dalam proses perkecambahan biji yang menentukan cepat lambatnya proses perkecambahan biji maupun mampu tidaknya biji berkecambah (daya viabilitas biji) (Sutopo, 1993).

Hasil pengukuran tinggi tanaman pada biji jagung sebagai berikut.

Tabel 2. Tinggi biji jagung pada berbagai perlakuan

Hari ke

Tinggi tanaman (cm)

Dilukai

Direndam H2SO4

Direndam air hangat

2

0

0

0

3

0

0

0

4

0,2

0

0,3

6

0,3

0

0,6

8

4,3

0,5

1

10

10

2,7

1,2

12

13,5

7

3,8

14

18

8,5

6,7


 


Gambar 1. Grafik Pertumbuhan biji jagung

Berdasarkan hasil pengamatan, menunjukkan bahwa pada perlakuan dilukai jagung tumbuh paling tinggi yaitu 18 cm dan paling rendah pada perlakuan direndam air hangat yaitu 6,7 cm. Hal ini terjadi karena penyerapan air pada biji yang dilukai lebih cepat dari pada biji yang hanya direndam air hangat.
Benih yang dilukai bertujuan untuk mempercepat air untuk masuk ke dalam benih atau disebut dengan imbibisi. Cara kerja imbibisi yaitu air yang ada pada lingkungan akan masuk ke dalam benih melalui kulit biji yaitu melalui membran permiabel. Setelah air masuk kedalam benih air tersebut akan mengaktifkan enzim-enzim agar laju metabolisme dalam benih dapat berjalan lancar. Setelah metabolisme dalam biji aktif maka proses perkecambahan pun akan terjadi. Perendaman dilakukan bertujuan untuk mengetahui proses masuknya air ke dalam benih. Perendaman untuk mengetahui laju imbibisi dari benih (Harjadi, 2002).

Tujuan dari pengamplasan biji jagung adalah untuk mempertipis kulit biji agar air dan oksigen bisa masuk ke dalamnya. Hal ini terbukti bahwa pada biji jagung yang diamplas menunjukkan adanya proses perkecambahan yang baik. Hal ini juga membuktikan bahwa proses perkecambahan pada biji kulit tebal seperti biji jagung lebih lambat jika dibandingkan dengan biji berkulit tipis seperti kacang hijau sehingga diperlukan pengamplasan untuk mempercepat pematahan masa dormansi biji agar bisa berkecambah. Menurut Sutopo (1993) menyatakan bahwa faktor genetik biji juga sangat berperan dalam proses perkecambahan biji yang menentukan cepat lambatnya proses perkecambahan biji maupun mampu tidaknya biji berkecambah (daya viabilitas biji).

Hasil jumlah daun tanaman pada biji jagung sebagai berikut.

Tabel 3. Jumlah daun biji jagung pada berbagai perlakuan

Hari ke

Jumlah daun (helai)

Dilukai

 

Direndam air hangat

 

Direndam H2SO4

2

0

 

0

 

0

3

0

 

0

 

0

4

0

 

0

 

0

6

0

 

0

 

0

8

1

 

0

 

1

10

1

 

0

 

1

12

2

 

0

 

1

14

2

 

0

 

1


 


Gambar 2. Grafik jumlah daun biji jagung

Berdasarkan hasil pengamatan menunjukkan bahwa jumlah daun paling banyak pada perlakuan dilukai, pada perlakuan yang direndam air hangat tidak menghasilkan daun. Hal yang menyebabkan daun tidak ada pada perlakuan direndam air hangat dan karena pertumbuhan biji yang kurang sempurna. Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan meliputi air tanah, suhu, intensitas cahaya, foto periode, indeks area daun dan kompetisi tanaman. Secara umum jagung mempunyai pola pertumbuhan yang sama, namun interval waktu antar tahap pertumbuhan dan jumlah daun yang berkembang dapat berbeda. Pertumbuhan jagung dapat dikelompokkan ke dalam tiga tahap yaitu fase perkecambahan, saat proses imbibisi air yang ditandai dengan pembengkakan biji sampai dengan sebelum munculnya daun pertama; fase pertumbuhan vegetatif, yaitu fase mulai munculnya daun pertama yang terbuka sempurna sampai tasseling dan sebelum keluarnya bunga betina (silking), fase ini diidentifiksi dengan jumlah daun yang terbentuk; dan fase reproduktif, yaitu fase pertumbuhan setelah keluarnya bunga betina (silking) sampai masak fisiologis (Campbell et al.,2003).

Jumlah daun pada tanaman jagung antara 8 sampai 48 helai, rata-rata 12 sampai 18 helai. Jagung berumur genjah pada umumnya berdaun sedikit, sedangkan jagung yang berumur panjang berdaun lebih banyak panjang daun jagung antara 30 sampai 150 cm dengan lebar dapat mencapai 15 cm. Pertumbuhan daun jagung tercepat adalah pada saat daun masih menggulung. Luas permukaan daun jagung tidak banyak berbeda antara daun yang masih menggulung dan yang sudah mencapai pertumbuhan maksimum. Daun terdapat pada buku-buku batang tanaman jagung. Bagian-bagian daun jagung terdiri atas tiga bagian yaitu kelopak daun, lidah daun (ligula) dan helaian daun. Duduk daun berselang-seling dalam dua barisan batang. Kedudukan daun tersebut sering tidak tampak, karena kadang-kadang kelopak daun merubah letak helaian daun terhadap batangnya (Abidin, 1991).

Biji kacang tunggak

Pengamatan yang dilakukan pada biji jagung meliputi hari berkecambah dan keluarnya daun, tinggi tanaman, serta jumlah daun.

Hasil pengamatan hari berkecambah dan keluarnya daun pertama pada biji tanaman kacang tunggak sebagai berikut.

Tabel 4. Perkembangan biji kacang tunggak (Vigna unguiculata)

Perlakuan

Berkecambah (hari ke-)

Keluarnya daun (hari ke-)

Diamplas

-

-

Dioven 55 ̊C

3

4

Direndam air hangat

9

-

Biji kacang tunggak (Vigna unguiculata) yang diberi perlakuan dengan cara diamplas tidak berkecambah, pada biji kacang tunggak yang diberi perlakuan dengan cara dipanaskan dalam oven pada suhu 55 ̊C
mulai berkecambah pada hari ketiga dan memiliki daun pada hari keempat, pada biji kacang tunggak yang diberi perlakuan dengan cara direndam air hangat mulai berkecambah pada hari kesembilan dan tidak keluar daun.

Faktor dalam yang mempengaruhi perkecambahan benih adalah tingkat kemasakan benih, ukuran benih, dormansi, dan penghambat perkecambahan. Faktor luar utama yang mempengaruhi perkecambahan diantaranya air, suhu, oksigen, cahaya, dan medium (Tilman et.al, 1998).

Faktor yang menyebabkan biji tidak tumbuh pada direndam air hangat yaitu perendaman yang telalu lama, kualitas biji, sirkulasi udara, dan suhu. Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan biji kacang tunggak adalah air yang berfungsi untuk melunakan kulit biji, melarutkan cadangan makanan, sarana transportasi makanan terlarut, dan hormon ke daerah meristematik (titik tumbuh) serta bersama dengan hormon membangun pemanjangan dan pengembangan sel. Cahaya merupakan faktor pengendali pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan terutama berperan dalam proses berlangsungnya fotosintesis. Suhu berperan dalam mengontrol perkecambahan dan pertumbuhan vegetatif. Sehubungan dengan perkecambahan proses imbibisi berlangsung lebih cepat pada suhu yang lebih tinggi (Sudjadi dan Laila, 2007).

Menurut Lakitan (1996), pengamplasan pada biji dapat meningkatakan permeabilitas biji, dengan permeabilitas biji yang tinggi ini, daya tumbuh kecambah juga akan tinggi. Biji yang telah diamplas, kulitnya menjadi tipis atau bahkan telah ada lubang tempat masuk udara dan air, sehingga pada waktu biji disemaikan, air langsung dapat masuk dan perkecambahan dapat segera terjadi.

Hasil pengukuran tinggi tanaman pada biji kacang tunggak adalah sebagai berikut.

Tabel 5. Tinggi biji kacang tunggak pada berbagai perlakuan

Hari ke

Tinggi tanaman (cm)

Diamplas

 

Direndam air hangat

 

Dioven 55°C

2

0

 

0

 

0

3

0

 

0

 

0

4

0

 

0

 

0

6

0

 

0

 

0

8

0

 

0

 

0,6

10

0

 

0

 

1,1

12

0

 

0

 

2,5

14

0

 

0

 

4,5


 


Gambar 3. Grafik pertumbuhan kacang tunggak

Berdasarkan hasil pengamatan kacang tunggak dengan perlakuan diamplas pada hari kedelapan berjamur dan diganti dengan lamtoro sampai hari keempat belas tidak mengalami germinasi. Biji kacang tunggak dengan perlakuan direndam air hangat berkecambah pada hari kesembilan tinggi 0. Biji dengan perlakuan dipanaskan dalam oven pada suhu 55oC mengalami perkecambahan pada hari ketiga tinggi tanaman 4,5 cm. Biji dengan perlakuan perendaman H2SO4 mengalami penjamuran pada hari kedua. Hal tersebut dapat disebabkan karena faktor kualitas biji yang kurang baik, media kapas tidak steril dan kondisinya terlalu lembab sehingga jamur kemungkinan besar dapat tumbuh. Viabilitas dipengaruhi oleh usaha pemecahan dormansi dan keadaan lingkungan (Setyati, 1991)

Hasil pengukuran jumlah daun biji kacang tunggak adalah sebagai berikut.


 

Tabel 6. Jumlah daun biji kacang tunggak pada berbagai perlakuan

Hari ke

Jumlah daun (helai)

Diamplas

 

Direndam air hangat

 

Dioven 55°C

2

0

 

0

 

0

3

0

 

0

 

0

4

0

 

0

 

1

6

0

 

0

 

1

8

0

 

0

 

1

10

0

 

0

 

1

12

0

 

0

 

1

14

0

 

0

 

1


 


Gambar 4. Grafik jumlah daun biji kacang tunggak

Berdasarkan hasil pengamatan pertumbuhan jumlah daun biji kacang tunggak hanya keluar satu daun dengan perlakuan dipanaskan dalam oven pada suhu 55̊C sedangkan pada perlakuan lain tidak mengalami pertumbuhan. Faktor yang menyebabkan biji tidak tumbuh pada direndam air hangat yaitu perendaman yang telalu lama, kualitas biji, sirkulasi udara, dan suhu. Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan biji kacang kedelai
adalah air yang berfungsi untuk melunakan kulit biji, melarutkan cadangan makanan, sarana transportasi makanan terlarut, dan hormon ke daerah meristematik (titik tumbuh) serta bersama dengan hormon membangun pemanjangan dan pengembangan sel. Cahaya merupakan faktor pengendali pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan terutama berperan dalam proses berlangsungnya fotosintesis. Suhu berperan dalam mengontrol perkecambahan dan pertumbuhan vegetatif. Sehubungan dengan perkecambahan proses imbibisi berlangsung lebih cepat pada suhu yang lebih tinggi (Sudjadi dan Laila, 2007).

Pertumbuhan daun dapat dikelompokkan ke dalam tiga tahap yaitu fase perkecambahan, saat proses imbibisi air yang ditandai dengan pembengkakan biji sampai dengan sebelum munculnya daun pertama; fase pertumbuhan vegetatif, yaitu fase mulai munculnya daun pertama yang terbuka sempurna sampai tasseling dan sebelum keluarnya bunga betina (silking), fase ini diidentifiksi dengan jumlah daun yang terbentuk; dan fase reproduktif, yaitu fase pertumbuhan setelah keluarnya bunga betina (silking) sampai masak fisiologis (Campbell et al., 2003)

Berdasarkan pengamatan, hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa banyak biji yang tidak tumbuh sempurna atau mati sebelum tumbuh, hal ini disebabkan karena biji yang ditanam belum memiliki umur yang mencukupi dan kemungkinan juga karena air yang diberikan terlalu banyak atau terlau sedikit juga. Biji memiliki kandungan air yang sangat sedikit, sehingga pada saat biji terbentuk, air di dalamnya dikeluarkan sehingga biji mengalami dehidrasi. Akibat ketiadaan air, biji tidak dapat melangsungkan proses metabolisme sehingga menjadi tidak aktif (dorman). Dormansi biji sangat bermanfaat pada kondisi tidak nyaman (suasana ekstrem, sangat dingin atau kering) karena struktur biji yang kuat akan melindungi embrio agar tetap bertahan hidup (Kuswanto, 1997).


 


 


 


 


 


 


 


 

Kesimpulan

    

Berdasarkan hasil pengamatan praktikum germinasi pada biji jagung yang diberi perlakuan dilukai lebih cepat mengalami proses perkecambahan dan dapat tumbuh dengan baik. Perkecambahan pada biji kacang tunggak (Vigna unguiculata) mengalami pertumbuhan paling baik ketika dipanaskan dalam oven pada suhu 55ºC.


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 

Daftar Pustaka


 

Abidin, Zaenal. 1991. Dasar Pengetahuan Ilmu Tanaman. PT. Angkasa. Bandung.    

Campbell NA, Reece JB, Mitchell LG. 2003. Biologi. Jilid ke 2 Jakarta. Penerbit Erlangga. Jakarta.

Harjadi, Sri Harjadi, Sri Setyati. 2002 . 2002 .Pengantar Agronomi. PT Gramedia. Jakarta.

Kuswanto, Hendarto. 1997. Analisis Benih. Andi. Yogyakarta.

McWilliams, D.A., D.R. Berglund, and G.J. Endres. 1999. Corn growth and management quick guide.www.ag.ndsu.edu.

Sadjad. 1994. Dari Benih kepada Benih. PT Gramedia. Jakarta.

Salomao. 2002. Teknologi Benih: Pengolahan Benih Dan Tuntunan Praktikum. Rineka Cipta. Jakarta.

Sudjadi, dan Laila, S. 2007. BIOLOGI 3A. Sains dalam kehidupan. Yudhistira. Surabaya.

Sutopo, Lita. 1993. Teknologi Benih. CV Rajawali. Jakarta.

Wahyu.1991. Pengantar Ilmu Makanan Ternak. Angkasa. Bandung.

Su'i, Moh. 2010. Perubahan fisiologi buah kelapa selama germinasi. Jurnal Agrika. 4. 60-66.

Fachruddin, L. 2000.Buddi Daya Kacang-kacangan.Kanisius,Yogyakarta.

Setyati. 1991. Pengantar Agronomi. PT Mirota Kampus.Gramedia. Jakarta.

Lakitan, 1996 dalam Ardian. 2008. Pengaruh Perlakuan Suhu dan Waktu Pemanasan Benih terhadap Perkecambahan Kopi Arabika (Coffea arabica). Fakultas Pertanian. Riau.

Rukmana, Rahmat. 2005. Rumput Unggul Hijau Makanan Ternak. Kanisius. Yogyakarta.

Salisburry F.B, Ross C.W. 1995. Fisiologi Tumbuhan. Jilid 3. Institut Teknologi Bandung. Bandung.

Sutopo,L. 2000. Teknologi Benih (Edisi Revisi). Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya. Rajawali Press. Jakarta.

Kamal, M. 1994. Nutrisi Ternak I. Laboratorium Makanan Ternak Jurusan Nutrisi Makanan Ternak. Fakultas Peternakan UGM. Yogyakarta.

Kapoor, R.T. 2011. Salinity Induced Changes in Germination, Biomass, and Physiological Characteristics of Oryza
Sativa. Journal International Biotechnology and Pharmaceutical Science. Bangkok.

Tillman, E., H. Hartadi, S. Reksohadiprajdo. dan S. Labdosoeharjo. 1998. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Post a Comment for "LAPORAN PRAKTIKUMILMU HIJAUAN DAN MAKANAN TERNAKGERMINASI SIAP JEMUR"